Senin, 05 Desember 2016

Masih Ingat Tragedi MH 370, Ini Perkembangan Terbarunya


Anggota keluarga dari korban penerbangan Malaysia Airlines yang hilang pada 2014 lalu, mengkritik peneliti Malaysia, Minggu, karena dianggap tidak berbuat cukup untuk menemukan puing-puing yang bisa memberikan petunjuk lebih lanjut tentang apa yang terjadi.

Penerbangan MH370 dengan membawa 239 orang yang termasuk penumpang dan awak pesawat, menghilang dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing pada 8 Maret 2014, sehingga memicu pencarian di Samudera Hindia selatan yang terus-menerus.

Grace Nathan yang kehilangan ibunya dalam insiden itu, mengatakan pihak keluarga ingin pemerintah Malaysia lebih fokus pada menemukan puing-puing dari pesawat. Pencarian sendiri, sejauh ini sepenuhnya didanai oleh simpatisan dan keluargayang hilang, katanya.

"Seharusnya, tidak boleh ada situasi di mana para kerabat korban di pesawat harus terus mendanai pencarian," katanya di Antananarivo,dikutip antara.

Aslam Khan, salah satu penyelidik Malaysia yang tiba di Antananarivo pada Minggu, mengatakan bahwa tidak benar adanya kesan penyelidikan tersebut mereda.

Dia mengatakan kritik bagi tim investigasi karena gagal untuk mengumpulkan puing-puing tersebut merupakan "komentar yang adil." "Kami berada di sini sekarang. Setelah kami memeriksa secara fisik puing-puing itu, kami akan berada dalam posisi untuk mengatakan lebih banyak," katanya.

Tujuh perwakilan dari para anggota keluarga diharapkan untuk bertemu penyidik pada Senin dan menyaksikan penyidik mengambil alih penyidikan pada enam potongan puing-puing yang telah terdampar di pulau Madagaskar, Samudera Hindia selama lebih dari enam bulan yang lalu.

Sejauh ini sudah 33 potongan yang ditemukan dan diduga berasal dari pesawat nahas tersebut, termasuk bagian sayap dan ekor di La Reunion, Mozambik, Afrika Selatan, Mauritius dan Tanzania.

Tiga potongan telah dikonfirmasi oleh otoritas Malaysia merupakan milik MH370, termasuk flaperon dari bagian ekor yang mereka sebut menunjukkan pilot tidak dapat mengendalikan pesawat tersebut ketika jatuh.

Akan tetapi, potongan-potongan yang lebih dicurigai milik pesawat nahas tersebut, masih tetap dipegang oleh pemerintah setempat.

"Fakta bahwa dalam enam bulan mereka belum mengumpulkan puing-puing, mencerminkan kurangnya keseriusan tentang pencarian," kata Nathan.

Blaine Gibson, seorang pengacara AS yang menjadi penyelidik dengan dana sendiri, telah menghabiskan waktu lebih dari satu tahun untuk menyisir pantai di wilayah pesawat itu menghilang.

Ia menemukan bagian sayap di Mozambik yang oleh pihak berwenang dikonfirmasi kemungkinan berasal dari MH370 dan lebih dari 10 serpihan di Madagaskar, termasuk satu kursi belakang.

Puing-puing itu, bisa mengungkapkan bagaimana pesawat tersebut jatuh, katanya.

"Mereka bisa menguji jejak bahan peledak atau seperti pecahan peluru, jika itu merupakan sebuah benturan kuat berkecepatan tinggi, yang tampaknya seperti itu karena puing-puing yang kecil dan terpotong-potong," katanya.

Selama dua tahun terakhir, pencarian untuk badan pesawat telah difokuskan pada area laut seluas lebih dari 120.000 kilometer persegi di Samudera Hindia.

Ghislain Wattrelos, pria Prancis yang kehilangan istri dan dua anak remaja-nya dalam kecelakaanitu, mengatakan para kerabat korban ingin lebih fokus pada puing-puing.

"Kami menghabiskan uang dengan jumlah yang cukup besar untuk berusaha untuk menemukan pesawat (di laut) yang tidak ada di sana. Saya tidak tahu mengapa mereka menghabiskan begitu banyak uang untuk melakukan hal ini ketika lebih mudah untuk mencoba dan menemukan puing-puing," katanya.

"Ini sudah seribu hari dan kami tidak memiliki petunjuk apa yang terjadi pada keluarga saya," tambahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar