Kamis, 29 Desember 2016

Jidoukan, Tempat Belajar dan Bermain Anak di Jepang

Di Indonesia saat ini sedang ramai wacana Full Day School. Salah satu pertimbangannya agar anak tidak sendiri ketika orangtua mereka masih bekerja. Sepulang jam sekolah, memang sering kita menjumpai banyak anak usia SD berkumpul di warnet online. Keinginan beraktivitas dan minimnya fasilitas bermain adalah diantara penyebab ramainya games online ini.

Ada konsep/sarana pendidikan anak non sekolah di Jepang yang dapat dikaji untuk diadaptasikan di Indonesia. Namanya Jidoukan (児童館 = children's hall). Jidoukan merupakan fasilitas umum dalam ruangan yang disediakan oleh pemerintah sebagai tempat belajar dan bermain bagi anak-anak.

Sarana ini juga sangat membantu bagi pasangan yang sama sama bekerja. Dengan mengadaptasi konsep Jidoukan ala Jepang ini, kita dapat menyediakan sarana anak anak untuk memenuhi kebutuhannya, bermain sekaligus belajar.

Secara administrasi, Jidoukan bernaung di bawah pemerintah kota. Di tiap kelurahan, biasanya disediakan beberapa sarana serbaguna ini. Pengelolaan Jidoukan mirip dengan sekolah di Indonesia. Ada seorang sensei yang menjadi kepala Jidoukan dan beberapa orang sensei pendamping. Tugas mereka selain mendampingi anak anak adalah mengurus administrasi dan bertanggung jawab terhadap kebersihan.

Di Jidoukan, pemerintah menyediakan berbagai macam sarana seperti perpustakaan mini, tempat olah raga, ruang balita, tempat bermain, dan ruang kerajinan tangan. Sarana ini dapat digunakan secara bebas oleh anak-anak. Ruang balita terbatas hanya diperuntukkan sebagai tempat bermain para balita dan harus ditemani oleh orang tua atau wali anak. Fasilitas ini dapat digunakan kapan saja tanpa harus mendaftar terlebih dahulu.

Anak-anak usia 0 s.d 12 tahun dapat menggunakan sarana ini dengan percuma selepas pulang sekolah atau saat hari libur. Syaratnya, mereka harus pulang dulu ke rumah dan meletakkan tas sekolahnya. Bagaimana jika kedua orang tuanya bekerja? Mereka dapat bergabung dalam Jidoclub. Status keanggotaan yang memungkinkan mereka dapat langsung menuju ke Jidoukan sepulang sekolah tanpa harus pulang ke rumah.

Jidoukan biasanya menawarkan program-program kegiatan seperti klub belajar di luar jam sekolah (gakudouhoiku), klub batita (infants clubs/nyuuyouji kurabu) yang menyediakan informasi dalam hal pengasuhan anak, dan juga menyediakan jasa konsultasi mengenai tumbuh kembang anak.

Bermain adalah kegiatan yang tidak terpisahkan dalam perkembangan kesehatan anak, baik untuk tubuh maupun perkembangan otak. Dengan adanya sarana dan program ini, anak anak dapat bermain dan belajar bersama teman sebayanya. Bermain membantu mengembangkan motivasi dan kreativitas yang terlahir dari diri sendiri dan membangun empati dalam berinteraksi dengan teman-teman.

Sarana ini juga sangat membantu bagi pasangan yang sama sama bekerja. Konsep Jidoukan ini dapat dipadukan dengan kegiatan yang sudah berkembang di Indonesia seperti TPA untuk mengaji.
Dengan mengadaptasi konsep Jidoukan ala Jepang ini, kita dapat menyediakan sarana anak anak untuk memenuhi kebutuhannya, bermain sekaligus belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar