Selasa, 31 Oktober 2017

Sejarah serangan jepang ke pearl harbor


Seperti yang kita semua ketahui, penyerangan ini dilakukan oleh Jepang karena mereka "tidak terima" dengan adanya embargo minyak dan perdagangan oleh Amerika Serikat. Serangan inilah yang membuat Perang Dunia Kedua menjadi "lebih terbuka" dan membuat Amerika terjun langsung ke Perang Dunia Kedua.

Sebelum masuk, kita liat dulu tujuan penyerangan ini. Tujuan serangan Pearl Harbor adalah untuk melumpuhkan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pasifik, walaupun hanya untuk sementara. Laksamana Isoroku Yamamoto sendiri menyatakan bahwa serangan yang berhasil sekalipun hanya memberikan setahun sampai dua tahun kebebasan bertindak. Jepang telah terlibat dalam perperangan dengan Cina selama beberapa tahun (bermula pada tahun 1937) dan telah merampas Manchuria beberapa tahun sebelumnya.

Pada tanggal 26 November 1941, sebuah armada Jepang yang terdiri dari enam kapal induk, dua kapal tempur, dua penjelajah berat, satu penjelajah ringan, sembilan perusak, dan delapan tanker bergerak meninggalkan Teluk Hitokappu di Kepulauan Kuril. Armada yang dipimpin oleh Vice Admiral Chūichi Nagumo tersebut berlayar menuju Pearl Harbor tanpa melakukan hubungan radio apapun (radio silence).

Minggu pagi, 7 Desember 1941, serangan dimulai sekitar pukul 07:38 pagi waktu Hawaii. Pangkalan AL Amerika Serikat di Pearl Harbor diserang oleh 353 pesawat tempur, pesawat pembom, dan pesawat torpedo dari AL Jepang dalam 2 gelombang serangan, yang diberangkatkan dari 6 kapal induk, yaitu :

1. Divisi Induk 1 (Kaga dan Akagi)
2. Divisi Induk 2 (Hiryu dan Soryu)
3. Divisi Induk 5 (Shokaku dan Zuikaku)

Hampir semua pesawat terbang Amerika dimusnahkan di atas tanah, hanya beberapa yang berhasil lolos dan bertempur. 12 kapal perang dan kapal lain ditenggelamkan atau rusak, 188 pesawat tempur dimusnahkan, dan 2.403 orang Amerika kehilangan nyawa mereka. Kapal perang USS Arizona meledak dan tenggelam menyebabkan 1.100 orang kehilangan jiwa, hampir separuh dari jumlah korban Amerika yang mati. Bangkai USS Arizona diabadikan menjadi tugu peringatan kepada mereka yang tewas pada hari itu, kebanyakan dari mereka terkubur di dalam kapal tersebut, dengan kata lain, mereka gak bisa keluar dari kapal karena kapalnya tenggelam dalam posisi terbalik [Butuh rujukan]

Lalu, sebenarnya apa tujuan Jepang menyerang Pearl Harbor? Untuk melakukan 'tindakan preventif' agar Angkatan Laut Amerika Serikat tidak "mengganggu" operasi-operasi yang direncanakan Jepang di Asia Tenggara.

Dari serangan yang dilakukan ini, tercatat 8 kapal tempur rusak dan 4 diantaranya tenggelam. Seluruh kapal yang rusak (dan tenggelam) ini kemudian diangkat dan diperbaiki dan kembali ke pelayaran dan "dorama" Perang Pasifik, kecuali USS Arizona. Jepang juga menenggelamkan dan merusak 3 kapal penjelajah, 3 kapal perusak, 1 kapal latih anti pesawat, dan 1 kapal penyebar ranjau. Serangan ini juga mengakibatkan 188 pesawat terbang Amerika Serikat rusak dan hancur, serta mengakibatkan korban jiwa sebanyak 2.403 korban meninggal dan 1.178 korban luka. Namun, dari begitu banyaknya kerusakan yang ditimbulkan, sejumlah fasilitas penting yang ada di Pearl Harbor (seperti pembangkit listrik, tempat penyimpanan minyak, galangan, ruangan penyimpanan torpedo, dan kantor markas) tidak di hancurkan. Entah apakah karena Chūichi Nagumo terlalu puas dengan serangannya atau apa, yang pasti kebanyakan instalasi yang ada disana gak rusak.

Di sisi lain, Jepang "hanya" kehilangan 29 pesawat, 5 kapal Midget Submarine, dan 65 personel. Selain itu tercatat 1 pelaut AL Jepang, yaitu Kazuo Sakamaki, tertangkap oleh pihak AS setelah Midget Submarine-nya menabrak terumbu karang dan tak bisa lagi digunakan (dan dia pun terdampar, dan kemudian ditangkap dan dijadikan tawanan perang pertama pada saat Perang Pasifik)

Setelah peristiwa ini, Jepang baru menyatakan perang kepada Amerika Serikat dan memulai kampanye militernya di Asia-Pasifik Raya. Serangan ini mengawali keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Pasifik.

Bagaimanapun, dalam jangka masa panjang, Pearl Harbor merupakan malapetaka strategis bagi Jepang. Malah Laksamana Isoroku Yamamoto (panutanque), yang mencetuskan ide untuk menyerang Pearl Harbor, telah meramalkan bahwa sungguhpun dengan kejayaan menyerang Angkatan Laut Amerika Serikat, Jepang tidak akan mampu memenangkan peperangan dengan Amerika Serikat, sebab kemampuan pengeluaran Amerika terlalu besar. Salah satu tujuan Jepang adalah untuk memusnahkan tiga kapal induk Amerika Serikat yang diletakkan di Pasifik, tetapi sedang tiada ketika serangan terjadi — Enterprise dalam perjalanan pulang, Lexington telah berlayar keluar beberapa hari sebelumnya, dan Saratoga berada di San Diego selepas pengubah-suaian di Galangan Angkatan Laut Puget Sound. Sialnya, ketiga "Main Objective" ini malah berpartisipasi dalam banyak pertempuran di Pasifik. Suatu ketidak-beruntungan karena tidak menenggelamkan kapal-kapal ini (Enterprise, Lexington, Saratoga) tetapi sungguhpun sekiranya kapal induk Angkatan Laut Amerika Serikat telah ditenggelamkan, hal itu tidak akan membantu Jepang dalam jangka panjang.

Serangan ini membuat Amerika Serikat terlibat penuh dalam Perang Dunia II, mendorong pada kekalahan blok Poros sedunia. Saat mendengar bahwa serangan atas Pearl Harbor akhirnya telah melibatkan Amerika Serikat ke dalam peperangan, Perdana Menteri Britania Raya, Winston Churchill, menulis "Dengan emosi dan penuh perasaan yang puas, saya baring ke pembaringan dan tidur dengan tidur orang yang diselamatkan dan bersyukur". (Sir Winston Churchill – The Second World War, jilid 3, halaman 539)".

Sumber :
- http://www.history.com/topics/world-war-ii/pearl-harbor
- https://www.britannica.com/event/Pearl-Harbor-attack
- https://en.wikipedia.org/wiki/Attack_on_Pearl_Harbor
- http://www.history.com/this-day-in-history/pearl-harbor-bombed

Kamis, 19 Oktober 2017

Inilah Pekerjaan Yang akan Hilang Akibat "Disruption"

Rhenald Kasali

 

Mungkin Anda sempat menerima video tentang Google Pixel Buds. Wireless headphone seharga 159 dollar AS yang akan beredar bulan depan ini, dipercaya berpotensi menghapuskan pekerjaan para penerjemah.

Headphone ini mempunyai akses pada Google Assistant yang bisa memberikan terjemahan real time hingga 40 bahasa atas ucapan orang asing yang berada di depan Anda.

Teknologi seperti ini mengingatkan saya pada laporan PBB yang dikeluarkan oleh salah satu komisi yang dibentuk PBB – On Financing Global Opportunity – The Learning Generation (Oktober 2016).

Dikatakan, dengan pencepatan teknologi seperti saat ini, hingga tahun 2030, sekitar 2 miliar pegawai di seluruh dunia akan kehilangan pekerjaan. Tak mengherankan bila mulai banyak anak-anak yang bertanya polos pada orang tua, “mama, bila aku besar, nanti aku bekerja di mana?”

Otot Diganti Robot

Perlahan-lahan teknologi menggantikan tenaga manusia. Tak apa kalau itu membuat kita menjadi lebih manusiawi. Semisal kuli angkut pelabuhan yang kini diganti crane dan forklift.

Tak hanya di pelabuhan, di supermarket pun anak-anak muda beralih dari tukang panggul menjadi penjaga di control room. Itu sebabnya negara perlu melatih ulang SDMnya secara besar-besaran dan menyediakan pekerjaan alternatif seperti pertanian atau jasa-jasa lain yang masih sangat dibutuhkan.

Tetapi teknologi tak hanya mengganti otot. Manusia juga menggunakan teknologi untuk menggantikan pekerjaan-pekerjaan yang berbahaya.

Di sini kita sudah melihat robot dipakai untuk memasuki rumah yang dikuasai teroris dan memadamkan api.

Sekarang kita mendengar tenaga-tenaga kerja yang bertugas di pintu tol akan diganti dengan mesin. Pekerjaan di pintu-pintu tol semakin hari memang semakin berbahaya, baik bagi kesehatan (asap karbon kendaraan), keamanan maupun kenyamanan (tak dilengkapi toilet).

Sehingga, memindahkan mereka ke control room atau pekerjaan lain tentu lebih manusiawi.

Tetapi, teknologi juga menggantikan jarak sehingga pusat-pusat belanja yang ramai dan macet tiba-tiba sepi karena konsumen memilih belanja dari genggaman tangannya dan barangnya datang sendiri.

Maka sejak itu kita menyaksikan pekerjaan-pekerjaan yang eksis 20 tahun lalu pun perlahan-lahan akan pudar. Setelah petugas pengantar pos, diramalkan penerjemah dan pustakawan akan menyusul.

Bahkan diramalkan profesi dosen pun akan hilang karena kampus akan berubah menjadi semacam EO yang mengorganisir kuliah dari ilmuwan-ilmuwan kelas dunia. Kasir di supermarket, sopir taksi, loper koran, agen-agen asuransi, dan sejumlah besar akuntan juga diramalkan akan berkurang.

Kita tentu perlu memikir ulang pekerjaan-pekerjaan yang kita tekuni hari ini.

Pekerjaan-pekerjaan Baru

Sebulan yang lalu, di Cambridge – UK, saya menerima kunjungan dari mentee-mentee saya yang sedang melanjutkan study S2. Salah satunya, Icha yang sedang duduk di program S2 bidang perfilman.

Saya pun menggali apa saja yang ia pelajari dan  rencana-rencana ke depan yang bisa dijembatani yayasan yang saya pimpin.

Icha bercerita tentang ilmu yang didapatnya.

“Kami disiapkan untuk hidup mandiri,” ujarnya.

“Masa depan industri perfilman bukan lagi seperti yang kita kenal. Semua orang kini bisa membuat film tanpa produser dan middlemanseperti yang kita kenal. Kami diajarkan menjadi produser indies, tanpa aktor terkenal dengan kamera sederhana, dan pasarkan sendiri via Netflix.

Ucapan Icha sejalan dengan Adam, putera saya yang sedang mengambil studi fotografi di School of Visual Arts, New York. Ia tentu tidak sedang mempersiapkan diri menjadi juru potret seperti yang kita kenal selama ini, melainkan mempersiapkan keahlian baru di era digital yang serba kamera.

Adam bercerita tentang arahan dosennya yang mirip dengan Icha di UK. “Sepuluh tahun pertama, jangan berpikir mendapatkan gaji seperti para pegawai. Hidup mandiri, membangun keahlian dan persiapkan diri untuk 20 tahun ke depan. Tak mau susah, tak ada masa depan,” ucapnya menirukan advis para dosen yang rata-rata karyanya banyak bisa kita lihat di berbagai galeri internasional.

Adam dilatih hidup mandiri, berjuang sedari dini dari satu galeri ke galeri besar lainnya. Dari satu karya ke karya besar lainnya.

Memang, pekerjaan-pekerjaan lama akan banyak memudar walau tidak hilang sama sekali. Seperti yang saya ceritakan dalam buku baru saya, Disruption, pada pergantian abad 19 ke abad 20, saat mobil menggantikan kereta-kereta kuda. Ribuan peternak dan pekerja yang menunggu pesanan di bengkel-bengkel kereta kuda pun menganggur. Namun pekerjaan-pekerjaan baru seperti montir, pegawai konstruksi jalanan, pengatur lalu lintas, petugas asuransi, dan sebagainya pun tumbuh.

Kereta-kereta kuda tentu masih bisa kita lihat hingga hari ini, mulai dari jalan Malioboro di Yogyakarta sampai di kota New York, Paris, atau London melayani turis. Tetap ada, namun tak sebanyak pada eranya.

Namun pada saat ini kitapun menyaksikan munculnya pekerjaan-pekerjaan baru yang tak pernah kita kenal 10-20 tahun lalu: Barista, blogger, web developer, apps creator/developer, smart chief listener, smart ketle manager, big data analyst, cyber troops, cyber psichologyst, cyber patrol, forensic cyber crime specialist, smart animator, game developer, smart control room operator, medical sonographer, prosthodontist, crowd funding specialist, social entrepreneur, fashionista and ambassador, BUMN v Developer, Cloud computing services, cloud service specialist, Dog Whisperer, Drone operator dan sebagainya.

Kita membaca postingan dari para bankir yang mulai beredar, sehubungan dengan tawaran-tawaran untuk pensiun dini bagi sebagian besar karyawannya mulai dari teller, sampai officer kredit.

Kelak, bila Blockchain Revolusion seperti yang ditulis ayah-anak Don-Alex Tapscott menjadi kenyataan, maka bukan hanya mesin ATM yang menjadi besi tua, melainkan juga mesin-mesin EDC. Ini tentu akan merambah panjang daftar pekerjaan-pekerjaan lama yang akan hilang.

Jangan Tangisi Masa Lalu

Di beberapa situs kita pasti membaca kelompok yang menangisi hilangnya ribuan atau bahkan jutaan pekerjaan-pekerjaan lama. Ada juga yang menyalahkan pemimpinnya sebagai masalah ekonomi.  Tentu juga muncul kelompok-kelompok penekan yang seakan-akan sanggup menjadi “juru selamat” PHK.

Namun perlu disadari gerakan-gerakan itu akan berujung pada kesia-siaan. Kita misalnya menyaksikan sikap yang dibentuk oleh tekanan-tekanan publik seperti itu dari para gubernur yang sangat anti bisnis-bisnis online.

Mungkin mereka lupa, dunia online telah menjadi penyedia kesempatan kerja baru yang begitu luas. Larangan ojek online misalnya, bisa mematikan industri kuliner dan olahan rumah tangga yang menggunakan armada go-food dan go-send.

Berapa banyak tukang martabak yang kini tumbuh seperti jamur di musim hujan, rumah makan ayam penyet dan pembuat sabun herbal yang juga diantar melalui gojek.

Sama halnya dengan menghambat pembayaran noncash di pintu-pintu tol, kita mungkin kehilangan kesempatan untuk memberikan pelayanan-pelayanan baru yang lebih manusiawi dan lebih aman.

Satu hal yang pasti, kita harus mulai melatih anak-anak kita menjadi pekerja mandiri menjelajahi profesi-profesi baru. Ketika mesin dibuat menjadi lebih pandai dari manusia, maka pintar saja tidak cukup.

Anak- anak kita perlu dilatih hidup mandiri dengan mental self-driving, self-power, kreatifitas dan inovasi, serta perilaku baik dalam melayani dan menjaga tutur katanya di dunia maya (yang sekalipun memberi ruang kebebasan dan kepalsuan).

Selasa, 10 Oktober 2017

The John Lawson House

Rumah berjuluk "The John Lawson House" terletak di Main Street History District, kawasan stasiun kereta New Hamburg, New York, Amerika Serikat. Rumah bergaya kuno ini didirikan pada tahun 1845. Tak lama setelah pembangunannya, terjadi kebakaran hebat di distrik tersebut yang menyebabkan hampir seluruh area tersebut menjadi abu. Rumah ini adalah salah satu yang bertahan membuatnya menjadi rumah bersejarah di kawasan tersebut.

Yang membuat John Lawson House menarik bukan hanya karena bangunannya yang tergolong bersejarah, namun karena manekin-manekin yang berada di rumah tersebut. Rumah ini memang tergolong aneh karena tidak ada seorang pun yang menghuninya selain manekin-manekin misterius.

Manekin-manekin tersebut memiliki kebiasaan ganjil karena terlihat berganti pakaian setiap hari. Manekin-manekin tersebut berkulit pucat dan mengenakan pakaian bergaya kuno. Menurut masyarakat setempat manekin-manekin tersebut telah berada di sana sejak seabad yang lalu dan tidak diketahui siapa yang memeliharanya.

Selain itu juga, manekin-manekin tersebut memiliki kebiasaan berganti posisi setiap harinya. Terkadang ditemukan duduk, berdiri, memegang kandang burung, memegang buku atau handuk atau menaruh benda-benda tersebut di pangkuan mereka. Para manekin itu biasa terlihat di teras depan rumah. Sementara itu, bila hujan turun anehnya tidak ada satu pun manekin yang terlihat berada di teras seperti biasanya.

Masyarakat setempat meyakini keberadaan manekin-manekin tersebut terkait dengan peristiwa kecelakaan kereta api pada tahun 1871 yang terjadi tak jauh dari John Lawson House. Pada musim dingin tahun 1871, dikisahkan terjadi kecelakaan kereta api yang menewaskan 22 orang penumpangnya. Hal ini pulalah yang diyakini mengapa kadang kala boneka-boneka tersebut terlihat menunjuk ke arah lokasi kecelakaan lebih dari seabad silam tersebut.

John Lawson House selalu tertutup. Sementara itu, jendela-jendela rumah semuanya tertutup oleh kain sehingga masyarakat setempat tidak dapat melihat ke dalam rumah. Pernah suatu ketika warga melihat setitik cahaya dari bagian dapur. Namun tak lama setelah itu, cahaya tersebut menghilang. Sejak lebih dari seabad yang lalu tidak ada yang pernah tahu siapa yang berada di rumah tersebut. Dan John Lawson House masih menyimpan misteri yang tak terpecahkan.

#Kratos

Selasa, 03 Oktober 2017

Letnan Kolonel Untung.


( POLITIK )

Dulu waktu putra saya masih SLTP setelah usai nonton FIlm G30 S PKI bertanya kepada saya “ Katanya PKI yang culik kok PKI seperti tentara? Saya hanya tersenyum mendapat pertanyaan itu. Sebisanya saya jelaskan bahwa PKI itu adalah partai Politik dan tentu namanya partai , ia berusaha merebut pengaruh di kalangan mana saja termasuk di Militer. Lantas mengapa akhirnya militer mau terlibat dalam operasi penculikan terhadap perwira TNI ? Kalaulah itu karena provokasi PKI, tentu mereka tidak akan menjadikan Perwira menjadi target untuk dibunuh. Tapi lawan politik seperti Masyumi. Mengapa ? ya karena masyumi merupakan rival keras PKI dalam setiap perjuangan merebut pengaruh politik. Militer sebagai institusi sangat beresiko di redam dengan penculikan dan pembunuhan. Apalagi kekuatan militer itu tersebar di seluruh Indonesia yang tidak mungkin bisa seketika di buat tunduk hanya karena pembunuhan para pemegang komando tertinggi.
Namun mungkin karena berita hoax yang sedemikian hebat di create oleh seseorang sehingga Soeharto sebagai pangkostrad segera menyimpulkan dalang penculikan Pati itu adalah PKI , yang kemudian kita kenal dengan peristiwa G30S. Dan sikap Soeharto ini langsung di manfaatkan oleh Masyumi yang walau sudah dibubarkan namun tokohnya tetap eksis dan gerakan dendam seperti api dalam sekam kapan saja bisa meledak, untuk mengganyang PKI yang merupakan musuh bebuyutan sejak negeri ini merdeka. Apalagi masyumi tahu pihak dibalik dekrit presiden Soekarno kembali ke UUD 45 dan pembubaran konstituante adalah PKI. Jadi hanya pemicu sedikit saja, sudah bisa menjadi ledakan besar. Soeharto yang juga aktifis dari Sekber Golkar memang punya agenda tersendiri bagaimana menggebuk kaum nasionalis kiri dan kanan agar dapat berkuasa dengan mudah. Caranya ya memanfaatkan situasi kacau dengan membenturkan kelompok kiri dan kanan. Dari benturan ini, maka PKI dijadikan pihak pecundang dalam kakacauan bau amis darah itu. Dan berikutnya setelah Soeharto berkuasa, kelompok kanan ( Islam ) juga digebuk. Setelah lemah maka dipreteli unsur kekuatanya dengan menyederhakan partai. Dan kemudian menetapkan azas tunggal Pancasila sesuai versinya.***
Sekarang kembali ke cerita awal, mengapa Tjkarabirawa yang merupakan bagian dari TNI mudah termakan issue bahwa ada dewan jenderal yang akan melakukan kudeta terhadap Soekarno dan sehingga sebagai Pasukan pengawal Presiden mau saja melakukan operasi pembunuhan anggota dewan jenderal tersebut ? Tentu Letnan Kolonel Untung sebagai komandan Tjakrabirawa bukan Perwira tolol yang gampang saja termakan issue. Untung mendapatkan penghargaan Bintang Sakti dari Presiden Soekarno. Dalam sejarah Indonesia, hanya beberapa perwira yang mendapatkan penghargaan ini dan Itu karena kemampunya menunjukan kelasnya sebagai perwira lapangan terbaik dalam setiap operasi militer. Seperti operasi mandala dibawah pimpinan Soeharto untuk merebut Irian Barat dan dibawah pimpinan Jenderal Ahmad Yani, dalam operasi penumpasan pemberontakan PRRI atau Permesta di Bukit Gombak, Batusangkar, Sumatera Barat, pada 1958. Karena kehebatanya itulah Untung dijadikan komandan Tjakrabirawa.
Di samping itu, LetKol Untung bukan hanya perwira yang buta tuli politik. Dia pernah di Batalion Sudigdo, yang markasnya berada di Wonogiri. Batalion ini yang berhasil di bina oleh PKI , dan akhirnya melakukan pemberontakan tahun 1948. Nah dengan catatan record nya seperti itu, pasti ada orang yang sangat dipercaya secara pribadi dan moral yang mampu meyakinkannya bahwa dewan jenderal itu memang ada dan targetnya menghabisi Soekarno. Dan kalau terjadi hal yang tidak di inginkan maka ia akan di lindungi. Dan itu kemungkinanya adalah Soeharto. Mengapa ?
Hubungan antara Soeharto dan Let kolonel Untung terjalin setelah Untung melarikan diri dari kejaran Pasukan Gatot Subroto karena terlibat pemberontakan PKI di Madiun dan kembali ke Solo. Tentu Soeharto tahu pasti bahwa Untung adalah buronan Gatot Subroto. Namun Untung bisa bergabung di Korem Surakarta dimana Soeharto sebagai Komandannya. Dan saat itulah nama aslinya yang tadinya Kusman berganti Untung. Belakangan ketika Soeharto menggantikan Gatot Subroto sebagai panglima Divisi Diponegoro , Untung juga dibawa Soeharto ke Semarang bergabung dalam Batalion 454 Kodam Diponegoro, yang lebih dikenal dengan Banteng Raiders. Ketika Soeharto menjabat Panglima Kostrad mengepalai operasi pembebasan Irian Barat, 14 Agustus 1962, Soeharto juga melibatkan Untung dalam Operasi Mandala itu.
Ketika Soekarno membutuhkan Pasukan pengawal presiden yang diberi nama Tjakrabirawa , Soeharto pula yang mengusulkan kepada Jenderal Ahmad Yani untuk menjadikan anggota Batalion Banteng Raiders sebagai pasukan Tjakrabirawa dimana Let Kolonel Untung sebagai komandannya. Dan Ketika Untung menikah, Soeharto bersama ibu Tien hadir. Siapa yang paling masuk akal meyakinkan Untung untuk melakukan operasi penculikan dewan jenderal itu ? silahkan jawab sendiri. Artinya memang benar bahwa Untung terlibat pasti G30S dan PKI memang terlibat memprovokasi secara tidak langsung dengan issue dewan jendral yang akan kudeta. Tapi apakah benar perintah pembunuhan itu ada ? Siapa the man behind the gun ? inilah awan gelap. Mengapa ? Lettu Doel Arif Sebagai komandan Pasukan Pasopati yang menjadi operator lapangan penculikan itu sampai kini tidak tahu rimbanya dan tidak pernah bersaksi di pengadilan.
Yang jelas bila ada kelompok Islam yang sampai kini masih membenci PKI itu karena dendam masalalu. Ya karena ulah PKI lah dewan konstituante yang akan menjadikan pancasila bersyariah gagal, dengan keluarnya dekrit Presiden kembali ke UUD 45 dan Pancasila. Biarlah nanti waku yang akan mengungkapkan sejarah itu...Tugas kita belajar dari pengalaman masalalu bahwa apapun aksi bau amis darah demi kekuasaan harus dihentikan. Kalau inginkan kekuasaan maka tempulah jalur konstitusi lewat demokrasi. Ujilah aksetablitas dihadapan rakyat dan bila menang gunakanlah amanah itu dengan baik , dan bila kalah bersabarlah. Karena kekuasaan itu milik Tuhan dan Tuhan akan memberikan kekuasaan itu kepada yang Dia suka. Apapun itu pemimpin terpilih adalaj takdir kita bersama sama untuk menerima kenyataan dengan lapang hati dan utamakan damai walau itu pahit.

Sumber : Diskusi Dengan Babo