Jumat, 20 Januari 2017

KEMISKINAN LESTARI DI ATAS RUBICON

Menyaksikan kuliah panjang Menkeu Sri Mulyani, rasanya seperti kembali ke bangku kuliah. Paparannya asyik dengan data dan analis yang keren.

Mbak Ani mensyaratkan, jika ekonomi Indonesia mau maju maka ada empat fokus penting yang perlu diperhatikan. Pertama adalah soal kebijakan, efisiensi dan efektifitas penggunaan sumber dana. Kedua berkenaan dengan kemampuan birokrasi yang bersih, transparan dan profesional.

"Indonesia bukannya tidak punya uang, tetapi yang menjadi persoalan bagaimana mengelola uang tersebut dengan baik agar outputnya lebih maksimal," ujarnya. Dia juga menuturkan, pada 2016 ada sekitar Rp 60 triliun yang dibagikan sebagai dana desa. Ini adalah jumlah yang fantastis.

Jika proyek PNPM dengan biaya Rp 12 triliun dapat menurunkan angka kemiskinan lumayan besar, apalagi dengan dana desa yang mencapai Rp 60 triliun ini. Makanya tahun 2017 pemerintah berani memasang target angka kemiskinan menurun menjadi 9,5%, dibanding sebelumnya yang berada pada kisaran 10,7%.

Titik persoalan dana desa ini adalah bagaimana perangkat desa mampu mencitapkan geliat ekonomi di wilayahnya. Pengembangan BUMD menjadi salah satu alternatif yang memungkinkan dikembangkan. "Jangan sampai dana-dana itu justru dinikmati lingkaran elit di desa saja."

Tahun ini Presiden Jokowi sudah menetapkan fokus Indonesia pada usaha pemerataan semacam usaha memperkecil jurang perbedaan pada masyarakat. Bukan saja antara yang kaya dan miskin, juga pemerataan antar daerah, antar wilayah dan antar kepulauan.

Ini salah satunya ditandai dengan ambisi pemerintah untuk menciptakan harga BBM sama di seluruh Indonesia. Harus diakui BBM adalah menyumbang tertinggi efek inflasi. Sementara efektifitas tol laut juga akan memberikan kontribusi pada proses pemerataan ini. Kondisi Indonesia yang berupa negara kepulauan mestinya dapat diantisipasi dengan lalu-lintas pelayaran yang menyambungkan seluruh titik di tanah air.

Ketiga, menyangkut kemampuan rakyat Indonesia untuk menerima keberagaman dan berfikir terbuka. Sedangkan keempat, berkenaan dengan kualitas sumber daya manusia baik diri sisi pendidikan, keterampilan dan sikap mental.

Soal kemampuan masyarakat untuk berfikiran terbuka, mampu menerima perbedaan dan mampu memandang keluar inilah yang sekarang menjadi persoalan sosial kita. Salah satu masalahnya adalah sikap pemahaman agama yang sempit yang menyebabkan publik tidak mampu berfikir terbuka. Pada akhirnya mengembangkan sikap saling curiga.

Padahal Francis Fukuyama mensyaratkan salah satu faktor kemajuan ekonomi masyarakat ditandai dengan modal sosial berupa tingkat kepercayaan yang tinggi (trust) dalam masyarakat. Semakin tinggi tingkat kepercayaan dalam masyarakat (high trust society) akan semakin tinggi juga kemampuan masyarakat membangun kesejahteraannya. Demikian juga sebaliknya.

Nah, saat ini kita lihat ada sebagian orang atas nama agama terus menerus menciptakan rasa saling tidak percaya dalam masyarakat (distrust). Kecurigaan pada dunia luar, pada yang berbeda agama dan keyakinan, juga pada yang berbeda paham terus dikembangkan. Sikap itu selain menciptakan kondisi sosial yang rapuh juga, seperti kata Fukuyama, juga sebagai alat yang efektif untuk melestarikan kemiskinan.

Kita sedih karena cara mereka melestarikan kemiskinan ini dengan menggunakan isu agama. Seolah agama dijadikan semacam alat untuk tetap membuat pengikutnya menjadi miskin. Caranya dengan memperkenalkan ajaran agama yang ekslusif, merasa benar sendiri dan mudah mensesatkan orang lain. Sikap ini menjadi perusak modal sosial yang dimiliki masyarakat kita.

Serunya, sambil melestarikan kemiskinan pengikutnya para tokoh penyerunya justru hidup dalam kekayaan berlimpah. Jangan kaget jika kendaraan sejenis Rubicon, Hummer, atau Alphard menjadi hiasan biasa di rumah para tokoh ini. Mereka memperkenalkan ajaran yang terus melestarikan kemiskinan pengikutnya, di sisi lain, mereka asyik menikmati mewahnya gelimang kapitalisme.

Yang paling sial mungkin Jonru. Padahal tokoh yang satu ini tidak henti-henti meneriakkan ajaran distrust kepada pengikutnya, yang menjadi bahan baku dasar pelestarian kemiskinan. Ketika habib dan ustad lain sudah asyik di atas Rubicon atau Hummer, Jonru masih saja sibuk jualan seprei.

Nasibmu, lae...

#SayNoToRacism
#SayNoToRadicalism
#SayNoToTerrorism

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1295519177190090&substory_index=0&id=1020117881396889

Tidak ada komentar:

Posting Komentar