Kasino adalah pelawak paling jenius yang pernah dilahirkan di Indonesia, mungkin kehebatan daya lawaknya hanya tertandingi oleh Dono yang uniknya juga satu grup sama dia. Bahkan jika dibandingkan dengan Bing Slamet yang cenderung elitis daya lawak Kasino masih terlihat unggul. Kelebihan utama Kasino adalah ia mampu melihat kekayaan multikultural di Indonesia dengan amat cerdas. Ia sanggup membuat kelucuan-kelucuan yang merupakan ironi dalam susunan sosial masyarakat Orde Baru. Inilah daya lebih yang sampai sekarang pelawak kita tidak bisa menemukannya. Lawakan-lawakan warkop apabila diseriusi merupakan sebuah pembelajaran panjang tentang kebudayaan yang berkembang di Indonesia, walaupun yang ditampilkan sifatnya parodik namun bila direnungkan akan membawa kita pemahaman yang dalam tentang sebuah Ke Indonesiaan yang tidak terjebak pada stereotype.
Pria kelahiran Gombong 1950, adalah manusia Indonesia sesungguhnya, ia mengenal banyak budaya dan kebudayaan yang berbeda di luar dirinya tidak lantas menjadikan alat kebencian tapi justru alat pencerdasan inilah hakikatnya pendidikan multikultural. Dulu kita mengenal Warkop Prambors dengan kemampuan membagi-bagi wilayah kultural menjadi kelucuan parodik seperti : Dalam acara lawakan radio sebelum masuk era film dimana anggotanya masih lengkap yaitu : Rudi Badil, Dono, Kasino, Nanu dan Indro. Rudi Badil dalam obrolan sering berperan sebagai Mr. James dan Bang Cholil. Indro yang berasal dari Purbalingga berperan sebagai Mastowi (Tegal), Paijo (Purbalingga). Kasino yang asli Gombong perannya bermacam-macam: Mas Bei (Jawa), Acing/Acong (Tionghoa), Sanwani (Betawi) dan Buyung (Minang). Nanu yang asli Madiun sering berperan sebagai Poltak (Batak) sedangkan Dono sendiri hanya berperan sebagai Slamet (Jawa).
Akting Kasino dengan penokohan Sanwani di film Gengsi Dong juga luar biasa menggambarkan kondisi pemuda Betawi yang tidak menjadi gagap dan berusaha menjadi bagian Anak Jakarta Urban yang modern, usaha ini dipecahkan ditengah duitnya yang cekak dengan ngakalin Slamet (Dono) yang lugu tapi lucu. Begitu juga dengan Indro yang selalu kebagian peran sebagai anak orang gedongan tapi gagap sosial alias 'belum siap jadi orang kaya'. Parodik Indro yang berperan sebagai 'Joy' ini adalah gambaran manusia Indonesia pada waktu awal Orde Baru dimana baru boom minyak, hedonis dan seluruh alam pikirnya berbau barat konsumtif yang kemudian dianggap menaikkan status sosial dengan orang disekitarnya. Sanwani yang sebenarnya bisa menjiwai sebagai orang kaya sebagaimana Joy, berusaha ngakalin keadaan yang pas-pasan karena dengan duitnya yang cekak mana bisa ia melampaui Joy dan menggaet cewek bintang kampus.
Kasino adalah juga orang yang pertama kali mengenalkan ke publik sisi lucu dialek Bali dengan menyebut kata 'Patung' khas aksen Bali. Dari seluruh pelawak Warkop, Kasino-lah yang mampu beradaptasi secara multidialek. Seandainya lawakan-lawakan kita adalah lawakan jenis Warkop, lawakan yang tidak menyakiti lawan main, lawakan yang mampu secara jenius menyodorkan problem sosial dengan cara yang cerdas, mungkin masyarakat kita tidak akan sebengis sekarang, tidak gampang membunuh hanya karena sesuatu yang berbeda dengan dirinya.
Dari kecerdasan Kasino kita banyak belajar soal multikultural.............
(Ditulis oleh : Anton DH Nugrahanto, 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar