Namanya ALI, bekerja sebagai tukang kayu, sedangkan saya di bagian electrical ( instalasi listrik ), ali berasal dari myanmar keturunan bangladesh, ia seorang muslim burma/rohingya, sudah lama bekerja di malaysia sebagai pekerja konstruksi bangunan.
Suatu hari di jam istirahat kerja, kami ngobrol tentang kampung masing-masing, tentang keluarga dan sebagainya, hingga saya bertanya padanya perihal berita di media-media tentang pembantaian muslim rohingya, ali dengan tegas menjelaskan bahwa yang sebenarnya terjadi di myanmar bukan konflik agama islam vs budha, yang pemerintah myanmar tangkap itu imigran gelap dari bangladesh, mereka mencaplok tanah milik pemerintah myanmar, mereka mengakui bahwa itu tanah syah milik mereka ( kasusnya persis seperti kasus sampit vs madura di kalimantan ), mereka menamai tanah milik negara myanmar itu dengan nama BURMA, padahal itu masih dalam kawasan kekuasaan dan kedaulatan negara myanmar, sudah di beri peringatan baik-baik para pendatang gelap itu malah di provokasi salah seorang radikal dengan semangat jihad menentang pemerintah syah myanmar selaku pemilik tanah burma dengan dalih bahwa "tanah burma adalah milik Allah, bumi Allah ( persis slogan penggila khilafah di indonesia ).
Keterangan yang sama persis juga saya dengar dari kawan saya pribumi asli myanmar beragama budha yang bekerja di bagian instalasi pipa air, pendatang atau keturunan syah dan resmi seperti ali dan keluarganya tentu dalam keadaan aman dan baik-baik saja di bawah naungan hukum negara myanmar.
Di myanmar sana, muslim rohingya di provokasi oleh "oknum" untuk melawan, berontak, makar dan radikal atas nama "agama". Dan kita di mana saja, di berita-berita dan media masa di bodohi dan di bohongi seolah yang terjadi adalah genosida pembantaian terhadap muslim rohingya oleh budha myanmar, tak ayal foto-foto hoax, editan atau apapun berbagai cara oknum media untuk mendidihkan darah umat muslim di muat sesering dan sebanyak mungkin dengan seruan jihad dan di sertai nomor rekening untuk donasi yang dananya entah bermuara pada siapa, kemana dan di mana, tentunya para provokator inilah yang menikmati hasil keuntungannya.
Atas nama agama memang cara paling ampuh untuk membenturkan dua kubu, mencerai beraikan yang bersatu, memporak porandakan yang kokoh, serta menyulap si bodoh menjadi mujahid, dan si dungu menjadi syahid, padahal peranan akal sehat dalam beragama juga sama pentingnya bukan sekedar semangat menggebu membela agama, bukan meledakkan diri dengan menjadikan diri, keluarga dan orang-orang tak bersalah sebagai tumbalnya.
Allah maha tunggal tidak butuh tumbal untuk tetap kekal, dan tuhan sudah membekalimu dengan akal jika akalmu berfungsi tentu kau tergolong sebagai umat kanjeng nabi yang berakal, bukan menjadi jahil dan nakal, dikit-dikit jihad, dikit-dikit penggal.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1309180115778245&id=100000588060880
Tidak ada komentar:
Posting Komentar