Sabtu, 25 Februari 2017

HENTIKAN AKSI BELA AGAMA, SAATNYA BELA NEGARA

Kanvas politik Jokowi, sejak awal dilukis dengan hati-hati. Tapi kali ini berbeda! Ada aroma pengembangan sumber kekuatan Indonesia yang berusaha dipulihkan oleh Jokowi yang secara konsisten ditentang oleh US.

Sekedar mengingatkan, persis 14 Mei tahun 2013 --- 28 orang pekerja tewas tanpa pengawasan di Lubang Tambang Big Gossan, Papua (milik PT Freeport)

Pertanda, bahwa Freeport bukan hanya urusan ekonomi dan pengikisan SDA, melainkan gelanggang paranoid yang menyimpan banyak kepentingan. Sehingga hak asasi manusia pun jadi bancakan. Ini tidak ditangani SBY.

Nasib Jokowi hampir mirip Ahok, terkait segala macam tuduhan yang diarahkan ke mereka, padahal itu semua warisan kebejatan despotik di era pemimpin sebelumnya. Ahok diserang dengan isu stigmatik tentang kekejaman "reklamasi" padahal Perpres no 51 tahun 2014 yang menjadi dasar legal reklamasi dikeluarkan SBY beberapa bulan sebelum ia selesai masa jabatan.

Jokowi juga menerima hujatan karena tak mengembalikan freeport pada pangkuan ibu pertiwi, sementara kerumitan itu muncul karena Perpres no 77 tahun 2014 yang dikeluarkan oleh SBY seminggu menjelang penyerahan tambuk kepemimpinannya kepada Jokowi.

Saat ini Jokowi terpaksa main otot. Divisi otot yang dikerahkannya orang keras kepala, Mentri Jonan. Siapa dia? Dia orang yang pertama kali menyeret liku-liku rumit pada kasus freeport agar kembali pada asas konstitusi (bukan teks kitab suci). Hal ini dilakukan melalui jalur arbitrase (alternatif penyelesaian sengketa perdata di luar peradilan umum).

Sedari awal hal ini jadi pertanyaan, apakah para pendemo sudah puas dengan sikap Jokowi? Atau segala tuduhan mereka ke Jokowi masih akan berlanjut sampai maut memisahkan kita? Atau mereka malah menjadi-jadi karena kebijakan Jokowi justru membuka semua kebobrokan junjungan mereka?

Seharusnya yang memahami konteks bersitegang antara Jokowi dengan Amerika segera menghentikan semua aksi bela agama dan mengambil posisi lebih serius di belakang Jokowi untuk membela negara. Karena pada akhirnya pun agama yang mereka agung-agungkan juga akan mereka jalani di atas tanah yang agung.

Bukan malah mensejajarkan kepentingan agama dengan kepentingan politik setan besar (US). Kecuali memang agama itu (yang sedang dibela) hanya aparatus politik Amerika yang dibungkus dengan panduan yang serupa dengan kitab suci mereka.

Saya jadi ingat jaman kepemimpinan SBY, di mana Barack Obama selalu tampak bahagia bila berurusan dengan Indonesia. Sekarang SBY aktif menggaungkan kata "Islam" sebagai harga yang harus segera kita tebus. Beruntungnya dia, seruannya pun direspon serius oleh berbagai ormas Islam dan elit politik oportunis.

- SALAM TOLERANSI -

- https://twitter.com/perangdingin

*Ilustrasi yang menggambarkan kebahagiaan Presiden Barack Obama di era SBY. Ilustrasi itu juga mengingatkan kita pada kelakukan Setya Novanto dan Mantan Mentri, Sudirman Said

Tidak ada komentar:

Posting Komentar