Jumat, 28 Juli 2017

Kenapa Presidensial Threshold 20 persen ?

TIDAK MUDAH BERPIKIR SEPERTI JOKOWI..

Awalnya saya juga heran, kenapa kok Jokowi mendukung Presidensial Threshold 20 persen ?

Presidensial Threshold ( PT ) adalah ambang batas pemilihan capres. Dengan PT 20 persen itu, berarti mewajibkan syarat dukungan 20 persen kursi supaya bisa memilih Capres.

Nah dengan adanya PT ini, maka tidak ada partai yang bisa memilih sendiri capres-nya. Mereka harus berkoalisi dengan partai lain.

Inilah yang ditentang partai2 kelas bantam dan kelas bulu yang terus mendesakkan bahwa PT 0 persen.

Kalau PT 0 persen, maka partai manapun bisa mencalonkan capres. Kalau itu terjadi, kita bisa melihat di pilpres 2019 capresnya beragam. Mulai Rhoma Irama, Tukul, Mamah Dedeh bahkan sampe Jonru Ginting bisa jadi capres asal ada partai yang dukung.

Demokrat nafsu banget supaya PT 0 persen. Kenapa ? Ya, apalagi alasannya supaya Agus anak tersayang keluarga bisa ikut nyapres. Uang ada, partai ada, apalagi yang kurang ?

Sayangnya, DPR akhirnya memutuskan bahwa PT harus 20 persen. Maka sibuklah partai-partai saling merapat supaya bisa memenuhi ketentuan. Dan kita melihat pak "lebaran kuda" akhirnya dengan malu-malu merapat ke pak "penunggang kuda". Mungkin karena sama-sama hobi kuda..

Kembali ke pertanyaan pertama, kenapa Jokowi kok mendukung PT 20 persen ?

Sebenarnya dari hitungan beberapa teman, jika PT 0 persen, maka Jokowi lebih bisa memenangkan pertarungan. Kok begitu ? Ya, karena sementara ini suara untuk Jokowi solid sedangkan tokoh lain masih mencair.

Dengan PT 0 persen, maka suara pemilih akan terbagi kemana-mana dan - mungkin - setiap capres tidak akan mendapat lebih dari 30 persen suara saat pilpres nanti. Nah yang suara pemilihnya tertinggi jelas Jokowi.

Dalam artian jika akhirnya PT 0 persen, maka yang diuntungkan adalah Jokowi.

Lalu kenapa Jokowi tidak memanfaatkan situasi itu dengan mendukung PT 0 persen ?

Ternyata jawabannya, supaya tidak terjadi dua putaran pemilu. Jokowi berusaha menghindari pemilu dua putaran karena ongkosnya sangat mahal.

Sebagai perbandingan saja, pilpres 2014 kemarin sudah menghabiskan dana hampir 8 trilyun rupiah. Putaran pertama 4 trilyun rupiah, dan putaran kedua disiapkan dana 3,9 trilyun rupiah.

Sayang kan dana itu dipake buat pesta demokrasi disaat kita membutuhkan dana untuk pembangunan infrastruktur ?

Dengan PT 20 persen, diperkirakan hanya ada dua capres yang bertarung dan Jokowi salah satunya. Jika hanya dua capres saja, maka tidak perlu lagi ada putaran kedua. Kita save dana 3,9 trilyun rupiah..

Tidak egois, itulah yang akhirnya terbersit dalam pikiran. Jokowi memikirkan banyak sisi termasuk bagaimana menyelamatkan uang negara dan pembangunan. Sedangkan yang lain masih hanya memikirkan bagaimana supaya menang..

Tidak mudah berfikiran seperti itu ketika ada peluang.

Seperti tidak mudahnya menyingirkan secangkir kopi dalam pikiran, walaupun dokter sudah melarang..

Seruput....
By Denny Siregar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar