1. Makanan Korea disajikan mentah
Kalau Anda pernah makan di restoran Korea satu yang membedakannya dengan restoran disini atau restoran siap saji adalah cara penyajiaannya. Di Korea rata-rata makanan, terutama yang jenis ayam dan daging (Barbeque) dihidangkan dalam kondisi tidak siap saji atau tidak siap santap. Yaitu masih mentah, baru setengah matang dibumbui dan belum dimasak.
Selama makan Anda lah yang harus memasak sendiri dan membakar dan membolak-balik daging di tungku yang disajikan di meja Anda. Karena itu di setiap meja akan disajikan tungku pemanas untuk memanaskan makanan yang disajikan di meja Anda.
Alasan orang Korea mengapa disajikan dalam kondisi mentah? Karena agar kondisi daging bisa dilihat apakah masih segar atau tidak saat sebelum dihidangkan kepada pengunjung restoran. Itu alasannya.
Ciri-ciri yang lain, semua masakan Korea tidak memakai cabe dan tidak ada sambal karena terasi dan petis tidak ada disana. He He. Cabe ada tapi hanya digunakan sebagai lalapan saja. Itupun adanya hanya cabe hijau besar, bukan cabe rawit. Nah, kalau Anda orang Sumatera atau Jawa seperti saya yang sehari-hari terbiasa makan pedas, saran saya bawalah saus sambal untuk dibawa ke Korea jika suatu saat Anda hendak kesana.
2. Rata-rata orang Korea mengenal agama setelah mereka dewasa
Berbeda dengan kebanyakan orang di negara kita yang rata-rata mengenal dan menganut agama sejak kecil karena agama adalah kebanyakan warisan didikan dari orang tua, tetapi di Korea justru tidak. Pendidikan agama di Korea itu nomor yang kesekian, atau tidak dalam skala prioritas kalau dibandingkan dengan mata pelajaran pendidikan umum. Terdengar aneh, kan?
Jadi jangan heran kalau orang Korea kebanyakan belum beragama atau baru menganut agama setelah mereka dewasa. Namun, satu hal yang patut saya apresiasi dari orang Korea adalah meski mereka kurang kuat dalam hal agama tapi jangan ditanya moralitas orang Korea rata-rata sangat baik dan sangat disiplin melebihi akhlaq orang yang beragama. Ini bisa saya amati dari perilaku mereka saat berkendara di jalan, tidak membuang sampah dan merokok di sembarang tempat, serta kepatuhan mereka pada norma dan hukum yang berlaku di negaranya tinggi. Ya, mungkin ini ciri-ciri umum negara yang sudah maju. Berbeda dengan negara kita yang masih berkembang sehingga masih butuh proses menuju ke arah ini.
Hampir sebagian besar rakyat Korea Selatan memilih tidak beragama atau atheisme. Buddha adalah agama yang mempunyai penganut terbesar di Korea Selatan dengan 10.7 juta penduduk. Agama lainnya yang terbesar adalah Kristen Protestan dan Katolik Roma. Gereja Kristen terbesar di Korea Selatan, Yoido Full Gospel Church berlokasi di Seoul. Diperkirakan ada 45.000 warga Muslim Korea dengan 100.000 orang pekerja yang dari luar negeri yang berasal dari negara Muslim.
3. Sistem pendidikan di Korea berbeda
Di negara kita karena tidak mengenal adanya wajib militer maka rata-rata umur 22-24 tahun para remaja sudah bisa menyelesaikan kuliahnya. Sementara di Korea tidak. Angka rata-rata pria Korea bisa menyandang gelar sarjana (S1) pada umur 27 tahun. Mengapa? Karena harus cuti kuliah dulu atau setelah lulus SMA langsung mengikuti wajib militer dulu sebelum meneruskan kuliah.
Sekolah di Korea jam pengajarannya sangat panjang. Dari pagi sampai jam 9 malam sehingga sangat jarang pada hari biasa, bukan hari libur dan pada jam-jam kerja bisa menemui anak sekolah bisa berkeliaran di jalan-jalan atau mall tidak seperti halnya di negara kita.
Sisi positifnya selain tidak keluyuran di mall, juga angka kenakalan anak atau remaja Korea seperti tawuran dan menggunakan narkoba sangat rendah. Karena waktunya banyak tersita untuk belajar setiap hari di sekolah. Waktu di luar jam sekolah amat pendek dan benar-benar untuk beristirahat di rumah.
Dan Korea juga sangat terkenal keras, disiplin dan benar-benar terstruktur kurikulum pendidikannya. Sehingga inilah salah satu faktor kunci kesuksesan negara Korea hingga menjadi negara maju seperti sekarang ini.
Korea selatan merdeka pada tanggal 15 Agustus 1945. Hanya beda dua hari dengan kemerdekaan negara kita. Pernah menjadi negara sangat miskin. Namun sekarang sudah melesat jauh meninggalkan kita meskipun umur kemerdekaannya hampir sama dengan negara kita.
4. Perselingkuhan dan nomor telepon seluler diawasi ketat oleh negara
Membaca sub judulnya sepertinya ini bentuk sebuah pengekangan kebebasan warga negara. Betul? Tapi tunggu dan simak dulu sisi baiknya. Di Korea validitas data pengguna nomor seluler benar-benar diverifikasi datanya oleh negara sehingga tidak bisa semua orang membuat data-data palsu untuk menggunakan ponsel buat menipu atau menyebar spam lewat ponsel. Sehingga jika tetap nekat pasti akan ketahuan. Dan nomor simcard ponsel tidak dijual secara bebas dan terpisah dengan handsetnya.
Dan ketentuan ketat di atas juga berlaku buat warga asing atau turis yang lagi melancong kenegaranya. Itulah makanya kemarin opsi Tips Komunikasi Saat Roaming Internasional yang ketiga, yaitu mengganti simcard dengan nomor lokal tidak bisa saya lakukan selama di Korea sehingga tagihan saya membengkak lumayan tinggi. Baca artikel “Telkomsel Terlalu Berlebihan Memperlakukan dan Mencurigai Pelanggan Kartu Halo.”
Sisi positif yang lain, angka perselingkuhan di Korea sangat rendah. Bagaimana tidak, lalu-lintas data penggunaan seluler setiap warga negara dilog (rekam) oleh negara. Jika kedapatan suami selingkuh maka seorang istri bisa melapor ke Polisi dan minta dibukakan log percakapan dan SMS telepon seluler suaminya. Selanjutnya, jika sang suami terbukti selingkuh ini bisa sebagai alat bukti yang memberatkan.
Hal yang paling ditakutkan pria Korea adalah saat bercerai, kalau suami yang salah maka semua harta yang menjadi milik bersama (gono-gini) semuanya akan jadi milik pihak istri dan anak-anaknya, bagi yang sudah punya anak. Dan suami tidak akan mendapatkan bagian sepeser pun.
5. Gaji suami masuk rekening istri
Ini juga fakta yang unik. Semua gaji para pegawai di Korea, baik yang swasta dan pegawai negeri ditransfer ke rekening istrinya. Ini tentu tak lazim seperti di negara kita dan umumnya pegawai yang gajinya ditranfer ke rekening pegawainya.
Untuk kebijakan ini saya sedikit lupa kemarin apa yang menjadi alasannya. Mungkin juga salah satunya untuk menghindari perselingkuhan atau perceraian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar