tag:blogger.com,1999:blog-14028055500607142432024-02-21T12:42:20.705+07:00monitor rusakUnknownnoreply@blogger.comBlogger936125tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-76506613422958804442017-10-31T15:37:00.001+07:002017-10-31T15:37:55.662+07:00Sejarah serangan jepang ke pearl harbor<p dir="ltr"><br>
Seperti yang kita semua ketahui, penyerangan ini dilakukan oleh Jepang karena mereka "tidak terima" dengan adanya embargo minyak dan perdagangan oleh Amerika Serikat. Serangan inilah yang membuat Perang Dunia Kedua menjadi "lebih terbuka" dan membuat Amerika terjun langsung ke Perang Dunia Kedua. </p>
<p dir="ltr">Sebelum masuk, kita liat dulu tujuan penyerangan ini. Tujuan serangan Pearl Harbor adalah untuk melumpuhkan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pasifik, walaupun hanya untuk sementara. Laksamana Isoroku Yamamoto sendiri menyatakan bahwa serangan yang berhasil sekalipun hanya memberikan setahun sampai dua tahun kebebasan bertindak. Jepang telah terlibat dalam perperangan dengan Cina selama beberapa tahun (bermula pada tahun 1937) dan telah merampas Manchuria beberapa tahun sebelumnya.</p>
<p dir="ltr">Pada tanggal 26 November 1941, sebuah armada Jepang yang terdiri dari enam kapal induk, dua kapal tempur, dua penjelajah berat, satu penjelajah ringan, sembilan perusak, dan delapan tanker bergerak meninggalkan Teluk Hitokappu di Kepulauan Kuril. Armada yang dipimpin oleh Vice Admiral Chūichi Nagumo tersebut berlayar menuju Pearl Harbor tanpa melakukan hubungan radio apapun (radio silence).</p>
<p dir="ltr">Minggu pagi, 7 Desember 1941, serangan dimulai sekitar pukul 07:38 pagi waktu Hawaii. Pangkalan AL Amerika Serikat di Pearl Harbor diserang oleh 353 pesawat tempur, pesawat pembom, dan pesawat torpedo dari AL Jepang dalam 2 gelombang serangan, yang diberangkatkan dari 6 kapal induk, yaitu :</p>
<p dir="ltr">1. Divisi Induk 1 (Kaga dan Akagi)<br>
2. Divisi Induk 2 (Hiryu dan Soryu)<br>
3. Divisi Induk 5 (Shokaku dan Zuikaku)</p>
<p dir="ltr">Hampir semua pesawat terbang Amerika dimusnahkan di atas tanah, hanya beberapa yang berhasil lolos dan bertempur. 12 kapal perang dan kapal lain ditenggelamkan atau rusak, 188 pesawat tempur dimusnahkan, dan 2.403 orang Amerika kehilangan nyawa mereka. Kapal perang USS Arizona meledak dan tenggelam menyebabkan 1.100 orang kehilangan jiwa, hampir separuh dari jumlah korban Amerika yang mati. Bangkai USS Arizona diabadikan menjadi tugu peringatan kepada mereka yang tewas pada hari itu, kebanyakan dari mereka terkubur di dalam kapal tersebut, dengan kata lain, mereka gak bisa keluar dari kapal karena kapalnya tenggelam dalam posisi terbalik [Butuh rujukan]</p>
<p dir="ltr">Lalu, sebenarnya apa tujuan Jepang menyerang Pearl Harbor? Untuk melakukan 'tindakan preventif' agar Angkatan Laut Amerika Serikat tidak "mengganggu" operasi-operasi yang direncanakan Jepang di Asia Tenggara.</p>
<p dir="ltr">Dari serangan yang dilakukan ini, tercatat 8 kapal tempur rusak dan 4 diantaranya tenggelam. Seluruh kapal yang rusak (dan tenggelam) ini kemudian diangkat dan diperbaiki dan kembali ke pelayaran dan "dorama" Perang Pasifik, kecuali USS Arizona. Jepang juga menenggelamkan dan merusak 3 kapal penjelajah, 3 kapal perusak, 1 kapal latih anti pesawat, dan 1 kapal penyebar ranjau. Serangan ini juga mengakibatkan 188 pesawat terbang Amerika Serikat rusak dan hancur, serta mengakibatkan korban jiwa sebanyak 2.403 korban meninggal dan 1.178 korban luka. Namun, dari begitu banyaknya kerusakan yang ditimbulkan, sejumlah fasilitas penting yang ada di Pearl Harbor (seperti pembangkit listrik, tempat penyimpanan minyak, galangan, ruangan penyimpanan torpedo, dan kantor markas) tidak di hancurkan. Entah apakah karena Chūichi Nagumo terlalu puas dengan serangannya atau apa, yang pasti kebanyakan instalasi yang ada disana gak rusak. </p>
<p dir="ltr">Di sisi lain, Jepang "hanya" kehilangan 29 pesawat, 5 kapal Midget Submarine, dan 65 personel. Selain itu tercatat 1 pelaut AL Jepang, yaitu Kazuo Sakamaki, tertangkap oleh pihak AS setelah Midget Submarine-nya menabrak terumbu karang dan tak bisa lagi digunakan (dan dia pun terdampar, dan kemudian ditangkap dan dijadikan tawanan perang pertama pada saat Perang Pasifik)</p>
<p dir="ltr">Setelah peristiwa ini, Jepang baru menyatakan perang kepada Amerika Serikat dan memulai kampanye militernya di Asia-Pasifik Raya. Serangan ini mengawali keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Pasifik.</p>
<p dir="ltr">Bagaimanapun, dalam jangka masa panjang, Pearl Harbor merupakan malapetaka strategis bagi Jepang. Malah Laksamana Isoroku Yamamoto (panutanque), yang mencetuskan ide untuk menyerang Pearl Harbor, telah meramalkan bahwa sungguhpun dengan kejayaan menyerang Angkatan Laut Amerika Serikat, Jepang tidak akan mampu memenangkan peperangan dengan Amerika Serikat, sebab kemampuan pengeluaran Amerika terlalu besar. Salah satu tujuan Jepang adalah untuk memusnahkan tiga kapal induk Amerika Serikat yang diletakkan di Pasifik, tetapi sedang tiada ketika serangan terjadi — Enterprise dalam perjalanan pulang, Lexington telah berlayar keluar beberapa hari sebelumnya, dan Saratoga berada di San Diego selepas pengubah-suaian di Galangan Angkatan Laut Puget Sound. Sialnya, ketiga "Main Objective" ini malah berpartisipasi dalam banyak pertempuran di Pasifik. Suatu ketidak-beruntungan karena tidak menenggelamkan kapal-kapal ini (Enterprise, Lexington, Saratoga) tetapi sungguhpun sekiranya kapal induk Angkatan Laut Amerika Serikat telah ditenggelamkan, hal itu tidak akan membantu Jepang dalam jangka panjang.</p>
<p dir="ltr">Serangan ini membuat Amerika Serikat terlibat penuh dalam Perang Dunia II, mendorong pada kekalahan blok Poros sedunia. Saat mendengar bahwa serangan atas Pearl Harbor akhirnya telah melibatkan Amerika Serikat ke dalam peperangan, Perdana Menteri Britania Raya, Winston Churchill, menulis "Dengan emosi dan penuh perasaan yang puas, saya baring ke pembaringan dan tidur dengan tidur orang yang diselamatkan dan bersyukur". (Sir Winston Churchill – The Second World War, jilid 3, halaman 539)".</p>
<p dir="ltr">Sumber : <br>
- http://www.history.com/topics/world-war-ii/pearl-harbor<br>
- https://www.britannica.com/event/Pearl-Harbor-attack<br>
- https://en.wikipedia.org/wiki/Attack_on_Pearl_Harbor<br>
- http://www.history.com/this-day-in-history/pearl-harbor-bombed</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-40997825571531184172017-10-19T20:16:00.001+07:002017-10-19T20:16:02.982+07:00Inilah Pekerjaan Yang akan Hilang Akibat "Disruption"<p dir="ltr"></p>
<p dir="ltr">Rhenald Kasali</p>
<p dir="ltr"> </p>
<p dir="ltr">Mungkin Anda sempat menerima video tentang Google Pixel Buds. Wireless headphone seharga 159 dollar AS yang akan beredar bulan depan ini, dipercaya berpotensi menghapuskan pekerjaan para penerjemah.</p>
<p dir="ltr">Headphone ini mempunyai akses pada Google Assistant yang bisa memberikan terjemahan real time hingga 40 bahasa atas ucapan orang asing yang berada di depan Anda.</p>
<p dir="ltr">Teknologi seperti ini mengingatkan saya pada laporan PBB yang dikeluarkan oleh salah satu komisi yang dibentuk PBB – On Financing Global Opportunity – The Learning Generation (Oktober 2016).</p>
<p dir="ltr">Dikatakan, dengan pencepatan teknologi seperti saat ini, hingga tahun 2030, sekitar 2 miliar pegawai di seluruh dunia akan kehilangan pekerjaan. Tak mengherankan bila mulai banyak anak-anak yang bertanya polos pada orang tua, “mama, bila aku besar, nanti aku bekerja di mana?”</p>
<p dir="ltr">Otot Diganti Robot</p>
<p dir="ltr">Perlahan-lahan teknologi menggantikan tenaga manusia. Tak apa kalau itu membuat kita menjadi lebih manusiawi. Semisal kuli angkut pelabuhan yang kini diganti crane dan forklift.</p>
<p dir="ltr">Tak hanya di pelabuhan, di supermarket pun anak-anak muda beralih dari tukang panggul menjadi penjaga di control room. Itu sebabnya negara perlu melatih ulang SDMnya secara besar-besaran dan menyediakan pekerjaan alternatif seperti pertanian atau jasa-jasa lain yang masih sangat dibutuhkan.</p>
<p dir="ltr">Tetapi teknologi tak hanya mengganti otot. Manusia juga menggunakan teknologi untuk menggantikan pekerjaan-pekerjaan yang berbahaya.</p>
<p dir="ltr">Di sini kita sudah melihat robot dipakai untuk memasuki rumah yang dikuasai teroris dan memadamkan api.</p>
<p dir="ltr">Sekarang kita mendengar tenaga-tenaga kerja yang bertugas di pintu tol akan diganti dengan mesin. Pekerjaan di pintu-pintu tol semakin hari memang semakin berbahaya, baik bagi kesehatan (asap karbon kendaraan), keamanan maupun kenyamanan (tak dilengkapi toilet).</p>
<p dir="ltr">Sehingga, memindahkan mereka ke control room atau pekerjaan lain tentu lebih manusiawi.</p>
<p dir="ltr">Tetapi, teknologi juga menggantikan jarak sehingga pusat-pusat belanja yang ramai dan macet tiba-tiba sepi karena konsumen memilih belanja dari genggaman tangannya dan barangnya datang sendiri.</p>
<p dir="ltr">Maka sejak itu kita menyaksikan pekerjaan-pekerjaan yang eksis 20 tahun lalu pun perlahan-lahan akan pudar. Setelah petugas pengantar pos, diramalkan penerjemah dan pustakawan akan menyusul.</p>
<p dir="ltr">Bahkan diramalkan profesi dosen pun akan hilang karena kampus akan berubah menjadi semacam EO yang mengorganisir kuliah dari ilmuwan-ilmuwan kelas dunia. Kasir di supermarket, sopir taksi, loper koran, agen-agen asuransi, dan sejumlah besar akuntan juga diramalkan akan berkurang.</p>
<p dir="ltr">Kita tentu perlu memikir ulang pekerjaan-pekerjaan yang kita tekuni hari ini.</p>
<p dir="ltr">Pekerjaan-pekerjaan Baru</p>
<p dir="ltr">Sebulan yang lalu, di Cambridge – UK, saya menerima kunjungan dari mentee-mentee saya yang sedang melanjutkan study S2. Salah satunya, Icha yang sedang duduk di program S2 bidang perfilman.</p>
<p dir="ltr">Saya pun menggali apa saja yang ia pelajari dan  rencana-rencana ke depan yang bisa dijembatani yayasan yang saya pimpin.</p>
<p dir="ltr">Icha bercerita tentang ilmu yang didapatnya.</p>
<p dir="ltr">“Kami disiapkan untuk hidup mandiri,” ujarnya.</p>
<p dir="ltr">“Masa depan industri perfilman bukan lagi seperti yang kita kenal. Semua orang kini bisa membuat film tanpa produser dan middlemanseperti yang kita kenal. Kami diajarkan menjadi produser indies, tanpa aktor terkenal dengan kamera sederhana, dan pasarkan sendiri via Netflix.</p>
<p dir="ltr">Ucapan Icha sejalan dengan Adam, putera saya yang sedang mengambil studi fotografi di School of Visual Arts, New York. Ia tentu tidak sedang mempersiapkan diri menjadi juru potret seperti yang kita kenal selama ini, melainkan mempersiapkan keahlian baru di era digital yang serba kamera.</p>
<p dir="ltr">Adam bercerita tentang arahan dosennya yang mirip dengan Icha di UK. “Sepuluh tahun pertama, jangan berpikir mendapatkan gaji seperti para pegawai. Hidup mandiri, membangun keahlian dan persiapkan diri untuk 20 tahun ke depan. Tak mau susah, tak ada masa depan,” ucapnya menirukan advis para dosen yang rata-rata karyanya banyak bisa kita lihat di berbagai galeri internasional.</p>
<p dir="ltr">Adam dilatih hidup mandiri, berjuang sedari dini dari satu galeri ke galeri besar lainnya. Dari satu karya ke karya besar lainnya.</p>
<p dir="ltr">Memang, pekerjaan-pekerjaan lama akan banyak memudar walau tidak hilang sama sekali. Seperti yang saya ceritakan dalam buku baru saya, Disruption, pada pergantian abad 19 ke abad 20, saat mobil menggantikan kereta-kereta kuda. Ribuan peternak dan pekerja yang menunggu pesanan di bengkel-bengkel kereta kuda pun menganggur. Namun pekerjaan-pekerjaan baru seperti montir, pegawai konstruksi jalanan, pengatur lalu lintas, petugas asuransi, dan sebagainya pun tumbuh.</p>
<p dir="ltr">Kereta-kereta kuda tentu masih bisa kita lihat hingga hari ini, mulai dari jalan Malioboro di Yogyakarta sampai di kota New York, Paris, atau London melayani turis. Tetap ada, namun tak sebanyak pada eranya.</p>
<p dir="ltr">Namun pada saat ini kitapun menyaksikan munculnya pekerjaan-pekerjaan baru yang tak pernah kita kenal 10-20 tahun lalu: Barista, blogger, web developer, apps creator/developer, smart chief listener, smart ketle manager, big data analyst, cyber troops, cyber psichologyst, cyber patrol, forensic cyber crime specialist, smart animator, game developer, smart control room operator, medical sonographer, prosthodontist, crowd funding specialist, social entrepreneur, fashionista and ambassador, BUMN v Developer, Cloud computing services, cloud service specialist, Dog Whisperer, Drone operator dan sebagainya.</p>
<p dir="ltr">Kita membaca postingan dari para bankir yang mulai beredar, sehubungan dengan tawaran-tawaran untuk pensiun dini bagi sebagian besar karyawannya mulai dari teller, sampai officer kredit.</p>
<p dir="ltr">Kelak, bila Blockchain Revolusion seperti yang ditulis ayah-anak Don-Alex Tapscott menjadi kenyataan, maka bukan hanya mesin ATM yang menjadi besi tua, melainkan juga mesin-mesin EDC. Ini tentu akan merambah panjang daftar pekerjaan-pekerjaan lama yang akan hilang.</p>
<p dir="ltr">Jangan Tangisi Masa Lalu</p>
<p dir="ltr">Di beberapa situs kita pasti membaca kelompok yang menangisi hilangnya ribuan atau bahkan jutaan pekerjaan-pekerjaan lama. Ada juga yang menyalahkan pemimpinnya sebagai masalah ekonomi.  Tentu juga muncul kelompok-kelompok penekan yang seakan-akan sanggup menjadi “juru selamat” PHK.</p>
<p dir="ltr">Namun perlu disadari gerakan-gerakan itu akan berujung pada kesia-siaan. Kita misalnya menyaksikan sikap yang dibentuk oleh tekanan-tekanan publik seperti itu dari para gubernur yang sangat anti bisnis-bisnis online.</p>
<p dir="ltr">Mungkin mereka lupa, dunia online telah menjadi penyedia kesempatan kerja baru yang begitu luas. Larangan ojek online misalnya, bisa mematikan industri kuliner dan olahan rumah tangga yang menggunakan armada go-food dan go-send.</p>
<p dir="ltr">Berapa banyak tukang martabak yang kini tumbuh seperti jamur di musim hujan, rumah makan ayam penyet dan pembuat sabun herbal yang juga diantar melalui gojek.</p>
<p dir="ltr">Sama halnya dengan menghambat pembayaran noncash di pintu-pintu tol, kita mungkin kehilangan kesempatan untuk memberikan pelayanan-pelayanan baru yang lebih manusiawi dan lebih aman.</p>
<p dir="ltr">Satu hal yang pasti, kita harus mulai melatih anak-anak kita menjadi pekerja mandiri menjelajahi profesi-profesi baru. Ketika mesin dibuat menjadi lebih pandai dari manusia, maka pintar saja tidak cukup.</p>
<p dir="ltr">Anak- anak kita perlu dilatih hidup mandiri dengan mental self-driving, self-power, kreatifitas dan inovasi, serta perilaku baik dalam melayani dan menjaga tutur katanya di dunia maya (yang sekalipun memberi ruang kebebasan dan kepalsuan).</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-17600455298656127452017-10-10T12:52:00.001+07:002017-10-10T12:52:16.372+07:00The John Lawson House<p dir="ltr"></p>
<p dir="ltr">Rumah berjuluk "The John Lawson House" terletak di Main Street History District, kawasan stasiun kereta New Hamburg, New York, Amerika Serikat. Rumah bergaya kuno ini didirikan pada tahun 1845. Tak lama setelah pembangunannya, terjadi kebakaran hebat di distrik tersebut yang menyebabkan hampir seluruh area tersebut menjadi abu. Rumah ini adalah salah satu yang bertahan membuatnya menjadi rumah bersejarah di kawasan tersebut.</p>
<p dir="ltr">Yang membuat John Lawson House menarik bukan hanya karena bangunannya yang tergolong bersejarah, namun karena manekin-manekin yang berada di rumah tersebut. Rumah ini memang tergolong aneh karena tidak ada seorang pun yang menghuninya selain manekin-manekin misterius.</p>
<p dir="ltr">Manekin-manekin tersebut memiliki kebiasaan ganjil karena terlihat berganti pakaian setiap hari. Manekin-manekin tersebut berkulit pucat dan mengenakan pakaian bergaya kuno. Menurut masyarakat setempat manekin-manekin tersebut telah berada di sana sejak seabad yang lalu dan tidak diketahui siapa yang memeliharanya.</p>
<p dir="ltr">Selain itu juga, manekin-manekin tersebut memiliki kebiasaan berganti posisi setiap harinya. Terkadang ditemukan duduk, berdiri, memegang kandang burung, memegang buku atau handuk atau menaruh benda-benda tersebut di pangkuan mereka. Para manekin itu biasa terlihat di teras depan rumah. Sementara itu, bila hujan turun anehnya tidak ada satu pun manekin yang terlihat berada di teras seperti biasanya.</p>
<p dir="ltr">Masyarakat setempat meyakini keberadaan manekin-manekin tersebut terkait dengan peristiwa kecelakaan kereta api pada tahun 1871 yang terjadi tak jauh dari John Lawson House. Pada musim dingin tahun 1871, dikisahkan terjadi kecelakaan kereta api yang menewaskan 22 orang penumpangnya. Hal ini pulalah yang diyakini mengapa kadang kala boneka-boneka tersebut terlihat menunjuk ke arah lokasi kecelakaan lebih dari seabad silam tersebut.</p>
<p dir="ltr">John Lawson House selalu tertutup. Sementara itu, jendela-jendela rumah semuanya tertutup oleh kain sehingga masyarakat setempat tidak dapat melihat ke dalam rumah. Pernah suatu ketika warga melihat setitik cahaya dari bagian dapur. Namun tak lama setelah itu, cahaya tersebut menghilang. Sejak lebih dari seabad yang lalu tidak ada yang pernah tahu siapa yang berada di rumah tersebut. Dan John Lawson House masih menyimpan misteri yang tak terpecahkan.</p>
<p dir="ltr">#Kratos</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-3258048283075190802017-10-03T11:26:00.001+07:002017-10-03T11:26:21.408+07:00Letnan Kolonel Untung.<p dir="ltr"><br>
( POLITIK )</p>
<p dir="ltr">Dulu waktu putra saya masih SLTP setelah usai nonton FIlm G30 S PKI bertanya kepada saya “ Katanya PKI yang culik kok PKI seperti tentara? Saya hanya tersenyum mendapat pertanyaan itu. Sebisanya saya jelaskan bahwa PKI itu adalah partai Politik dan tentu namanya partai , ia berusaha merebut pengaruh di kalangan mana saja termasuk di Militer. Lantas mengapa akhirnya militer mau terlibat dalam operasi penculikan terhadap perwira TNI ? Kalaulah itu karena provokasi PKI, tentu mereka tidak akan menjadikan Perwira menjadi target untuk dibunuh. Tapi lawan politik seperti Masyumi. Mengapa ? ya karena masyumi merupakan rival keras PKI dalam setiap perjuangan merebut pengaruh politik. Militer sebagai institusi sangat beresiko di redam dengan penculikan dan pembunuhan. Apalagi kekuatan militer itu tersebar di seluruh Indonesia yang tidak mungkin bisa seketika di buat tunduk hanya karena pembunuhan para pemegang komando tertinggi.<br>
Namun mungkin karena berita hoax yang sedemikian hebat di create oleh seseorang sehingga Soeharto sebagai pangkostrad segera menyimpulkan dalang penculikan Pati itu adalah PKI , yang kemudian kita kenal dengan peristiwa G30S. Dan sikap Soeharto ini langsung di manfaatkan oleh Masyumi yang walau sudah dibubarkan namun tokohnya tetap eksis dan gerakan dendam seperti api dalam sekam kapan saja bisa meledak, untuk mengganyang PKI yang merupakan musuh bebuyutan sejak negeri ini merdeka. Apalagi masyumi tahu pihak dibalik dekrit presiden Soekarno kembali ke UUD 45 dan pembubaran konstituante adalah PKI. Jadi hanya pemicu sedikit saja, sudah bisa menjadi ledakan besar. Soeharto yang juga aktifis dari Sekber Golkar memang punya agenda tersendiri bagaimana menggebuk kaum nasionalis kiri dan kanan agar dapat berkuasa dengan mudah. Caranya ya memanfaatkan situasi kacau dengan membenturkan kelompok kiri dan kanan. Dari benturan ini, maka PKI dijadikan pihak pecundang dalam kakacauan bau amis darah itu. Dan berikutnya setelah Soeharto berkuasa, kelompok kanan ( Islam ) juga digebuk. Setelah lemah maka dipreteli unsur kekuatanya dengan menyederhakan partai. Dan kemudian menetapkan azas tunggal Pancasila sesuai versinya.***<br>
Sekarang kembali ke cerita awal, mengapa Tjkarabirawa yang merupakan bagian dari TNI mudah termakan issue bahwa ada dewan jenderal yang akan melakukan kudeta terhadap Soekarno dan sehingga sebagai Pasukan pengawal Presiden mau saja melakukan operasi pembunuhan anggota dewan jenderal tersebut ? Tentu Letnan Kolonel Untung sebagai komandan Tjakrabirawa bukan Perwira tolol yang gampang saja termakan issue. Untung mendapatkan penghargaan Bintang Sakti dari Presiden Soekarno. Dalam sejarah Indonesia, hanya beberapa perwira yang mendapatkan penghargaan ini dan Itu karena kemampunya menunjukan kelasnya sebagai perwira lapangan terbaik dalam setiap operasi militer. Seperti operasi mandala dibawah pimpinan Soeharto untuk merebut Irian Barat dan dibawah pimpinan Jenderal Ahmad Yani, dalam operasi penumpasan pemberontakan PRRI atau Permesta di Bukit Gombak, Batusangkar, Sumatera Barat, pada 1958. Karena kehebatanya itulah Untung dijadikan komandan Tjakrabirawa.<br>
Di samping itu, LetKol Untung bukan hanya perwira yang buta tuli politik. Dia pernah di Batalion Sudigdo, yang markasnya berada di Wonogiri. Batalion ini yang berhasil di bina oleh PKI , dan akhirnya melakukan pemberontakan tahun 1948. Nah dengan catatan record nya seperti itu, pasti ada orang yang sangat dipercaya secara pribadi dan moral yang mampu meyakinkannya bahwa dewan jenderal itu memang ada dan targetnya menghabisi Soekarno. Dan kalau terjadi hal yang tidak di inginkan maka ia akan di lindungi. Dan itu kemungkinanya adalah Soeharto. Mengapa ?<br>
Hubungan antara Soeharto dan Let kolonel Untung terjalin setelah Untung melarikan diri dari kejaran Pasukan Gatot Subroto karena terlibat pemberontakan PKI di Madiun dan kembali ke Solo. Tentu Soeharto tahu pasti bahwa Untung adalah buronan Gatot Subroto. Namun Untung bisa bergabung di Korem Surakarta dimana Soeharto sebagai Komandannya. Dan saat itulah nama aslinya yang tadinya Kusman berganti Untung. Belakangan ketika Soeharto menggantikan Gatot Subroto sebagai panglima Divisi Diponegoro , Untung juga dibawa Soeharto ke Semarang bergabung dalam Batalion 454 Kodam Diponegoro, yang lebih dikenal dengan Banteng Raiders. Ketika Soeharto menjabat Panglima Kostrad mengepalai operasi pembebasan Irian Barat, 14 Agustus 1962, Soeharto juga melibatkan Untung dalam Operasi Mandala itu.<br>
Ketika Soekarno membutuhkan Pasukan pengawal presiden yang diberi nama Tjakrabirawa , Soeharto pula yang mengusulkan kepada Jenderal Ahmad Yani untuk menjadikan anggota Batalion Banteng Raiders sebagai pasukan Tjakrabirawa dimana Let Kolonel Untung sebagai komandannya. Dan Ketika Untung menikah, Soeharto bersama ibu Tien hadir. Siapa yang paling masuk akal meyakinkan Untung untuk melakukan operasi penculikan dewan jenderal itu ? silahkan jawab sendiri. Artinya memang benar bahwa Untung terlibat pasti G30S dan PKI memang terlibat memprovokasi secara tidak langsung dengan issue dewan jendral yang akan kudeta. Tapi apakah benar perintah pembunuhan itu ada ? Siapa the man behind the gun ? inilah awan gelap. Mengapa ? Lettu Doel Arif Sebagai komandan Pasukan Pasopati yang menjadi operator lapangan penculikan itu sampai kini tidak tahu rimbanya dan tidak pernah bersaksi di pengadilan.<br>
Yang jelas bila ada kelompok Islam yang sampai kini masih membenci PKI itu karena dendam masalalu. Ya karena ulah PKI lah dewan konstituante yang akan menjadikan pancasila bersyariah gagal, dengan keluarnya dekrit Presiden kembali ke UUD 45 dan Pancasila. Biarlah nanti waku yang akan mengungkapkan sejarah itu...Tugas kita belajar dari pengalaman masalalu bahwa apapun aksi bau amis darah demi kekuasaan harus dihentikan. Kalau inginkan kekuasaan maka tempulah jalur konstitusi lewat demokrasi. Ujilah aksetablitas dihadapan rakyat dan bila menang gunakanlah amanah itu dengan baik , dan bila kalah bersabarlah. Karena kekuasaan itu milik Tuhan dan Tuhan akan memberikan kekuasaan itu kepada yang Dia suka. Apapun itu pemimpin terpilih adalaj takdir kita bersama sama untuk menerima kenyataan dengan lapang hati dan utamakan damai walau itu pahit.</p>
<p dir="ltr">Sumber : Diskusi Dengan Babo</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjW4R24NS22Jusa0Q1eg8OBmvpFuvQzb-5zz5O3VIsDTedYDirR10Ygww8JdCv4xhLxGdZCZOFc9awUVU5wzD1kUC0-ac6I6s1N3xD7eiFvZ9g25ISrZy8q8TICvJxR3qcT6ia6aONck_-f/s1600/FB_IMG_1507004741842.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjW4R24NS22Jusa0Q1eg8OBmvpFuvQzb-5zz5O3VIsDTedYDirR10Ygww8JdCv4xhLxGdZCZOFc9awUVU5wzD1kUC0-ac6I6s1N3xD7eiFvZ9g25ISrZy8q8TICvJxR3qcT6ia6aONck_-f/s640/FB_IMG_1507004741842.jpg"> </a> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-82879430365269972272017-09-30T18:47:00.001+07:002017-09-30T18:47:55.982+07:00KENAPA SOEHARTO TIDAK MENCEGAH G30S ? PADAHAL DIA PANGKOSTRAD..!!<p dir="ltr"><br>
.<br>
PERAN Soeharto dalam Gerakan 30 September (G30S) 1965 ternyata cukup besar. Hal ini terungkap dari sejumlah kesaksian para pelaku dan mereka yang tersangkut dalam peristiwa tersebut.</p>
<p dir="ltr">Menurut kesaksian Wakil Komandan Bataliyon 530/Para/Brawijaya Mayor TNI (Purn) Soekarbi pada 21 September 1965, dirinya menerima radiogram dari Panglima Kostrad (Pangkostrad) Mayjen Soeharto.</p>
<p dir="ltr">Radiogram itu bernomor 220 dan 239 tertanggal 21 September 1965. Isinya adalah perintah agar Yon 530/Para Brigade 3/Brawijaya menyambut HUT ke-20 ABRI pada 5 Oktober 1965 di Jakarta dengan perlengkapan tempur garis pertama.<br>
Setelah dilakukan persiapan sesuai perintah dalam radiogram, pasukan diberangkatkan dengan kendaraan organik dan kereta api dalam tiga gelombang, mulai tanggal 25, 26, dan 27 September 1965.</p>
<p dir="ltr">Soekarbi saat itu memimpin keberangkatan pasukan gelombang ketiga dari Madiun dengan kereta api. Panglima Kodam Brawijaya saat itu adalah Mayjen Basoeki Rachmat.<br>
Setibanya di Jakarta, seluruh pasukan berkumpul di Kebon Jeruk. Pasukan yang telah berkumpul saat itu adalah Yon 454/Para/Diponegoro dan Yon 328/Para/Siliwangi. Pada 29 September 1965, seluruh pasukan sudah berada di Mangkostrad.</p>
<p dir="ltr">Saat itu, pasukan tempur ini diinspeksi oleh Kepala Staf Kostrad Brigjen Kemal Idris, serta para asistennya seperti Kolonel Yoga Sugama, Asisten 2 Kolonel Wahono, dan Asisten 3 Kolonel Sruhardojo.</p>
<p dir="ltr">Pagi hari tanggal 30 September 1965, seluruh pasukan ditambah unsur Kostrad sudah berkumpul di luar Stadion Senayan untuk latihan upacara. Inspektur upacara saat itu adalah Pangkostrad Mayjen Soeharto.</p>
<p dir="ltr">Setelah melakukan latihan upacara, para pasukan dikembalikan ke Kebon Jeruk. Sore harinya, semua Dan Ton dikumpulkan di aula pertanian Kebon Jeruk dan dibriefing oleh Dan Yom 530 Mayor Bambang Soepeno.</p>
<p dir="ltr">Isi briefing itu adalah, Ibu Kota Jakarta dalam keadaan gawat, demikian juga keadaan Pangti ABRI. Kedua, ada kelompok Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta terhadap Pemerintahan RI yang sah.<br>
Pukul 11 malam, satu kompi Yon 530 yang dipimpin Lettu Mohamad Saleh dan Resimen Cakrabirawa meninggalkan ruang briefing. Pukul 12 malam, briefing selesai. Pukul 2 pagi tanggal 1 Oktober 1965, Soekarbi memimpin pasukan menuju Kompleks Monas.</p>
<p dir="ltr">Di Kompleks Monas, kedudukan pasukan Soekarbi berada tepat di depan Istana Negara. Para pasukan inilah yang kemudian dikenal dengan pasukan liar atau tidak dikenaml saat terjadinya G30S.</p>
<p dir="ltr">Untuk itu Soekarbi membantah jika kemudian pasukannya dibilang liar. Sebab sedari awal mereka datang atas perintah Pangkostrad Mayjen Soeharto dan saat berada di Monas pasukannya sering keluar masuk Makostrad.<br>
Pagi hari jam 8, Soekarbi bertemu Pangkostrad Mayjen Soeharto dan melaporkan semua kegiatannya, termasuk hasil briefing dengan Mayor Bambang Soepeno yang menyatakan negara dalam keadaan darurat dan akan terjadi kudeta.</p>
<p dir="ltr">Namun Soeharto menjawab kabar itu tidak benar dan situasi aman terkendali. Padahal, pukul 2 pagi tanggal 1 Oktober 1965, G30S sudah bergerak melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap enam orang jenderal dan seorang perwira pertama.<br>
Pertanyaannya kemudian adalah apakah Soeharto tidak mengetahui hal itu? Sehingga dia mengatakan kepada seluruh pimpinan pasukan yang ada di Jakarta keadaan aman terkendali tanpa melakukan upaya pencegahan? Hal ini diragukan Soekarbi.</p>
<p dir="ltr">Menurut Soekarbi, Soeharto mengetahui adanya gerakan itu. Tetapi tidak melakukan pencegahan. Begitupun dengan Kodam Jaya. Apalagi jauh hari sebelumnya, Soeharto telah diberitahu Kolonel Latief akan kudeta Dewan Jenderal dan operasi militer.<br>
Saat berada di Rumah Tahanan Militer (RTM) Salemba, Soekarbi mengaku bertemu Kolonel Latief. Saat itu Latief bercerita tanggal 28 September 1965, dirinya menemui Soeharto untuk menceritakan situasi yang terjadi.</p>
<p dir="ltr">Namun Soeharto diam, tidak berkomentar. Baru kemudian hari, Soeharto menangkap Latief. Penulis Cornell Paper Profesor Ben Anderson mengatakan, ada sejumlah alasan kenapa Soeharto diam saat mendengar keterangan Latief.</p>
<p dir="ltr">Secara Machiavelis, Soeharto beranggapan ada baiknya jika Achmad Yani dan Nasution disingkirkan. Soeharto menyimpan dendam kepada Nasution karena pernah dicopot dari Pangdam Diponegoro dengan alasan melakukan penyelundupan.<br>
Begitupun dengan Yani, Soeharto tidak suka Yani karena dia merasa lebih senior. Pertanyaannya kemudian adalah kenapa para pelaku penculikan dan pembunuhan para jenderal itu adalah orang-orang dekat Soeharto?</p>
<p dir="ltr">Hubungan Soeharto dengan Kolonel Latief sudah seperti saudara. Latief mengenal Soeharto dan istrinya Ibu Tien sejak tahun 1948 sewaktu gerilya di Yogyakarta. Begitupun dengan Letkol Untung, hubungan mereka sangat baik.<br>
Saat Untung menikah, Soeharto lah yang membiayai seluruh biaya pernikahannya. Namun belakangan Soeharto lah yang menangkap dan membunuh Untung. Ben menduga, hal ini seperti permainan catur yang mengorbankan prajurit pada awal permainan.</p>
<p dir="ltr">Profesor Peter Dale Scott dalam analisanya beranjak lebih jauh. Dia menyatakan G30S atau Gerakan September Tiga Puluh (Gestapu)* merupakan pintu masuk bagi Soeharto untuk menghancurkan golongan kiri dan mendongkel Soekarno.<br>
Menurutnya, dari awal Soeharto sudah mengetahui bahwa penculikan dan pembunuhan enam orang jenderal itu dilakukan oleh pasukan-pasukan yang berhubungan dengan Untung, karena pasukan itu berada di bawah kepemimpinannya.<br>
Jadi, apapun alasan dan motivasi oknum-oknum perorangan dalam peristiwa itu menurutnya munafik, dan janggal karena sudah dirancang oleh Soeharto. Seperti keputusan tidak menjaga sisi Timur tempat markas Kostrad misalnya.<br>
Menurutnya, hal ini konsisten dengan putusan G30S bahwa hanya para jenderal Mabes AD yang akan dijadikan sasaran. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada yang menghalangi pengambil alihan kekuasaan oleh Soeharto.</p>
<p dir="ltr">Kejanggalan lain adalah pengumuman Dewan Revolusi yang tidak mengikutsertakan Soekarno. Menurutnya hal ini merupakan dalih Soeharto untuk berpura-pura melindungi Soekarno yang pada hakikatnya mencegah Soekarno kembali memimpin.</p>
<p dir="ltr">Begitupun dengan dipilihnya sarang G30S yang di Halim Perdana Kusuma. Hal itu untuk menutupi kecurigaan pembunuhan yang dilakukan pasukan di bawah komandonya, dan melimpahkannya kepada AURI dan personel Partai Komunis Indonesia (PKI).</p>
<p dir="ltr">Pasukan yang sama juga berada di Jawa Tengah. Diketahui bahwa batalion yang memberi pembekalan kepada kompi-kompi pemberontak dan yang menumpasnya adalah sama. Batalion itu berada di bawah kuasa Pangkostrad.</p>
<p dir="ltr">Siauw Giok Tjhan dalam catatan penjara Orde Baru menceritakan, beberapa jam sebelum G30S terjadi Kolonel Latief kembali menemui Soeharto dan melaporkan akan dilakukan penculikan para anggota Dewan Jenderal malam itu.<br>
Namun hingga G30S dilancarkan, Soeharto tetap diam dan tidak mengambil tindakan pencegahan. Padahal, harusnya dia melaporkan apa yang diketahuinya itu kepada atasannya Jenderal Ahmad Yani dan Jenderal Nasution.</p>
<p dir="ltr">Pertemuan Latief dan Soeharto malam itu disaksikan oleh Mayor Suradi. Menurut Suradi, dia menemani Latief menemui Soeharto di RSPAD. Dia mendengar Latief melaporkan bahwa nanti malam akan ada gerakan menculik para jenderal.</p>
<p dir="ltr">Banyak para perwira menengah dan tinggi ABRI diadili dan ditahan dengan tuduhan terlibat dalam G30S hanya karena mereka dinyatakan mengetahui tentang keberadaan Dewan Jenderal, tetapi tidak memberitahukan atasannya.</p>
<p dir="ltr">Salah satu contohnya adalah Komodor Suradi, Panglima Maritim Kepulauan Riau. Dia dijatuhi penjara 18 tahun karena tidak melaporkan keberadaan Dewan Jenderal yang diketahui dari seorang bawahannya ke atasannya.</p>
<p dir="ltr">Contoh lainnya adalah Brigadir Jenderal Polisi Suwarno. Dia dijatuhi hukuman karena tidak melaporkan atasannya karena keberadaan Dewan Jenderal dan tidak berupaya mengambil tindakan terhadap Dewan Jenderal.<br>
Pertanyaannya kemudian adalah, kenapa tidak ada konsekuensi hukum atas diamnya Mayjen Soeharto? Sampai di sini bahasan Cerita Pagi diakhiri. Semoga memberikan manfaat dan menambah khazanah pengetahuan pembaca.</p>
<p dir="ltr">*Prof Benedict Anderson mempunyai kesan bahwa singkatan Gestapu itu sendiri merupakan satu alasan lain dengan menganggap bahwa Gestapu adalah buatan Amerika Serikat. Kata Gerakan September Tiga Puluh sendiri terdengar janggal dalam bahasa Indonesia. Hal ini sama dengan mengatakan Teenth Four (Mei Sepuluh Empat) sebagai ganti May Four Teenth (Empat Belas Mei).<br>
.<br>
.<br>
Sumber Tulisan:<br>
Siauw Giok Tjhan, G30S dan Kejahatan Negara, Ultimus, Cetakan Pertama, Oktober 2015<br>
Pater Dale Scott, Amerika Serikat dan Penggulingan Soekarno 1965-1967, Vision 03, Cetakan Kedua September 2003.<br>
Eros Djarot, Siapa Sebenarnya Soeharto, Fakta dan Kesaksian Para Kesaksian Para Pelaku Sejarah G30S/PKI, MediaKita, Cetakan ke-13, 2008.</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-24595550967504255502017-09-29T15:59:00.001+07:002017-09-29T15:59:10.728+07:00Cerita Ketut Polos Dikejar Awan Panas Saat Erupsi Gunung Agung 1963.<p dir="ltr"></p>
<p dir="ltr">"Saya masih berusia 11 tahun waktu Agung meletus tahun 1963. Waktu itu siang hari dan saya lagi bermain di sawah menemani Bapak yang bertani," kata Ketut.</p>
<p dir="ltr">Suara menggelegar dari Gunung Agung membuat ayah dari Ketut berlari dan menarik lengannya. Ketut diajak berlari ke arah rumah lebih dahulu untuk mengajak anggota keluarga yang lain.</p>
<p dir="ltr">"Lari! Lari! Nggak lama belum sampai rumah itu abu pekat sangat tebal turun. Saya kesulitan bernafas dan mata saya pedih sekali sampai hampir tak bisa melihat. Waktu itu rumah orangtua 3 Km dari kawah, rumah yang sama dengan yang saya tempati sekarang. Tapi saya tinggal karena harus mengungsi," ujar kakek berusia 65 tahun itu.</p>
<p dir="ltr">Tak butuh waktu lama untuk hujan abu vulkanik menumpuk di tanah hingga setinggi kurang lebih 30 Cm.</p>
<p dir="ltr">"Pas lari ke arah Bangli itu, saya lihat awan hitam besar sekali. Begitu cepat sampai saya lihat orang-orang ada yang tertelan awan hitam itu. Saya masih ingat teriakan mereka yang tertelan awan itu, sangat mengerikan," ucap Ketut.</p>
<p dir="ltr">Horor yang dirasakan Ketut tidak berhenti dari situ, ketika mereka berhasil selamat dari awan vulkanik, mereka dihadapkan dengan aliran lahar panas.</p>
<p dir="ltr">"Lari ke arah Bangli itu lewat bukit dan hutan sama sungai. Waktu mau menyeberang sungai, itu sudah penuh sama lahar, dalam sekali. Akhirnya sama Bapak dibuatkan alas kaki dari kayu, kita langsung menyeberang, sangat panas, saya pikir saya akan mati di situ tapi saya selamat," ungkap Ketut.</p>
<p dir="ltr">Menurut Ketut, siang hari berubah menjadi malam dalam waktu hanya beberapa menit ketika #GunungAgung meletus pada tahun 1963. Matahari tidak terlihat selama 6 bulan lamanya dan Ketut mengungsi di sebuah desa kecil di #Bangli selama satu tahun.</p>
<p dir="ltr">"Satu tahun itu tidak berhenti-berhenti. Abu, nggak ada matahari, gagal panen, kelaparan, tidak ada air bersih. Sangat mengkhawatirkan dan menakutkan," pungkas Ketut.</p>
<p dir="ltr">Ketut menyatakan banyak korban berjatuhan karena tidak ada warga yang mengungsi seperti sekarang. Pemerintahan saat itu juga tidak sereaktif seperti sekarang.</p>
<p dir="ltr">"Karena waktu itu tidak ada yang datang bilang gunung mau meletus. Yang ada tokoh-tokoh adat menjelaskan kenapa banyak sekali gempa di gunung, lalu warga hanya sembahyang saja minta keselamatan tapi tidak mengungsi," papar Ketut.</p>
<p dir="ltr">"Kalau sekarang saya merasa lebih aman. Pemerintah sama Desa Adat sudah jauh-jauh hari kasih tahu. Keluarga saya pasti selamat dan nggak harus alami yang sama dengan saya waktu 1963," pungkasnya.</p>
<p dir="ltr">#karangasem #erupsi #gempa</p>
<p dir="ltr">#sejarah #bali #sejarahbali</p>
<p dir="ltr">www.sejarahbali.com | follow ig @sejarahbali | line: sejarahbali</p>
<p dir="ltr">Sumber: detik.com</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFYMSQpEsbqBi9QLwzW_SC1wusR1pmfP_tOuEk3dDfsnlG8kA0raZHNKNnySEBGeZmcfQzmFKVfs4OcTmaxG7xE12hdjxSe8wRTP52BPdBLn_ilYKY8qaNcg4Azg2hv42GPYUFTQSOuz5i/s1600/FB_IMG_1506675513215.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFYMSQpEsbqBi9QLwzW_SC1wusR1pmfP_tOuEk3dDfsnlG8kA0raZHNKNnySEBGeZmcfQzmFKVfs4OcTmaxG7xE12hdjxSe8wRTP52BPdBLn_ilYKY8qaNcg4Azg2hv42GPYUFTQSOuz5i/s640/FB_IMG_1506675513215.jpg"> </a> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-41843859011993809622017-09-28T06:47:00.001+07:002017-09-28T06:47:17.873+07:00A Gleam of Light in Indonesia?
<p dir="ltr"><br>
Mungkin ini adalah keusilan terakhir ngegodain hantu beliau, moga-moga arwahnya tenang. Dan kita semua insaf selepas bulan ini. Masalah masih ada yg histeris dan ngefans atas sepak-depak-toyor-popor-terjang-tendang-kemplang beliau sebenernya sih sah-sah saja, negara kita adalah negara demokratis, ya toh? </p>
<p dir="ltr">Seminggu inipun banyak kawan-kawan lama yg secara terang-terangan atawa malu-malu masih ngarep bengsin jadi gopek. Menurut mereka, jaman tentara, bossnya bisa ngatur perekonomian sebegitu heimat dan heibat di jaman Rust en Orde, ya gapapa, mungkin emang sekarang ngerasa jamannye susah, anak banyak, kerjaan ngadat, cicilan motor makin keparat (padahal jaman dulu boro-boro boleh mindring). Dan dari serangkaian debat di samping pak kusir yg sedang bekerja supaya baik jalannya itu, ada yg mentah-mentah nolak buku-buku macem Budhe McVey atawa Pakdhe Kahin, mereka bilang:</p>
<p dir="ltr">"GAK BISA! KAN SEJARAHNYA UDAH DITULIS NEGARA! BUKU-BUKU LUAR CUMA PROPAGANDA" [njir]</p>
<p dir="ltr">Ya uwiiis.. ssstt... Aja nesu masnya.. mbaknya..</p>
<p dir="ltr">Tepat seperti ungkapan seorang kawan, dalam sejarah, tak ada yg perlu diluruskan, sahaya mengamini, karena biarlah kebenaran itu akan menemukan jalannya sendiri, bukan berarti catatan itu buram, tapi semua tokoh punya andil pada masa itu. Entah jadi antagonis, protagonis, cameo, burung beo, mbalelo, semua tergantung berat kemana kita ngeliat. Masalahnya disini kita masih melihat sejarah itu seperti drama, kita ruwat manisnya namun kita helat pait-paitnya. Jadilah kita bingung sendiri, padahal kalo kita liat faktor yg paling penting adalah bagaimana kekuasaan itu dipakei buat depak-sepak-toyor-popor-kemplang-hilang pada masyarakat yg mengkritisi hal-hal yg tidak baik.</p>
<p dir="ltr">Dalam puak masyarakat yg tidak banyak membaca tentang sejarah penindasan, penghisapan dan pembodohan ada sebentuk kekaguman akan romantika dan euphoria genosida, mereka menghalalkan penghapusan manusia karena figur seorang jendral murah senyum kebapakan (that smile.. that goddamn smile!) yg menjadi pemenang dalam bab Bharatayudha. Seorang raja yg melanjutkan revolusi dengan moncong senapan. Hidup jadi sedemikian aman. Sehingga mereka terlena akan marabahaya yg tak nampak di pelupuk mata. Dan kita tau, inilah masanya.</p>
<p dir="ltr">Kelucuan-kelucuan itu salah satunya si sipil ngimpi maen abri-abrian, menjual deretan nama jendral-jendral untuk meluluskan kepentingan. Marak terjadi waktu itu --mungkin sampe sekarang-- sosok dalam angkatan menjadi begitu berperan untuk bisnis yg berkelangsungan, walhasil garda negara itu bukanlah mereka yg menjaga keselamatan bangsa tetapi digunakan pangkatnya seperti centeng jaman Belanda. Kita dididik menjadi masyarakat apolitis. Mencetak jago-jago nepotis.</p>
<p dir="ltr">Adakah secercah cahaya di Indonesia? Ketika kita begitu takut berpolitik? ketika begitu takut akan suatu kebenaran? Ketika kita begitu picik akan keadilan? Ketika kita nyaman akan pembodohan? Dan gemar maen abri-abrian?</p>
<p dir="ltr">Tidakkah takut pada anak-cucumu? Kau didik pada kesumat palsu dan melepasnya di masyarakat, mempertahankan kebohongan-kebohongan dan meludahi pelajaran. Kau apatis akan kecerdasan generasi dan terlalu asyik bersolek diri. Menjadi priyayi-priyayi. Mencibir yg korupsi. Geram pada kolusi. Tetapi lalai membentuk jati diri.</p>
<p dir="ltr">Dan enteng menuduh kawan-kawanmu yg mencari bukti adalah bagian dari PKI.</p>
<p dir="ltr">SINTING!</p>
<p dir="ltr">https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=148295872439113&id=100017761029412</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-13503944526556477262017-09-28T06:28:00.001+07:002017-09-28T06:28:59.809+07:00KEKUATAN NEO IMPERIALISME
Yang Menumbangkan Soekarno<p dir="ltr"></p>
<p dir="ltr">Soemitro Djojohadikusumo, The Hidden Story of Freeport.</p>
<p dir="ltr">“Salah satu hal yang paling prinsipil dari pergantian kepemimpinan di Indonesia, dari Soekarno ke Suharto adalah bergantinya karakter Indonesia dari sebuah bangsa yang berusaha menerapkan kemandirian berdasarkan kedaulatan dan kemerdekaan, menjadi sebuah bangsa yang bergantung pada kekuatan imperialisme dan kolonialisme Barat,” – Suar Suroso (Bung Karno, Korban Perang Dingin; 2008).</p>
<p dir="ltr">Sekilas Perjalanan Freeport di Indonesia</p>
<p dir="ltr">Spoiler for Freeport’s History<br>
lensaindonesia..com:</p>
<p dir="ltr">Lisa Pease, seorang penulis asal Amerika Serikat, membuat artikel menarik berjudul “JFK, Indonesia, CIA & Freeport Sulphur”. Artikel heboh ini dimuat dalam Majalah Probe, edisi Maret-April 1996. Kemudian, artikel ini disimpan di dalam National Archive di Washington DC, Amerika Serikat.</p>
<p dir="ltr">Paling menarik, dalam artikelnya Lisa Pease menulis penjarahan Freeport atas gunung emas di Papua sudah dimulai sejak tahun 1967. Namun, kiprah Freeport sendiri di Indonesia sudah dimulai beberapa tahun sebelumnya.</p>
<p dir="ltr">Freeport Sulphur, demikian nama perusahaan itu awalnya, nyaris bangkrut berkeping-keping ketika terjadi pergantian kekuasaan di Kuba tahun 1959. Saat itu Fidel Castro berhasil menghancurkan rezim diktator Batista. Oleh Castro, seluruh perusahaan asing di negeri itu dinasionalisasikan. Freeport Sulphur yang baru saja hendak melakukan pengapalan nikel produksi perdananya terkena imbasnya. Ketegangan terjadi. Berkali-kali CEO Freeport Sulphur merencanakan upaya pembunuhan terhadap Castro, namun selalu pula menemui kegagalan.</p>
<p dir="ltr">Di tengah situasi yang penuh ketidakpastian, pada Agustus 1959, Forbes Wilson yang menjabat sebagai Direktur Freeport Sulphur melakukan pertemuan dengan Direktur Pelaksana East Borneo Company, Jan van Gruisen.</p>
<p dir="ltr">Pada saat itu, Gruisen bercerita bahwa dirinya menemukan sebuah laporan penelitian atas Mountain Ersberg (Gunung Tembaga) di Irian Barat yang ditulis Jean Jaques Dozy di tahun 1936. Uniknya, laporan itu sebenarnya sudah dianggap tidak berguna dan tersimpan selama bertahun-tahun begitu saja di Perpusatakaan Belanda. Van Gruisen tertarik dengan laporan penelitian yang sudah berdebu itu dan membacanya.</p>
<p dir="ltr">Dengan berapi-api, Van Gruisen bercerita kepada pimpinan Freeport Sulphur itu jika selain memaparkan tentang keindahan alamnya, Jean Jaques Dozy juga menulis tentang kekayaan alamnya yang begitu melimpah. Tidak seperti wilayah lainnya di seluruh dunia. Kandungan biji tembaga yang ada di Gunung Ersberg itu terhampar di atas permukaan tanah, jadi tidak tersembunyi di dalam tanah.</p>
<p dir="ltr">Mendengar hal itu, Wilson sangat antusias dan segera melakukan perjalanan ke Irian Barat untuk mengecek kebenaran cerita itu. Di dalam benaknya, jika kisah laporan ini benar, maka perusahaannya akan bisa bangkit kembali dan selamat dari kebangkrutan yang sudah di depan mata.</p>
<p dir="ltr">Selama beberapa bulan, Forbes Wilson melakukan survei dengan seksama atas Gunung Ersberg dan juga wilayah sekitarnya. Penelitiannya ini ditulisnya dalam sebuah buku berjudul The Conquest of Cooper Mountain. Wilson menyebut gunung tersebut sebagai harta karun terbesar yang untuk memperolehnya tidak perlu menyelam lagi. Karena semua harta karun itu telah terhampar di permukaan tanah.</p>
<p dir="ltr">Dari udara, tanah di sekujur gunung tersebut berkilauan ditimpa sinar matahari. Wilson juga mendapatkan temuan yang nyaris membuatnya gila. Karena selain dipenuhi bijih tembaga, gunung tersebut ternyata juga dipenuhi bijih emas dan perak! luar biasa.</p>
<p dir="ltr">Menurut Wilson, seharusnya gunung tersebut diberi nama Gold Mountain, bukan Ersberg Mountain atau Gunung Tembaga. Sebagai seorang pakar pertambangan, Wilson memperkirakan jika Freeport akan untung besar dan dalam waktu tiga tahun sudah kembali modal.</p>
<p dir="ltr">Pimpinan Freeport Sulphur ini pun bergerak dengan cepat. Pada 1 Februari 1960, Freeport Sulphur menekan kerjasama dengan East Borneo Company untuk mengeksplorasi gunung tersebut.</p>
<p dir="ltr">Namun lagi-lagi Freeport Sulphur mengalami kenyataan yang hampir sama dengan yang pernah dialaminya di Kuba. Perubahan eskalasi politik atas tanah Irian Barat tengah mengancam. Hubungan Indonesia dan Belanda telah memanas dan Soekarno malah mulai menerjunkan pasukannya di Irian Barat.</p>
<p dir="ltr">Tadinya Wilson ingin meminta bantuan kepada Presiden AS John Fitzgerald Kennedy agar mendinginkan Irian Barat. Namun ironisnya, JFK malah sepertinya mendukung Soekarno. Kennedy mengancam Belanda akan menghentikan bantuan Marshall Plan jika ngotot mempertahankan Irian Barat.</p>
<p dir="ltr">Belanda yang saat itu memerlukan bantuan dana segar untuk membangun kembali negerinya dari puing-puing kehancuran akibat Perang Dunia II terpaksa mengalah dan mundur dari Irian Barat.</p>
<p dir="ltr">Ketika itu, sepertinya Belanda tidak tahu jika Gunung Ersberg sesungguhnya mengandung banyak emas, bukan tembaga. Sebab jika saja Belanda mengetahui fakta sesungguhnya, maka nilai bantuan Marshall Plan yang diterimanya dari AS tidak ada apa-apanya dibanding nilai emas yang ada di gunung tersebut.</p>
<p dir="ltr">Dampak dari sikap Belanda untuk mundur dari Irian Barat menyebabkan perjanjian kerjasama dengan East Borneo Company mentah kembali. Para pimpinan Freeport jelas marah besar. Apalagi mendengar Kennedy akan menyiapkan paket bantuan ekonomi kepada Indonesia sebesar 11 juta AS dengan melibatkan IMF dan Bank Dunia. Semua ini jelas harus dihentikan.</p>
<p dir="ltr">Segalanya berubah seratus delapan puluh derajat ketika Presiden Kennedy tewas ditembak pada 22 November 1963. Banyak kalangan menyatakan penembakan Kenndey merupakan sebuah konspirasi besar menyangkut kepentingan kaum Globalis yang hendak mempertahankan hegemoninya atas kebijakan politik di Amerika.</p>
<p dir="ltr">Presiden Johnson yang menggantikan Kennedy mengambil siap yang bertolak-belakang dengan pendahulunya. Johnson malah mengurangi bantuan ekonomi kepada Indonesia, kecuali kepada militernya.</p>
<p dir="ltr">Salah seorang tokoh di belakang keberhasilan Johnson, termasuk dalam kampanye pemilihan presiden AS tahun 1964, adalah Augustus C Long. Ia juga salah seorang anggota dewan direksi Freeport. Tokoh yang satu ini memang punya kepentingan besar atas Indonesia.</p>
<p dir="ltr">Selain kaitannya dengan Freeport, Long juga memimpin Texaco, yang membawahi Caltex (patungan dengan Standard Oil of California). Soekarno pada tahun 1961 memutuskan kebijakan baru kontrak perminyakan yang mengharuskan 60 persen labanya diserahkan kepada pemerintah Indonesia.</p>
<p dir="ltr">Caltex, sebagai salah satu dari tiga operator perminyakan di Indonesia jelas sangat terpukul oleh kebijakan Soekarno ini.</p>
<p dir="ltr">Augustus C Long amat marah terhadap Soekarno dan amat berkepentingan agar orang ini disingkirkan secepatnya. Mungkin suatu kebetulan yang ajaib. Augustus C Long juga aktif di Presbysterian Hospital, New York di mana dia pernah dua kali menjadi presidennya (1961-1962). Sudah bukan rahasia umum lagi jika tempat ini merupakan salah satu simpul pertemuan tokoh CIA.</p>
<p dir="ltr">Lisa Pease dengan cermat menelusuri riwayat kehidupan tokoh ini. Antara tahun 1964 sampai 1970, Long pensiun sementara sebagai pimpinan Texaco. Apa saja yang dilakukan orang ini dalam masa itu yang di Indonesia dikenal sebagai masa yang paling krusial.</p>
<p dir="ltr">Lisa mendapakan data jika pada Maret 1965, Augustus C Long terpilih sebagai Direktur Chemical Bank, salah satu perusahaan Rockefeller. Agustus 1965, Long diangkat menjadi anggota dewan penasehat intelijen kepresidenan AS untuk masalah luar negeri.</p>
<p dir="ltr">Badan ini memiliki pengaruh sangat besar untuk menentukan operasi rahasia AS di negara-negara tertentu. Long diyakini salah satu tokoh yang merancang kudeta terhadap Soekarno, yang dilakukan AS dengan menggerakkan sejumlah perwira Angkatan Darat yang disebutnya sebagai “our local army friend”.</p>
<p dir="ltr">Salah satu bukti adalah sebuah telegram rahasia Cinpac 342, 21 Januari 1965, pukul 21.48, yang menyatakan ada kelompok Jenderal Suharto yang akan mendesak angkatan darat agar mengambil-alih kekuasaan tanpa menunggu Soekarno berhalangan. Mantan pejabat CIA Ralph Mc Gehee juga pernah bersaksi jika hal itu benar adanya.</p>
<p dir="ltr">Setelah Soeharto berkuasa, maka Freeport dengan leluasa menjarah Gunung Ersberg yang disamping terkandung tembaga juga terdapat kandungan emas dan perak, bahkan terdapat kandungan uranium.</p>
<p dir="ltr">Skenario Pesta Kenduri Bancakan SDA Indonesia di Genewa-Swiss Tahun 1967</p>
<p dir="ltr">Quote:Tumbangnya Soekarno dan naiknya Jenderal Suharto disambut gembira Washingon. Presiden AS Richard M. Nixon sendiri menyebut hal itu sebagai “Terbukanya upeti besar dari Asia”. Indonesia memang laksana peti harta karun yang berisi segala kekayaan alam yang luar biasa. Jika oleh Soekarno kunci peti harta karun ini dijaga baik-baik bahkan dilindungi dengan segenap kekuatan yang ada, maka oleh Jenderal Suharto, kunci peti harta karun ini malah digadaikan dengan harga murah kepada Amerika Serikat.</p>
<p dir="ltr">Sejak akhir 1940-an, AS sesungguhnya sudah mengamati gerak-gerik dua tokoh PSI bernama Soemitro Djojohadikusumo dan Soedjatmoko yang berasal dari kalangan elit. AS mengetahui jika keduanya menentang sikap Soekarno. Baik Soedjatmoko maupun Soemitro diketahui menyambut baik Marshall Plan. Bahkan Soedjatmoko berkata, “Strategi Marshall Plan untuk Eropa tergantung pada dapat dipergunakannya sumber-sumber alam Asia.” Koko, demikian panggilan Soedjatmoko, bahkan menawarkan suatu model Indonesia yang terbuka untuk bersekutu dengan Barat. Awal 1949, Soemitro di School of Advanced International Studies yang dibiayai Ford Foundation menerangkan jika pihaknya memiliki model sosialisme yang membolehkan dieksploitasinya kekayaan alam Indonesia oleh Barat ditambah dengan sejumlah insentif bagi modal asing (Suroso; Bung Karno, Korban Perang Dingin; 2008.p.301. Lihat juga Weisman dan Djojohadikoesoemo 1949: 9).</p>
<p dir="ltr">Prosesi digadaikannya seluruh kekayaan alam negeri ini kepada jaringan imperialisme dan kolonialisme Barat terjadi di Swiss, November 1967. Jenderal Suharto mengirim sat tim ekonomi dipimpin Sultan Hamengkubuwono IX, Adam Malik, dan Soemitro Djojohadikusumo. Tim ini kelak disebut sebagai Mafia Berkeley, menemui para CEO korporasi multinasional yang dipimpin Rockefeller. Dalam pertemuan inilah tanah Indonesia yang kaya raya dengan bahan tambang dikapling-kapling seenaknya oleh mereka dan dibagikan kepada korporasi-korporasi asing, Freeport antara lain mendapat gunung emas di Irian Barat, demikian pula yang lainnya. Bahkan landasan legal formal untuk mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia pun dirancang di Swiss ini yang kemudian dikenal sebagai UU Penanaman Modal Asing tahun 1967 (John Pilger; The NewRulers of the World). Dan jangan lupa, semua COE korporasi asing tersebut dikuasai oleh jaringan Yahudi Internasional.</p>
<p dir="ltr">Ane kutip apa yang ditulis oleh John Pilger dalam bukunya yang berjudul “The New Rulers of the World.” Ane terjemahkan seakurat mungkin ke dalam bahasa Indonesia sebagai berikut :</p>
<p dir="ltr">Dalam bulan November 1967, menyusul tertangkapnya ‘hadiah terbesar’, hasil tangkapannya dibagi. The Time-Life Corporation mensponsori konferensi istimewa di Jenewa yang dalam waktu tiga hari merancang pengambil alihan Indonesia. Para pesertanya meliputi para kapitalis yang paling berkuasa di dunia, orang-orang seperti David Rockefeller. Semua raksasa korporasi Barat diwakili : perusahaan-perusahaan minyak dan bank, General Motors, Imperial Chemical Industries, British Leyland, British American Tobacco, American Express, Siemens, Goodyear, The International Paper Corporation, US Steel. Di seberang meja adalah orang-orangnya Soeharto (Sultan Hamengkubuwono IX, Adam Malik, dan Soemitro Djojohadikusumo) yang oleh Rockefeller disebut “ekonom-ekonom Indonesia yang top”.</p>
<p dir="ltr">Di halaman 39 ditulis : “Pada hari kedua, ekonomi Indonesia telah dibagi, sektor demi sektor. ‘Ini dilakukan dengan cara yang spektakuler’ kata Jeffrey Winters, guru besar pada Northwestern University, Chicago, yang dengan mahasiwanya yang sedang bekerja untuk gelar doktornya, Brad Simpson telah mempelajari dokumen-dokumen konferensi. ‘Mereka membaginya ke dalam lima seksi : pertambangan di satu kamar, jasa-jasa di kamar lain, industri ringan di kamar lain, perbankan dan keuangan di kamar lain lagi; yang dilakukan oleh Chase Manhattan duduk dengan sebuah delegasi yang mendiktekan kebijakan-kebijakan yang dapat diterima oleh mereka dan para investor lainnya. Kita saksikan para pemimpin korporasi besar ini berkeliling dari satu meja ke meja yang lain, mengatakan : ini yang kami inginkan : ini, ini dan ini, dan mereka pada dasarnya merancang infra struktur hukum untuk berinvestasi di Indonesia. Saya tidak pernah mendengar situasi seperti itu sebelumnya, di mana modal global duduk dengan para wakil dari negara yang diasumsikan sebagai negara berdaulat dan merancang persyaratan buat masuknya investasi mereka ke dalam negaranya sendiri.<br>
Freeport mendapatkan bukit (mountain) dengan tembaga di Papua Barat (Henry Kissinger duduk dalam board). Sebuah konsorsium Eropa mendapat nikel Papua Barat. Sang raksasa Alcoa mendapat bagian terbesar dari bauksit Indonesia. Sekelompok perusahaan-perusahaan Amerika, Jepang dan Perancis mendapat hutan-hutan tropis di Sumatra, Papua Barat dan Kalimantan. Sebuah undang-undang tentang penanaman modal asing yang dengan buru-buru disodorkan kepada Soeharto membuat perampokan ini bebas pajak untuk lima tahun lamanya. Nyata dan secara rahasia, kendali dari ekonomi Indonesia pergi ke Inter Governmental Group on Indonesia (IGGI), yang anggota-anggota intinya adalah Amerika Serikat, Canada, Eropa, Australia dan, yang terpenting, Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia.”</p>
<p dir="ltr">Demikian gambaran yang diberikan oleh Brad Simpson, Jeffrey Winters dan John Pilger tentang suasana, kesepakatan-kesepakatan dan jalannya sebuah konferensi yang merupakan titik balik masuknya kembali bangsa Indonesia kepada penjajahan ekonomi gaya baru, Neo-Liberalism.</p>
<p dir="ltr">Sejak Konferensi Jenewa bulan November 1967 yang digambarkan oleh John Pilger, dalam tahun itu juga lahir UU no. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, yang disusul dengan UU No. 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, dan serangkaian perundang-undangan dan peraturan beserta kebijakan-kebijakan yang sangat jelas menjurus pada liberalsasi. Dalam berbagai perundang-undangan dan peraturan tersebut, kedudukan asing semakin lama semakin bebas, sehingga akhirnya praktis sama dengan kedudukan warga negara Indonesia. Kalau kita perhatikan bidang-bidang yang diminati dalam melakukan investasi besar di Indonesia, perhatian mereka tertuju pada pertumbuhan PDB Indonesia yang produknya untuk mereka, sedangkan bangsa Indonesia hanya memperoleh pajak dan royalti yang sangat minimal.</p>
<p dir="ltr">Bidang-bidang ini adalah pertambangan dan infra struktur seperti listrik dan jalan tol yang dari tarif tinggi yang dikenakan pada rakyat Indonesia mendatangkan laba baginya.</p>
<p dir="ltr">Bidang lain adalah memberikan kredit yang sebesar-besarnya dengan tiga sasaran : pertama, memperoleh pendapatan bunga, kedua, proyek yang dikaitkan dengan hutang yang diberikan di mark up (korupsi), dan dengan hutang kebijakan Indonesia dikendalikan melalui anak bangsa sendiri, terutama yang termasuk kelompok Mafia Berkeley untuk ekonomi dan kelompok The Ohio Boys untuk bidang politik.</p>
<p dir="ltr">Keseluruhan ini sendiri merupakan cerita yang menarik dan bermanfaat sebagai bahan renungan introspeksi betapa kita sejak tahun 1967 sudah dijajah kembali dengan cara dan teknologi yang lebih dahsyat.</p>
<p dir="ltr">Sejak tahun 1967, pengerukan dan penyedotan kekayaan alam Indonesia oleh kekuatan asing, terutama mineral yang sangat mahal harganya dan sangat vital itu dilakukan secara besar-besaran dengan modal besar dan teknologi tinggi. Para pembantunya adalah bangsa sendiri yang berhasil dijadikan kroni-kroninya.</p>
<p dir="ltr">Soekarno dan JFK adalah sama-sama korban dari Neo imperialisme yang dikendalikan oleh corporate-corporate yang dimiliki oleh Zionis yang tersebar di Amerika dan Eropa. Mereka adalah pengendali kapitalisme dan terus melanggengkan imperialisme ke negara timur dan Asia. </p>
<p dir="ltr">Masihkah kita ada di blok barat???<br>
Waspadai tangan-tangan blok barat yang berupaya melanggengkan kepentingannya di negeri ini.</p>
<p dir="ltr">Merdeka...!!!</p>
<p dir="ltr">#HWMI #NU</p>
<p dir="ltr">https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1626684494060756&id=1549599298435943</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifMGNgwVOhJGZVHg7Qowl_QnLg3504VXPARBEwNYhyphenhyphenRHsW9H6G5zqAuZlQPuGBw1CJ9tjdvId8AUlh7cYy4x8aMj61RbDvX1RRZiCTBm2bGfynyqdjfnIyQVGmhATybcAJTi8R4jI1NRSJ/s1600/FB_IMG_1506554899337.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifMGNgwVOhJGZVHg7Qowl_QnLg3504VXPARBEwNYhyphenhyphenRHsW9H6G5zqAuZlQPuGBw1CJ9tjdvId8AUlh7cYy4x8aMj61RbDvX1RRZiCTBm2bGfynyqdjfnIyQVGmhATybcAJTi8R4jI1NRSJ/s640/FB_IMG_1506554899337.jpg"> </a> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-65964761252194966492017-09-27T18:08:00.001+07:002017-09-27T18:08:26.306+07:00Misteri Letusan Gunung Agung, Karangasem, 1963<p dir="ltr"> (2) </p>
<p dir="ltr">Warga terpaksa melewati sungai yang jembatannya terputus akibat terjangan lahar dingin Gunung Agung. </p>
<p dir="ltr">Dari catatan dan wawancara tim expedisi Ring of Fire, ada beberapa kisah memilukan dan juga "kemanusiaan" saat gunung Agung ini meletus, ini petikan dari hasil wawancara nya : Pura di Badeg Dukuh dan Sogra hancur. </p>
<p dir="ltr">Hampir seluruh bangunan ambruk diterjang awan panas dan telah menewaskan 109 warga Badeg Dukuh dan 102 warga Sogra. Bagi sebagian orang, sikap warga Sogra dan Badeg mungkin dianggap mencari mati. </p>
<p dir="ltr">Namun, tidak bagi masyarakat Bali waktu itu. Badeg Dukuh, menurut budayawan Bali, Cok Sawitri, memang bukan perdukuhan biasa. </p>
<p dir="ltr">"Kepala dukuhnya seperti juru kunci Gunung Agung, seperti Mbah Marijan (di Gunung Merapi, Yogyakarta). Dia bertugas berkomunikasi dengan Gunung Agung. Saat meletus, dia memang tak mau mengungsi," katanya. </p>
<p dir="ltr">Saksi mata yang mengevakuasi korban awan panas di Badeg Dukuh pada waktu itu bercerita bahwa di pura itu seperti upacara penyambutan, semacam odalan. </p>
<p dir="ltr">Saat ditemukan, para korban dalam posisi duduk menabuh gamelan. Kepala dukuh duduk dengan genta masih di tangan. Dia berdoa," katanya. </p>
<p dir="ltr">Semua korban, menurut Cok Sawitri, berlapis debu. "Saat disentuh langsung hancur." Cok yakin, orang-orang yang meninggal di pura Badeg Dukuh itu sengaja menyambut letusan. </p>
<p dir="ltr">"Itu barangkali ungkapan kesetiaan sebagai kuncen," katanya. </p>
<p dir="ltr">Keyakinan Cok Sawitri itu didasari cerita dari pamannya, Cokorda Gde Dangin, yang pada saat letusan menjadi Perbekel Desa Sidemen. </p>
<p dir="ltr">Menjelang letusan pada Minggu pagi itu, anak-anak dari Badeg Dukuh, termasuk anak dari Kepala Badeg Dukuh, datang ke rumah Gde Dangin. </p>
<p dir="ltr">Mereka meminta izin mengungsi di Sidemen karena Gunung Agung dipercaya akan meletus hebat. </p>
<p dir="ltr">"Paman lalu bertanya, bapak kalian mana?” kisah Cok Sawitri. Anak-anak itu menjawab, ayah mereka tidak ikut karena harus mengiringi perjalanan Bathara Gunung Agung menuju samudra. </p>
<p dir="ltr">"Barangkali orang-orang di Badeg Dukuh itu disuruh memilih, mau menyambut letusan gunung itu atau mengungsi," kata Sawitri. </p>
<p dir="ltr">Foto : Robert F. Sisson <br>
Sumber : (Departemen Penerangan, Denpasar, Kompas & kaskus)<br>
#sejarah #bali #sejarahbali <br>
www.sejarahbali.com</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9dPS5IpMUuT-kPS29RHCrgRKjJ7Gop_wfMzfjS08qP05eS1UlZ836VW6YsIC4jsrSvSTOVeBRgtKpsfL23CceN6D9n8OKTGlZZxJODwpweYhWkaPypQ9TtmWDC2mzhu1-Wn_Z0ReVVpNs/s1600/FB_IMG_1506509978288.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9dPS5IpMUuT-kPS29RHCrgRKjJ7Gop_wfMzfjS08qP05eS1UlZ836VW6YsIC4jsrSvSTOVeBRgtKpsfL23CceN6D9n8OKTGlZZxJODwpweYhWkaPypQ9TtmWDC2mzhu1-Wn_Z0ReVVpNs/s640/FB_IMG_1506509978288.jpg"> </a> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-53065556854422592352017-09-27T08:57:00.001+07:002017-09-27T08:57:03.556+07:00Bukti Terbaru G30S/PKI : Soeharto Dalang Pembunuhan Ahmad Yani?<p dir="ltr"></p>
<p dir="ltr">Oleh : Ahmad Yanuana Samantho </p>
<p dir="ltr">Kesaksian mantan Menteri Pengairan Dasar zaman Orde Lama HARYA SUDIRJA bahwa Bung Karno menginginkan Menpangad Letjen Achmad Yani menjadi Presiden kedua bila kesehatan Proklamator itu menurun, ternyata sudah lebih dahulu diketahui isteri dan putra-putri pahlawan revolusi tersebut.</p>
<p dir="ltr">“Bapak sendiri sudah cerita kepada kami (isteri dan putra-putri Yani) bahwa dia bakal menjadiPresiden.Waktu itu Bapak berpesan, jangan dulu bilang sama orang lain”, ujar putra-putri Achmad Yani : Rully Yani, Elina Yani,Yuni Yani dan Edi Yani – Sebelumnya diberitakan dalam acara diskusi “Jakarta – Forum Live, Peristiwa G-30S/PKI, Upaya Mencari Kebenaran” terungkap kesaksian baru, yaitu beberapa hari sebelum peristiwa kelam dalam sejarah republik ini meletus, Bung Karno pernah meminta Menpangad Letjen Achmad Yani menggantikan dirinya menjadi presiden bila kesehatan proklamator itu menurun.</p>
<p dir="ltr">Kesaksian tersebut disampaikan salah satu peserta diskusi: Harya Sudirja. Menurut mantan Menteri Pengairan Dasar zaman Orde Lama ini, hal itu disampaikan oleh Letjen Achmad Yanisecara pribadi pada dirinya dalam perjalanan menuju Istana Bogor tanggal 11 September 1965. Putra-putri Achmad Yani kemudian menjelaskan, kabar baik itu sudah diketahui pihak keluarga 2 (dua) bulan sebelum meletusnya peristiwa berdarah G-30S/PKI. “Waktu itu ketika pulang dari rapat dengan Bung Karno beserta para petinggi negara, Bapak cerita sama ibu bahwa kelak bakal jadi presiden”, kenang Yuni Yani, putri keenam Achmad Yani. “Setelah cerita sama ibu, esok harinya sepulang main golf, Bapak juga menceritakan itu kepada kami putra-putrinya. Sambil tertawa, kami bertanya, “Benar nih Pak?” Jawab Bapak ketika itu, “Ya”, ucapnya. Menurut Yuni, berita baik itu juga mereka dengar dari ajudan Bapak yang mengatakan Bapak bakal jadi presiden. Makanya ajudan menyarankan supaya siap-siap pindah ke Istana.</p>
<p dir="ltr">Sedangkan menurut Elina Yani (putri keempat), saat kakaknya Amelia Yani menyusun buku tentang Bapak, mereka menemui Letjen Sarwo Edhie Wibowo sebagai salah satu nara sumber. “Waktu itu, Pak Sarwo cerita bahwa Bapak dulu diminta Bung Karno menjadi presiden bila kesehatan Proklamator itu tidak juga membaik. Permintaan itu disampaikan Bung Karno dalam rapat petinggi negara. Di situ antara lain, ada Soebandrio, Chaerul Saleh dan AH Nasution”, katanya. “Bung Karno bilang, Yani kalau kesehatan saya belum membaik kamu yang jadi Presiden”, kata Sarwo Edhie seperti ditirukan Elina.</p>
<p dir="ltr">Pada prinsipnya, tambah Yuni pihak keluarga senang mendengar berita Bapak bakal jadi Presiden. Namun ibunya (Alm.Nyonya Yayuk Ruliah A.Yani) usai makan malam membuat ramalan bahwa kalau Bapak tidak jadi presiden, bisa dibunuh. “Ternyata ramalan ibu benar. Belum sempat menjadi presiden menggantikan Bung Karno,Bapak dibunuh secara kejam dengan disaksikan adik-adik kami. Untung dan Eddy. “Kalau Bapakmu tidak jadi presiden, ya nangendi (bahasa Jawa artinya :kemana) bisa dibunuh”, kata Nyonya Yani seperti ditirukanYuni. Lalu siapa pembunuhnya ?</p>
<p dir="ltr">Menurut Yuni, Ibu dulu mencurigai dalang pembunuhan ayahnya adalah petinggi militer yang membenci Achmad Yani. Dan yang dicurigai adalah Soeharto. Mengapa Soeharto membenci A.Yani ? Yuni mengatakan,sewaktu Soeharto menjual pentil dan ban yang menangkap adalah Bapaknya. “Bapak memang tidak suka militer berdagang.Tindakan Bapak ini tentunya menyinggung perasaan Soeharto”.</p>
<p dir="ltr">“Selain itu, usia Bapak juga lebih muda, sedangkan jabatannya lebih tinggi dari Soeharto”, katanya. Sedangkan Rully Yani (putri sulung) yakin pembunuh Bapaknya adalah prajurit yang disuruh oleh atasannya.”Siapa orangnya, ini yang perlu dicari”, katanya.Mungkin juga, lanjutnya, orang-orang yang tidak suka terhadap sikap Bapak yang menentang upaya mempersenjatai buruh, nelayan dan petani. “Bapak dulu kan tidak suka rakyat dipersenjatai.</p>
<p dir="ltr">Yang bisa dipersenjatai adalah militer saja”, katanya. Menurut dia, penjelasan mantan tahanan politik G-30S/PKI Abdul Latief bahwa Soeharto dalang G-30S/PKI sudah bisa menjadi dasar untuk melakukan penelitian oleh pihak yang berwajib. “Ini penting demi lurusnya sejarah. Dan kamipun merasa puas kalau sudah tahu dalang pembunuhan ayah kami”, katanya.</p>
<p dir="ltr">Dia berharap, kepada semua pelaku sejarah yang masih hidup bersaksilah supaya masalah itu bisa selesai dengan cepat dan tidak menjadi tanda tanya besar bagi generasi muda bangsa ini. Kesaksian istri dan putra-putri A.Yani bahwa Bapaknyalah yang ditunjuk Bung Karno untuk jadi Presiden kedua menggantikan dirinya, dibenarkan oleh mantan Asisten Bidang Operasi KOTI (Komando Operasi Tertinggi), Marsekal Madya (Purn) Sri Mulyono Herlambang dan ajudan A.Yani, Kolonel (Purn) Subardi.</p>
<p dir="ltr">Apa yang diucapkan putra-putri Jenderal A.Yani itu benar. Dikalangan petinggi militer informasi tersebut sudah santer dibicarakan. Apalagi hubungan Bung Karno dan A.Yani sangat dekat, ujar Herlambang. Baik Herlambang maupun Subardi menyebutkan, walaupun tidak terdengar langsung pernyataan Bung Karno bahwa dia memilih A.Yani sebagai Presiden kedua jika ia sakit, namun keduanya percaya akan berita itu.</p>
<p dir="ltr">“Hubungan Bung Karno dengan A.Yani akrab dan Yani memang terkenal cerdas, hingga wajar jika kemudian ditunjuk presiden”,kata Herlambang. “Hubungan saya dengan A.Yani sangat dekat, hingga saya tahu betapa dekatnya hubungan Bung Karno dengan A.Yani”, ujar Herlambang yang saat ini sedang menyusun buku putih peristiwa G-30S/PKI. Menyinggung tentang kecurigaan Yayuk Ruliah A.Yani (istri A.Yani), bahwa dalang pembunuhsuaminya adalah Soeharto, Herlambang mengatakan bisa jadi seperti itu. Pasalnya 2 (dua) bulan sebelum peristiwa berdarah PKI, Bung Karno sudah menunjuk A.Yani sebagai penggantinya.</p>
<p dir="ltr">Tentu saja hal ini membuat iri orang yang berambisi jadi presiden.Waktu itu peran CIA memang dicurigai ada, apalagi AS tidak menyukai Bung Karno karena terlalu vokal. Sedangkan Yani merupakan orang dekat Bung Karno. Ditambahkan Herlambang, hubungan A.Yani dengan Soeharto saat itu kurang harmonis. Soeharto memang benci pada A.Yani. Ini gara-gara Yani menangkap Soeharto dalam kasus penjualan pentil dan ban. Selain itu Soeharto juga merasa iri karena usia Yani lebih muda, sementara jabatannya lebih tinggi.</p>
<p dir="ltr">Terlebih saat A.Yani menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD), Bung Karno meningkatkan status KASAD menjadi Panglima Angkatan Darat. “Dan waktu itu A.Yani bisa melakukan apa saja atas petunjuk Panglima Tertinggi Soekarno, tentu saja hal ini membuat Soeharto iri pada A.Yani. Dijelaskan juga, sebenarnya mantan presiden Orde Baru itu tidak hanya membenci A.Yani,tapi semua Jenderal Pahlawan Revolusi. D.I.Panjaitan dibenci Soeharto gara-gara persoalan pengadaan barang dan juga berkaitan dengan penjualan pentil dan ban. Sedangkan kebenciannya terhadap MT. Haryono berkaitan dengan hasil sekolah di SESKOAD. Disitu Soeharto ingin dijagokan tapi MT.Haryono tidak setuju. Terhadap Sutoyo, gara-gara ia sebagai Oditur dipersiapkan untuk mengadili Soeharto dalam kasus penjualan pentil dan ban itu.</p>
<p dir="ltr">Menurut Subardi, ketahuan sekali dari raut wajah Soeharto kalau dia tidak menyukai A.Yani. Secara tidak langsung istri A.Yani mencurigai Soeharto. Dicontohkan, sebuah film Amerika yang ceritanya AD disuatu negara yang begitu dipercaya pemerintah, ternyata sebagai dalang kudeta terhadap pemerintahan itu. Caranya dengan meminjam tangan orang lain dan akhirnya pimpinan AD itulah yang menjadi presiden. “Peristiwa G-30S/PKI hampir sama dengan cerita film itu”, kata Nyonya Yani seperti ditirukan Subardi.</p>
<p dir="ltr">Catatan penulis:</p>
<p dir="ltr">Saya ambil artikel ini dari berbagai sumber dan milis-milis dengan harapan klarifikasi dari para pembaca yang budiman. Sampai saat ini masih menggelayut pertanyaan di setiap kepala rakyat Indonesia tentang bagaimana fakta yang sebenarnya dari peristiwa kelam ini. Masih ada tokohtokoh dan narasumber dari kisah kelam sejarah masa lalu ini yang masih hidup.</p>
<p dir="ltr">Disinilah perlunya penuntasan 100% dan jawaban yang adil dan penyelidikan yang transparan bagi masalah yang menyangkut peristiwa G30S. Masih diperlukan penyelidikan lanjutan yang independen untuk menyingkap fakta-fakta seputar sejarah kelam ini.</p>
<p dir="ltr">Dalam pembelaannya, Kol. Latief menyatakan, bahwa tidak ada maksud untuk membunuh para jendral, tetapi hanya ingin menghadapkannya kepada Presiden Sukarno untuk mengklarifikasi tentang adanya berita tentang rencana kudeta oleh Dewan Jendral yang akan dilakukan pada tgl 5.Oktober 1965.</p>
<p dir="ltr">Belakangan terungkap, bahwa yang menyuruh agar membunuh para jendral ternyata Komandan pasukan yang bernama Doel Arif.</p>
<p dir="ltr">Lettu. Doel Arif adalah tokoh yang bertanggung jawab dalam menangkap jenderal jenderal Angkatan Darat yang diduga akan membentuk Dewan Jenderal dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965.</p>
<p dir="ltr">Sebagai komandan Pasukan Pasopati yang menjadi operator G30S, ia adalah tokoh kunci. Ia bertanggung jawab terhadap operasi penculikan jenderal-jenderal pimpinan AD.</p>
<p dir="ltr">Belakangan terungkap, bahwa Doel Arif adalah seorang kepercayaan, malah dibilang anak kesayangan Ali Murtopo. Dan Ali Murtopo bersama Yoga Sugama adalah dua tokoh utama yang bersama Suharto sebagai Trio (Suharto-Ali Murtopo-Yoga Sugama) yang berperan menentukan dalam setiap langkah Suharto dalam melancarkan kudeta merangkak, dengan dukungan Blok Barat dibawah pimpinan CIA /AS menggulingkanpemerintahan Presiden Sukarno.</p>
<p dir="ltr">Nasib Lettu. Doel Arief, yang ditangani langsung oleh Ali Moertopo, hilang bak ditelan bumi, sampai sekarang tidak ada yang tahu.</p>
<p dir="ltr">Kenapa Suharto pantas diduga sebagai dalang dibalik G30S ?</p>
<p dir="ltr">Pada tanggal 21 September 1965, Kapten Soekarbi mengaku menerima radiogram dari Soeharto yang isinya perintah agar Yon 530 dipersiapkan dalam rangka HUT ABRI ke- 20 pada tanggal 5 Oktober 1965 di Jakarta dengan perlengkapan tempur garis pertama.</p>
<p dir="ltr">Setelah persiapan, pasukan diberangkatkan dalam tiga gelombang, yaitu tanggal 25,26,dan 27 September.</p>
<p dir="ltr">Pada tanggal 28 September pasukan diakomodasikan di kebun Jeruk bersama dengan Yon 454 dan Yon 328. Tanggal 30 September seluruh pasukan melakukan latihan upacara. Pukul tujuh malam semua Dan Ton dikumpulkan untuk mendapatkan briefing dari Dan Yon 530, Mayor Bambang Soepono. Dalam briefing tersebut disebutkan bahwa Ibu kota Jakarta dalam keadaan gawat. Ada kelompok Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta terhadap pemerintahan RI yang sah. Briefing berakhir pada pukul 00.00. Pukul dua pagi tanggal 1 Oktober, Kapten Soekarbi memimpin sisa Yon 530 menuju Monas. Di kompleks Monas mereka berkedudukan di depan istana. Pada saat itu, karena kedudukan mereka dekat Makostrad, pasukan pun sering keluar masuk Makostrad untuk ke kamar kecil. Karena tidak ada teguran dari Kostrad, berarti Kostrad tahu bahwa mereka ada di sana.</p>
<p dir="ltr">Pukul setengah delapan Kapten Soekarbi melapor pada Soeharto tentang keadaan ibu kota yang gawat serta adanya isu Dewan Jenderal. Namun Soeharto menyangkal berita tersebut.</p>
<p dir="ltr">Kapten Soekarbi sendiri mengaku tidak mengetahui terjadinya penculikan para Jenderal. Ia tetap merasa aman karena Pangkostrad Soeharto telah menjamin keadaan tersebut. Namun ia berpendapat bahwa Soeharto pasti lah tahu tragedi penculikan para Jenderal tersebut. Karena pada tanggal 25 September Kolonel Latief telah memberikanmasukan tentang keadaan yang cukup genting tersebut kepada Soeharto. Jadi sebenarnya mustahil apabila Soeharto tidak mengetahui tragedi tersebut.</p>
<p dir="ltr">Yang patut dipertanyakan lagi adalah mengapa Soeharto tidak melakukan pencegahan terjadinya tragedi tersebut. Kebiasaan dalam militer, apabila ada gerakan yang disinyalir akan membunuh atasan akan langsung dicegah. Namun kenyataanya Soeharto tidak sedikit pun mengambil sikap. Padahal apabila ditelusur ia sangat mampu mencegah kejadian tersebut. Pada saat itu, mereka sedang mempersiapkan HUT ABRI. Kostradlah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan acara tersebut. Jadi semua pasukan di Jakarta berada di bawah kendali Kostrad. Seharusnya Soeharto bisa memerintahkan pasukan untuk mencegahnya.</p>
<p dir="ltr">Dalam cerita versi Soeharto dan Orde Baru disebutkan terdapat pasukan liar di sekitar Monas. Kesaksian Kapten Soekarbi juga mematahkan pernyataan tersebut. Soeharto sendiri yang mengirimkan radiogram pada Kapten Soekarbi untuk mendatangkan pasukannya ke Jakarta. Tentunya ia mengenali pasukan siapa yang berada di Monas kala itu. Kostrad pun mengetahui kehadiran Yon 530. Namun pada kenyataannya Soeharto membiarkan pernyataan yang mengatakan bahwa terdapat pasukan liar pada saat itu.</p>
<p dir="ltr">***</p>
<p dir="ltr">Kejanggalan lain tampak dalam beberapa pengakuan Soeharto adalah pengakuan dan perkiraannya tentang kedatangan Kolonel Latief saat menjengu anaknya, Tomy Soeharto di Rumah Sakit Gatot Subroto. Dalam versinya ia hanya mengaku hanya melihat Kolonel Latief di zaal dimana anaknya dirawat. Namun kejadian yang sebenarnya adalah mereka sempat berbincang-bincang. Pada saat itu Kolonel Latief melaporkan bahwa besok pagi akan ada tujuh jenderal yang akan dihadapkan pada presiden. Namun pada saat itu Soeharto tidak bereaksi. Ia hanya menanyakan siapa yang akan menjadi pemimpinnya. Tapi dari hasil wawancara Soeharto dengan seorang wartawan Amerika, ia mengatakan”…….Kini menjadi jelas bagi saya, bahwa Latief ke rumah sakit malam itu bukan untuk menengok anak saya, melainkan sebenarnya untuk mengecek saya. Rupanya ia hendak membuktikan kebenaran berita , sekitar sakitnya anak saya, ……”.</p>
<p dir="ltr">Sedangkan dalam majalah Der Spiegel (Jerman Barat) Soeharto berkata.”Kira-kira jam 11 malam itu, Kolonel Latief dan komplotannya datang ke Rumah Sakit untuk membunuh saya, tetapi tampaknya ia tidak melaksanakan berhubung kekhawatirannya melakukan di tempat umum.” Dengan demikian ada tiga versi yang dikeluarkan oleh Soeharto sendiri tentang pertemuannya dengan Kolonel Latief. Hal ini sangat lah memancing kecurigaan bahwa Soeharti hanyalah mencari alibi untuk menghindari tanggung jawabnya.</p>
<p dir="ltr">***</p>
<p dir="ltr">Penyajian adegan penyiksaan ke enam jenderal dalam film G/30/S/PKI ternyata juga dapat digolongkan sebagai salah satu kejanggalan cerita versi Soeharto. Serka Bungkus adalah anggota Resimen Cakrabirawa. Pada saat itu ia mendapat tugas ”menjemput” M.T Haryono. Ia turut menyaksikan pula penembakan keenam Jenderal di Lubang Buaya. Ia menyatakan bahwa proses pembunuhan keenam Jenderal tidak melalui proses penyiksaan seperti pada film G/30/S/PKI. Satu per satu Jenderal dibawa kemudian duduk di pinggir lubang setelah itu ditembak dan akhirnya masuk ke dalam Lubang. Serka Bungkus mengetahui adanya visum dari dokter yang menyatakan tidakada tindak penganiayaan. Namun sepengetahuannya Soeharto melarang mengumumkan hal itu.</p>
<p dir="ltr">Selain itu salah satu dokter yang melakukan visum, Prof. Dr. Arif Budianto juga menyatakan bahwa tidak ada pelecehan seksual dan pencongkelan mata seperti yang ditayangkan dalam film. Memang pada saat dilakukan visum ada mayat dengan kondisi bola matanya ’copot’. Tapi hal itu terjadi karena sudah lebih dari tiga hari terendam bukan karena dicongkel paksa. Karena di sekitar tulang mata pun tidak adabagian yang tergores.</p>
<p dir="ltr">Tentu kita tidak dapat menduga-duga apa tujuan dan motif Soeharto menyembunyikan hasil visum. Dalam hal ini ia terkesan ingin memperparah citra PKI agar dugaan bahwa PKI lah yang ada di belakang tragedi ini semakin kuat. Kebencian masyarakat pada PKI pun akan memuncak dengan melihatnya.</p>
<p dir="ltr">***<br>
Satu hal yang paling menjadi kontroversi dari tragedi tersebut adalah banyaknya orang-orang yang dituduh mendukung PKI dan pada akhirnya dijebloskan ke penjara. Antara lain adalah Kolonel Latief, Letkol Heru Atmodjo, Kapten Soekarbi, Laksda Omar Dani, Mayjen Mursyid, dan masih banyak lagi. Kebanyakan dari mereka ditahan tanpa melalui proses peradilan. Orang- orang tersebut kebanyakan mengetahui bagaimana sebenarnya hal itu terjadi. Seperti contohnya Kapten Soekarbi. Ia ditahan setelah membuat laporan tentang kejadian yang ia alami pada tanggal 30 September dan 1 Oktober 1965. Penahanan tanpa proses peradilan ini dapat disinyalir sebagaisebuah upaya yang dilakukan Soeharto agar saksi-saksi kunci tidak dapat menceritakan kejadian yang sesungguhnya pada khalayak. Ketakutan yang dialami Soeharto ini tentunya justru semakin memperkuat anggapan bahwa dialah dalang di balik peristiwa G/30/S/PKI.</p>
<p dir="ltr">https://ahmadsamantho.wordpress.com/2015/08/31/bukti-terbaru-g30spki-soeharto-dalang-pembunuhan-ahmad-yani/</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqo7XPbaqB-OA0i4X5WgCnQDYGdnk9_wEzEf130TZW7s1Iw8ENZ2WXYnT3nbHA8_SDSH7ZFAh81WV3OuOL-sUc9KDgheuYxyznuPhtjDcLaoQMSWDvRqwxKSsetCOZRR28FKLpFsQFpL9R/s1600/FB_IMG_1506477378204.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqo7XPbaqB-OA0i4X5WgCnQDYGdnk9_wEzEf130TZW7s1Iw8ENZ2WXYnT3nbHA8_SDSH7ZFAh81WV3OuOL-sUc9KDgheuYxyznuPhtjDcLaoQMSWDvRqwxKSsetCOZRR28FKLpFsQFpL9R/s640/FB_IMG_1506477378204.jpg"> </a> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-87950572736125257142017-09-26T18:08:00.001+07:002017-09-26T18:08:14.093+07:00Tragedi Tanjung Priok 12 September 1984: Musibah dalam Musibah.<p dir="ltr">#MELAWAN_LUPA<br><br></p>
<p dir="ltr">Rezim Orde Baru meninggalkan bekas luka hingga kini bagi umat Islam. Pada akhir 60-an menjelang awal 70-an rezim ini mulai menekan umat Islam demi panggung pemilu, maka selepas pemilu 1971, rezim orba mulai menampakkan wajah sebenarnya, termasuk pada umat Islam di Indonesia.[1]</p>
<p dir="ltr">Berbagai tekanan mulai dilancarkan kepada umat Islam. Setelah menolak memberikan izin bagi para tokoh-tokoh Masyumi untuk berpolitik, rezim ini juga menekan kaum Nahdiyin di tanah air. NU yang beroposisi pada rezim orde baru, serta kencang mengkritik Soeharto dan kabinetnya, ditekan keras. Kebijakan-kebijakan orde baru terhadap umat Islam memang pantas dikritik, bahkan ditentang. Mulai dari RUU Perkawinan yang mengesampingkan Syariat Islam, rencana rezim Orba untuk mengakomodir aliran kepercayaan sejajar dengan agama, persoalan P4 hingga upaya orde baru untuk membungkam politik umat Islam lewat mengasingkan para tokoh Masyumi dari politik, seperti terhadap M. Natsir, Moh Roem yang tak diizinkan menjadi ketua Parmusi, hingga peleburan partai-partai Islam menjadi satu partai yaitu Partai Persatuan Pembangungan (PPP).[2]</p>
<p dir="ltr">Umat Islam saat itu benar-benar dipinggirkan aspirasinya. Tak mengherankan, karena Suharto saat itu memilih orang-orang terdekatnya dari kalangan bukan Islam, termasuk kejawen. Ali Moertopo dan Hoemardani yang berada dalam lingkaran kekuasaan Orde Baru memaksimalkan pengaruhnya melalui think-thank Centre for Strategic and International Studies (CSIS).[3]</p>
<p dir="ltr">Upaya rezim Orde Baru yang menyatukan partai Islam dalam satu partai justru menjadi blunder ketika Partai Persatuan Pembangunan (PPP) malah mendulang suara di pemilu 1977. Golkar yang sempat terancam kalah ketika itu, membuat Suharto memikirkan kembali kebijakan untuk menghadang peran umat Islam dalam politk kala itu. Isu-isu seperti ekstrim kanan, ‘Komando Jihad’ menjadi hembusan permainan intelejen yang dihembuskan untuk mendiskreditkan geraakan umat Islam. Mantan Menteri Agama yang juga tokoh NU, KH Saifuddin Zuhri pun mengkritik isu-isu ‘Komando Jihad’ yang dihembuskan rezim Orde Baru,</p>
<p dir="ltr">“Bagaimanapun, secara sepintas lalu, isyu ‘Komando Jihad’ bisa dikesankan untuk ditujukan kepada Ummat Islam, sekurang-kurangnya kepada golongan yang dikatagorikan ‘ekstrim.’ Kitapun tidak lebih tahu, siapa golongan ‘ekstrim’ tersebut. Apakah yang anti Orde Baru? Yang anti Pancasila? Yang anti UUD 45? Yang anti Pembangunan? Yang anti musyawarah?”[4]</p>
<p dir="ltr">Aksi-aksi protes umat Islam baik terhadap kebijakan orde Baru semakin menghebat kala Suharto menentukan Pancasila sebagai asas tunggal. Polemik asas tunggal Pancasila semakin menghebat di masyarakat dan ormas-ormas Islam. Penolakan-penolakan terhadap Pancasila sebagai asas tunggal juga menggema di masjid-masjid. Gelombang penentangan umat Islam terhadap rezim orde baru memang tampak menguat. Namun tak ada yang menyangka, Suharto dan rezim Orba akan melakukan suatu kekejian yang luar biasa terhadap umat Islam. Kekejian yang kelak kita akan mengenangnya sebagai Tragedi Tanjung Priok.</p>
<p dir="ltr">Tanjung Priok, salah satu wilayah dengan pemukiman padat di Jakarta, menjadi saksi kekejian rezim orde Baru terhadap umat Islam. Awal mula kejadian ini, ketika tanggal 8 September 1984, seorang Bintara Pembina Desa (Babinsa), bernama Hermanu, memasuki Mushola As-Sa’adah di Gang IV Koja, Tanjung Priok. Menurut kesaksian masyarakat ia masuk masjid tanpa melepas sepatu (meski Hermanu sendiri kelak membantahnya). Di sana, ia keberatan dengan sebuah pamflet yang tertempel di dinding yang menurutnya mengandung unsur SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan). Padahal pamflet tersebut hanya pengumuman pengajian rutin biasa. Menurut Hermanu, ia kemudian memakai air selokan yang hitam itu untuk melepas pamflet yang melekat dengan kuat di papan pengumuman. Namun menurut kesaksian ia menyiram pamflet tersebut dengan air selokan.[5]</p>
<p dir="ltr">Keesokan harinya, kejadian di mushola tersebut menjadi pembicaraan warga. Namun tak ada penyelesaian dari aparat terhadap masalah ini. Tanggal 10 September 1984, Hermanu dan rekannya, diketahui keberadaannya oleh jemaah As-Sa’adah, yaitu Syarifudin Rambe dan Syofwan. Kemudian terjadi perdebatan diantara mereka. Mereka kemudian melakukan pembicaraan di Pos RW 05. Ketika pembicaraan tengah berlangsung, tiba-tiba massa di luar sudah ramai. Menurut Hermanu, saat itu, massa berusaha menyerang dirinya. Namun karena tak dapat menggapai dirinya, massa di luar yang tak terkait dengan masalah ini kemudian merusak dan membakar sepeda motor Koramil. Anggota Polres kemudian datang dan menangkap empat orang, yaitu Syofwan, Syarifudin Rambe, Ahmad Sahi dan Mohammad Noor, yang dituduh membakar motor tersebut. Mohammad Noor sendiri membantah telah membakar motor tersebut, ia mengaku hanya memukul motor tersebut.[6] <br>
Anehnya, aksi-aksi provokatif Hermanu malah tidak ditindaklanjuti oleh aparat.</p>
<p dir="ltr">Tanggal 11 September, warga meminta tokoh masyarakat setempat, Amir Biki untuk meminta aparat membebaskan keempat orang yang ditangkap. Amir Biki, muslim yang taat, dan ditokohkan oleh masyarakat Tanjung Priok, memang menjadi orang yang biasa berhubungan dengan pihak militer (pemerintah). Amir Biki juga mengenal H.M.A. Sampurna, yaitu Asintel (Asisten Intel) Kodam Jaya. H.M.A. Sampurna mengaku dihubungi Amir Biki untuk membebaskan keempat orang tersebut yang ditahan di Polres atau Kodim. Namun permintaan tersebut ditampik oleh H.M.A. Sampurna.[7]</p>
<p dir="ltr">Tanggal 12 September, sebuah pengajian besar, yang memang sudah direncanakan jauh-jauh hari diadakan di Jalan Sindang, lorong 102. Pengajian itu sendiri memang dihadiri oleh Amir Biki, namun ia bukan orang yang direncanakan untuk berceramah di pengajian tersebut, karena Amir Biki memang bukan mubaligh. Pengajian tersebut diisi oleh beberapa ustadz, yaitu, Syarifin Maloko, Salim Kadar, M Nasir (bukan M. Natsir tokoh Masyumi dan DDII), dan Ratono.[8]</p>
<p dir="ltr">Acara pengajian yang dimulai pukul 20.00 itu kemudian berujung memanas. Masyarakat yang masih tak puas dengan penyelesaian kejadian di As-Sa’adah. Pukul 22.30, Amir Biki kemudian didaulat untuk berbicara di atas panggung.Di depan jama’ah yang berjumlah ribuan, Amir Biki mengajak jama’ah untuk menuntut pembebasan keempat orang yang ditangkap. Ia kemudian berkata, “Kita tunggu sampai jam 23.00 WIB, apabila keempat orang ini tidak dibebaskan juga, maka kita semua ke Kodim! Malam ini akan ada banjir darah. Karena saya tahu moncong senjata TNI telah diarahkan ke kepala saya!” Perkataan Amir Biki berhenti sejenak, kemudian dilanjutkan dengan, “Apabila saya meninggal malam ini, saya minta kepada jamaah untuk mengusung jenazah saya keliling Jakarta!” Amir Biki juga mengingatkan, “Jangan mengecewakan saya, saya peringatkan bahwa yang membuat kegaduhan itu bukan jamaah kita,” serunya.[9]</p>
<p dir="ltr">Ia kemudian memimpin massa untuk menuju ke Kodim. Namun tujuannya bukan untuk melawan aparat, apalagi memberontak. Amir Biki mengatakan pada kawannya Husain Safe saat itu, ketika Husein menolak ikut jika tujuan mereka untuk memberontak. “Bukan untuk itu, dan saya minta jangan ada yang melawan aparat karena itu bukan tujuan kita!”, tegas Amir Biki.[10]</p>
<p dir="ltr">Massa pun bergerak menuju Kodim. Di jalan mereka bertakbir, sambil membawa bendera hijau bertuliskan kalimat Tauhid. Tidak ada aksi anarkis sepanjang jalan. Namun belum sampai Kodim, persis di depan gerja di samping Mapolres Jakarta Utara, massa terhenti. Mereka dihadang aparat tentara, yang jumlahnya tak banyak saat itu, hanya belasan orang. Barisan massa di depan berhenti, namun mereka terdesak untuk maju oleh massa yang ada di belakang. Saat rombongan yang berada di depan barisan berusaha menahan massa untuk berhenti, tiba-tiba terdengar bunyi tembakan. Massa pun panik, berhamburan. Tembakan kemudian terus menyusul, senapan menyalak menghujani massa, tanpa henti 10 hingga 15 menit.[11] </p>
<p dir="ltr">Orang-orang bertumbangan, berteriak, Allaahu Akbar-Allaahu Akbar menggema. Husain Safe yang saat itu berada di barisan depan mengisahkan kejadian brutal tersebut,</p>
<p dir="ltr">“Detik-detik berlalu begitu mencekam. Tak lama kemudian aparat-aparat yang menembak bergerak mundur agak jauh dari saya sambil terus menembak. Mereka mencoba melihat lebih jauh ke belakang, ke arah rombongan lain yang menuju kami. Ternyata itu adalah rombongan Amir Biki. Saya dengar ada yang berteriak bahwa itu adalah Amir Biki. Disusul lagi teriakan dari anggota pasukan lainnya, “Habisi saja!!”[12]</p>
<p dir="ltr">Amir Biki pun tumbang. Begitu pula massa lainnya. Mayat-mayat bergelimpangan di antara orang-orang yang terkapar terluka, di jalan dan di selokan. Tentara terus memburu massa dalam kegelapan akibat lampu dimatikan secara serentak. Kelak diketahui, lampu-lampu itu padam akibat dimatikan langsung dari pusat oleh PLN. Tentara memburu siapa saja. Orang yang lari ditembak hingga rubuh. Orang-orang yang tiarap dilindas truk tentara yang datang sekonyong-konyong. Orang-orang yang bersembunyi di selokan mendengar jelas jeritan-jeritan orang terlindas dan suara tulang remuk. Mereka terus menembaki bahkan dari atas truk. Setelah 10 hingga 15 menit, tembakan-tembakan kemudian berhenti.[13]</p>
<p dir="ltr">Aparat itu memeriksa siapapun yang tergeletak. Mencari yang masih hidup. Beberapa orang yang terluka namun masih hidup, berpura-pura mati. Termasuk Yusron Zaenuri. Ia berpura-pura mati. Mayat-mayat kemudian ditumpuk dan dilempar ke atas truk. Yusron Zaenuri, dilempar ke truk bertumpuk-tumpuk dengan mayat. Dua mobil truk besar penuh dengan mayat. Tak lama kemudian datang ambulans dan mobil pemadam kebakaran, membersihkan jalan dari genangan darah. Ratusan orang menjadi korban. Namun, pemerintah memberikan versi berbeda. Panglima ABRI Jenderal L.B. Moerdani yang meninjau lokasi tak lama setelah peristiwa keji tersebut menyatakan hanya sembilan yang tewas dan 53 luka-luka. Menurut versi Pemerintah, massa bertindak anarkis, meski para korban yang bersaksi menolak pernyataan tersebut.. L.B. Moerdani beserta Pangdam Jaya Mayjen Try Sutrisno juga mengunjungi RSPAD, lokasi tempat korban luka-luka dirawat seadanya.[14]</p>
<p dir="ltr">Umat Islam, beserta para tokoh masyarakat mengecam peristiwa tersebut. Para tokoh Islam seperti Syafrudin Prawiranegara, Burhanuddin Harahap, Anwar Harjono, AM Fatwa hingga tokoh nasional seperti Hoegeng, Ali Sadikin, HR Dharsono menandatangani Lembar Putih 22 yang berisi keprihatinan tentang pernyataan sepihak dari pemerintah. Lembar Putih 22 juga mengeluarkan kronologis dan fakta berbeda dari versi pemerintah. Mereka menyebut keterangan sepihak pemerintah sebagai “musibah dalam musibah.”[15]</p>
<p dir="ltr">Peristiwa ini memang tak hanya musibah dalam musibah, tetapi juga musibah berlanjut musibah. Kekejian aparat rezim Orde Baru tak hanya puas dengan membantai umat Islam di lokasi tetapi dilanjutkan dengan penyiksaan terhadap orang-orang yang terluka. Selepas diobati seadanya di rumah sakit, mereka kemudian ditahan tanpa ada proses yang legal. Penangkapan-penangkapan juga berlanjut selepas tragedi tersebut. Baik yang benar-benar ada di lokasi saat kejadian ataupun orang yang tak tahu menahu tentang peristiwa tersebut. Mereka dipaksa untuk mengakui pernyataan palsu. Penyiksaan demi penyiksaan menjadi rmakanan sehari-hari para tahanan. Mereka diperlakukan lebih buruk daripada binatang. Syaiful Hadi salah seorang yang ditahan menceritakan kisah pilu yang mereka alami.</p>
<p dir="ltr">“Dalam tubuh tanpa dibalut pakaian itu, kami disiksa di atas kerikil tajam. Kami dipaksa berguling-guling di atas kerikil itu, sementara tentara memukuli dengan tongkat dan menendangi dengan sepatu lars. Dari mulut mereka terlontar hinaan yang menyakitkan. “Dasar PKI! Anak gerombolan GPK!” hardik mereka. Kami cuma mampu mengucap, “Allahu Akbar!” Namun setiap kami mengucap kalimat takbir itu, mereka selalu melontarkan ejekan yang amat menyakitkan hati. “Di sini tidak ada Tuhan,” bentak mereka. Astaghfirullah! Hati seperti berkeping-keping. Sementara tubuh saya dan teman-teman tak henti-hentinya mengeluarkan darah. Darah segar mengucur dari kepala sampai kaki.”[16]</p>
<p dir="ltr">Ada pula kisah yang amat pedih dialami Aminatun, salah seorang tahanan perempuan. Ia mengalami penyiksaan dan pelecehan di tahanan. Aminatun yang ditahan meninggalkan anak-anaknya, kemudian dipaksa menyaksikan kakak dan teman-temannya dipukuli, diestrum dan ditelanjangi di depan dirinya. Ia pun tak lepas dari penyiksaan. Oleh aparat perempuan, jilbabnya dirobek dan ia diancam akan ditelanjangi. Ia pun dilain kesempatan akhirnya ditelanjangi oleh dua aparat perempuan. Ia dipaksa untuk mengakui terlibat pengajian di Tanjung Priok.[17]</p>
<p dir="ltr">Puluhan orang ditangkap dan siksa aparat selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Orang-orang yang wafat menjadi korban tak pernah jelas dimana mereka dikuburkan? Banyak keluarga, ayah, ibu, anak mencari anggota keluarga mereka. Tak pernah ada kejelasan. Nasib keluarga mereka. Bahkan ada yang dianggap telah meninggal, namun ternyata kembali lagi, dengan cedera akibat penyiksaan sekian lama.[18]</p>
<p dir="ltr">Penangkapan dan penyiksaan tak hanya menyeret orang-orang kecil yang ikut dalam demonstrasi kala itu atau korban salah tangkap, tetapi juga menyeret para mubaligh dan aktivis Islam. AM Fatwa, penandatangan Lembar Putih turut ditangkap dan divonis berat begitu pula Letjen HR Dharsono, Salim Kadir, Prof. Oesmany Al Hamidi yang sudah sepuh dan Abdul Qadir Djaelani. Mereka rata-rata menerima vonis 18 hingga 20 tahun. Mereka dianggap sebagai dalang dan provokator peristiwa Tanjung Priok. Peradilan yang mereka jalani pun peradilan ‘sesat’ di bawah kendali oleh pemerintah.[19]</p>
<p dir="ltr">Peristiwa Tanjung Priok memang menjadi palu godam untuk menghantam umat Islam yang kritis terhadap pemerintah Orde Baru. Upaya pemerintah yang terutama hendak memaksakan Pancasila sebagai asas tunggal menimbulkan reaksi keras dari umat Islam. Peristiwa Tanjung Priok benar-benar memukul umat Islam. Setelah peristiwa ini, penerapan Pancasila sebagai asas tunggal tak lagi menemui kendala berarti. Namun bagi yang memperhatikan peristiwa ini dengan seksama, pasti akan mencium bau busuk operasi intelejen dalam peristiwa Tanjung Priok. Berbagai faktor mencurigakan, misalnya insiden provokasi oleh Babinsa di mushola As-Sa’adah. Lalu aparat juga condong mendiamkan warga yang tersulut emosinya. Ceramah-ceramah di wilayah itu memang semakin memanas menjelang tanggal 12 September 1984.[20] </p>
<p dir="ltr">Tokoh umat Islam, Muhammad Natsir, sudah mengingatkan para da’i dari Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) untuk tidak melakukan khotbah di daerah Tanjung Priok karena situasinya semakin mencurigakan.[21] </p>
<p dir="ltr">Ceramah-ceramah menolak asas tunggal memang semakin keras bergema di sana. Mustahil aparat tidak mengetahui hal ini. Bukan kebiasaan aparat di rezim Orde Baru untuk mendiamkan ceramah-ceramah yang kritis terhadap pemerintah.</p>
<p dir="ltr">Kecurigaan lain juga muncul melihat kesiapan aparat ketika menghadang massa demonstran. Aparat yang belasan orang, dihadapkan pada massa yang berjumlah setidaknya 1.500 orang. Reaksi aparat yang membabi buta menghujani massa yang tertib dengan tembakan juga amat tidak wajar. Turut menjadi pertanyaan adalah, mengapa lampu-lampu kala itu dipadamkan secara total dengan mematikan aliran listrik dari PLN secara tiba-tiba dan serentak?[22] Massa dalam kegelapan tentu saja lebih mudah dikacaukan dan hinggapi rasa panik serta ketidakjelasan melihat peristiwa..Namun yang paling menimbulkan kecurigaan adalah berkumpulnya aparat (tentara) di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Mengkok Sukapura Cilincing, pukul 21.00, hanya beberapa jam sebelum kejadian pukul 23.00. Aparat terlihat mengamankan lokasi pemakaman umum tersebut. Kelak, para korban dimakamkan di TPU tersebut, beberapa jam setelah kejadian tanpa diketahui keluarga korban. Fakta ini baru diketahui setelah para korban yang menjadi aktivis untuk menuntut keadilan peristiwa Tanjung Priok, menggali makam di sana dan menemukan tulang belulang korban pada tahun 1998.[23]</p>
<p dir="ltr">Tak pelak, nama Panglima ABRI Jenderal L.B. Moerdani dan Pangdam Jaya kala itu, MayJen Try Sutrisno acapkali disebut sebagai pihak yang bertanggung jawab dibalik peristiwa tragis Tanjung Priok.[24] Terutama kepada Benny Moerdani yang tindak tanduknya menunjukkan penentangannya kepada umat Islam. Bukan barang baru, tekanan terhadap umat Islam disalurkan lewat operasi-operasi intelejen semacam isu ‘Komando Jihad’ dan lainnya. Namun hingga kini, tak ada satu pun aparat yang diadili atas peristiwa ini, meski Komnas Ham telah menganggap peristiwa Tanjung Priok sebagai pelanggaran HAM berat.</p>
<p dir="ltr">Bagi umat Islam generasi saat ini setidaknya kita dapat memahami bagaimana perjuangan umat Islam di masa lalu dalam membela kepentingan agamanya, menentang rezim brutal Orde Baru di bawah Soeharto.</p>
<p dir="ltr">“Piye kabare? Isih penak jamanku Tho?” Dor! Dor! Dor!</p>
<p dir="ltr"> </p>
<p dir="ltr">Oleh: Beggy Rizkiyansyah – Penggiat Jejak Islam untuk Bangsa</p>
<p dir="ltr"> ===========</p>
<p dir="ltr">[1] Ismail, Faisal. 1995. Islam, Politics and Ideology in Indonesia: A Study of The Process of Muslim Acceptance of The Pancasila. Tesis. Institute Islamic Studies, McGill University.</p>
<p dir="ltr">[2] Hakim, Sudarnoto Abdul. 1993. The Partai Persatuan Pembangunan: The Political Journey of Islam Under Indonesia’s New Order (1973-1987). Tesis. Institute of Islamic Studies, McGill University.</p>
<p dir="ltr">[3] Jenkins, David. 2010. Soeharto dan Barisan Jenderal Orba: Rezim militer Indonesia 1975-1983. Jakarta: Komunitas Bambu.</p>
<p dir="ltr">[4] KH Saifuddin Zuhri. Isyu “Komando Jihad” dan “Negara Islam” dalam Unsur Politik dalam Da’wa. Al Ma’arif: Bandung, 1982.</p>
<p dir="ltr">[5] Pusat Studi dan Pengembangan Informasi (PSPI). 1998. Tanjung Priok Berdarah Tanggung Jawab Siapa? Kumpulan Fakta dan Data. Jakarta: Gema Insani Press</p>
<p dir="ltr">[6] Ibid</p>
<p dir="ltr">[7] Ibid</p>
<p dir="ltr">[8] Ibid</p>
<p dir="ltr">[9] S.D., Subhan dan Gunawan, F.X. Rudy (ed). 2004. Mereka Bilang Di Sini Tidak Ada Tuhan: Suara Korban Tragedi Priok. Jakarta: Gagas Media dan Kontras.</p>
<p dir="ltr">[10] Ibid</p>
<p dir="ltr">[11] Pusat Studi dan Pengembangan Informasi (PSPI). 1998</p>
<p dir="ltr">[12] Ibid</p>
<p dir="ltr">[13] Ibid</p>
<p dir="ltr">[14] Ibid</p>
<p dir="ltr">[15] Ibid</p>
<p dir="ltr">[16] S.D., Subhan dan Gunawan, F.X. Rudy (ed). 2004.</p>
<p dir="ltr">[17] Ibid</p>
<p dir="ltr">[18] Ibid</p>
<p dir="ltr">[19] Pusat Studi dan Pengembangan Informasi (PSPI). 1998</p>
<p dir="ltr">[20] S.D., Subhan dan Gunawan, F.X. Rudy (ed). 2004.</p>
<p dir="ltr">[21] Fatwa, A.M. 1999. Dari Mimbar ke Penjara: Suara Nurani Pencari Keadilan dan Kebebasan. Bandung: Mizan</p>
<p dir="ltr">[22] S.D., Subhan dan Gunawan, F.X. Rudy (ed). 2004.</p>
<p dir="ltr">[23] Ibid</p>
<p dir="ltr">[24] Pusat Studi dan Pengembangan Informasi (PSPI). 1998</p>
<p dir="ltr">http://jejakislam.net/tragedi-tanjung-priok-1984-musibah-dalam-musibah/</p>
<p dir="ltr">https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10210490171152905&id=1303700840</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtwfxsWFkQ9UpdJXbf_l6UGQslCWPHNw_0Ksl-qUuDBNGsHjKZnQ189rty3zQOMeorGRdYa8V4zEIRGRiQUkKHEm4Y5Cr_1wbaVc_dOrrTteT8lVYxwnG3jt-gq8Pj8HIjDB7ZjBW6q5Aw/s1600/FB_IMG_1506424028478.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtwfxsWFkQ9UpdJXbf_l6UGQslCWPHNw_0Ksl-qUuDBNGsHjKZnQ189rty3zQOMeorGRdYa8V4zEIRGRiQUkKHEm4Y5Cr_1wbaVc_dOrrTteT8lVYxwnG3jt-gq8Pj8HIjDB7ZjBW6q5Aw/s640/FB_IMG_1506424028478.jpg"> </a> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-88235536177540607232017-09-26T11:29:00.001+07:002017-09-26T11:29:29.679+07:00Mustahil Pak Harto tidak mengetahui operasi militer G30S malam itu<p dir="ltr"></p>
<p dir="ltr">1. Pasukan yg terlibat G30S berasal dari batalyon yg diperbantukan utk Kostrad yakni Yon 454 Diponegoro dan Yon 530 Brawijaya. </p>
<p dir="ltr">2. Pasukan Kostrad dari Yon 454 dan Yon 530 yg menculik para jenderal tiba di Jakarta sktr 27 Sept atas perintah telegram dari Pangkostrad, Mayjen Soeharto. Alasannya utk mengikuti parade baris berbaris pada HUT ABRI tgl 5 Okt 1965. Tapi anehnya Pak Harto memerintahkan mereka utk membawa persenjataan garis pertama siap tempur. Selama 3 hari, kedua batalyon itu turut diinspeksi oleh Pangkostrad. Masak utk baris berbaris musti bawa perlengkapan siap tempur</p>
<p dir="ltr">3. Selama 3 hari di Jakarta, Yon 454 dan 530 berkemah di sekitar lapangan Monas berseberangan dengan istana dan juga markas Kostrad. Mereka pun hilir mudik ke Kostrad utk pinjam toilet.</p>
<p dir="ltr">4. Tengah malam, tgl 30 Sept Soeharto dikunjungi kolonel Latief di RSPAD utk memberitahu bahwa malam ini G30S akan bergerak mengambil para jenderal yg tidak loyak pada Bung Karno.<br>
Soeharto cuma tersenyum.<br>
Aneh juga bahwa Soeharto sbg salah seorang Pangkostrad yg secara tradisi menggantikan Menpangad A. Yani jika berhalangan tidak dijadikan sasaran penculikan</p>
<p dir="ltr">5. Dalam persidangan terungkap bhw Sjam meminta pasukan kpd Letkol Untung utk menjalankan operasi.<br>
Letkol Untung kemudian menyediakan Yon 454 dan 530 yg dipanggil langsung dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.<br>
Ternyata Letkol Untung pernah menjadi Komandan Batalyon 454 Diponegoro di bawah pimpinan Soeharto sbg pangdam Diponegoro. Untung adalah bawahan Soeharto langsung saat operasi Trikora membebaskan irian barat.</p>
<p dir="ltr">6. Saat semua orang kebingungan akibat penculikan para jenderal, Soeharto dengan begitu mudahnya dapat menguasai keadaan seolah-olah semua sudah berada di bawah kendali dia. Nasution aja sbg Menhankam masih kebingunan situasi yg terjadi. Demikian juga Soekarno dan para jenderal2 lain. Soeharto ternyata jauh lebih menguasai situasi.</p>
<p dir="ltr">7. Di penjara, Letkol Untung bercerita kpd rekannya bahwa dia yakin akan dibebaskan krn Soeharto mengetahui operasi itu sebelumnya. Demikian juga Latief menyampaikan bhw dia telah melaporkan ke Soeharto rencana ini pas tengah malam.</p>
<p dir="ltr">8. Ada koneksi Kodam Diponegoro dalam kejadian G30S.<br>
Para tokoh kunci dlm G30S kebanyakan adalah orang-orang yg pernah berasal dari Kodam Diponegoro. Untung dan Latief keduanya adalah anak buah Soeharto di Kodam Diponegoro.<br>
Yon 454 juga dari Diponegoro. <br>
Brigjend Supardjo meski berasal dari kesatuan Siliwangi, tapi beliau juga adalah anak buah Soeharto di operasi Dwikora. Soeharto sbg Panglima Mandala Siaga, Supardjo sbg panglima tempur IV komando Mandala. Soeharto dan Supardjo juga berteman baik, keduanya sama-sama dari jawa tengah dan Soeharto jauh-jauh datang ke pernikahan Supardjo di kebumen, Jawa Tengah.</p>
<p dir="ltr">Koneksi Kodam Diponegoro juga terlibat bukan cuma dlm penculikan di Jakarta.. tetapi juga penculikan di Yogyakarta pada hari yg bersamaan, 1 Oktober.l 1965. Kolonel Katamso dan Letkol Sugiono dari korem 072/Pamungkas yg berada di bawah Kodam Diponegoro diculik dan dibunuh oleh anak buahnya.</p>
<p dir="ltr">9. Lucu bin Aneh, Yon-454 dan Yon-530 yg menculik dan membunuh para jenderal dlm G30S akhirnya yg turut menumpas G30S dan membantai PKI dan kelompok Soekarnois.</p>
<p dir="ltr">Saya yakin bahwa PKI memang turut terlibat dalam G30S, tetapi mustahil Soeharto tidak mengetahui operasi malam itu.</p>
<p dir="ltr">Entah apa yg sesungguhnya apa yg terjadi 1 Oktober 1965 itu, cuma mereka dan Tuhan yg tahu.</p>
<p dir="ltr">Jakarta 2017</p>
<p dir="ltr">https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1404783422923950&id=100001769188641</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWwKmfwALyfDbkrkiBUXlDYGTjqFsQ4NM0c0R1Aj-9FgykQhKiFzuvqgY_GKrp2gRdjXkN5MhbBUf_2pteAk-Lgr1ZBU4aIOMz8kD8mSbSg-7lPF2Mxc0nrkEdF7ROLkovfsoTOTrU1J41/s1600/FB_IMG_1506400122703.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWwKmfwALyfDbkrkiBUXlDYGTjqFsQ4NM0c0R1Aj-9FgykQhKiFzuvqgY_GKrp2gRdjXkN5MhbBUf_2pteAk-Lgr1ZBU4aIOMz8kD8mSbSg-7lPF2Mxc0nrkEdF7ROLkovfsoTOTrU1J41/s640/FB_IMG_1506400122703.jpg"> </a> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-50565458177545756672017-09-26T10:08:00.001+07:002017-09-26T10:08:31.836+07:00Sisi lain sejarah yang tak pernah (dibolehkan) muncul di Jaman Orde Baru<p dir="ltr"><br>
Pada hari-hari setelah peristiwa G-30-S, Brimob Polri tetap netral. Hal ini membingungkan banyak pihak. </p>
<p dir="ltr">Karena sikap ini sebagian pengamat menganggap Brimob sebagai unsur yang setia kepada Presiden Soekarno.Brimob jg melindungi Presiden Soekarno dari kudeta militer.</p>
<p dir="ltr">Brimob polri pasukan yg tidak pernah berkhianat pada negara dan setia pada NKRI.</p>
<p dir="ltr">Pada tahun 1950-an, Kesatuan-kesatuan Mobile Brigade aktif mengatasi berbagai gejolak yang bercorak pemberontakan melawan pemerintah yang sah ataupun berupa gerombolan bersenjata di seluruh Indonesia. Komisaris Polisi Tingkat I Moehammad Jasin yang pada saat itu sebagai Panglima Korp Mobile Brigadie (MB) Indonesia giat melaksanakan pembenahan organisasi dan pembinaan keterampilan dan kemampuan kesatuan MB untuk mengatasi berbagai gerakan pengacau keamanan tersebut. </p>
<p dir="ltr">Pada tahun 1953, Beliau mengirimkan kader MB untuk mengikuti pendidikan dan latihan “Rangers” di Filipina. Keputusan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa para kader MB dapat belajar banyak dari keberhasilan pasukan Rangers Filipina dalam menumpas gerombolan bersenjata yang menamakan dirinya “Hukbalahap” di Negara itu. Karena berhasil mengatasi pemberontakan, metode ini dipandang ampuh dan patut dipelajari serta dijadikan pedoman untuk menanggulangi gerakan serupa di tanah air. </p>
<p dir="ltr">Setelah mengikuti pelatihan di Filipina, pasukan Mobile Brigade melakukan satu latihan uji coba di pegunungan Cirebon yang rawan dengan gerombolan pengacau bersenjata. Satu regu pasukan MB dikirim dipimpin oleh Andi Abdulrachman, seorang kader MB yang telah mengikuti pendidikan dan latihan Rangers di Filipina. </p>
<p dir="ltr">Pasukan tidak berseragam mulai bergerak pada siang hari untuk melakukan penyelidikan lokasi gerombolan dan tempat persembunyian pimpinannya. Setelah berhasil mengetahuinya, pada malam hari dilancarkan penyerbuan mendadak dan segera menghilang. Gerakan ini berfungsi sebagai perang urat saraf guna menciptakan kekalutan dan kebingungan di pihak gerombolan. Dalam gerakan ini, pasukan MB berhasil membunuh pimpinan gerombolan sehingga anak buahnya kocar-kacir dan masing-masing menyelamatkan diri. Dalam waktu singkat, daerah pegunungan Cirebon dinyatakan bersih dari gerakan pengacau bersenjata. </p>
<p dir="ltr">Keberhasilan uji coba itu menggugah hati pihak kementerian keamanan sehingga Panglima MB, Moehammad Jasin diminta mendirikan pendidikan Ranger. Atas usul itu, didirikan satu pusat pendidikan dan latihan Rangers di Lido (Bogor). Di tempat ini, dibangun satu asrama yang diperuntukkan bagi kesatuan kader-kader MB alumni dan pelatihan Rangers di Filipina. </p>
<p dir="ltr">Berdasarkan keterangan M. Jasin dalam buku berjudul Memoar Jasin sang Polisi Pejuang di halaman 185 dikatakan bahwa "kesatuan yang lebih dikenal dengan sebutan Batalyon Rangers ini mengenakan seragam militer loreng dan menggunakan tanda-tanda pangkat lapangan yang lengkap.  Pasukan inilah yang pertama kali menggunakan pakaian militer loreng di Indonesia."</p>
<p dir="ltr">Ada cerita antara pasukan korps Baret Merah RPKAD ini dengan Presiden Soekarno di senjakala kekuasaannya. Setelah mengeluarkan surat perintah 11 Maret 1966, kekuasaan Soekarno terus dipreteli. Soekarno memang masih presiden, tapi kekuasaan sudah dipegang Mayjen Soeharto .</p>
<p dir="ltr">Suasana Jakarta sangat menegangkan pada saat itu. Tentara berpatroli keliling kota dengan panser dan truk. Di setiap ruas jalan, satu regu tentara bersenjata dan kawat berduri merupakan pemandangan lazim.</p>
<p dir="ltr">Ceritanya, tanggal 18 Maret 1966, Soekarno akan berangkat ke Istana Bogor. Sesuai protap kepresidenan, Detasemen Kawal Pribadi (DKP) mengawal Soekarno . Mereka mengibarkan bendera kuning kepresidenan. Artinya jelas, ini rombongan resmi. Presiden bukan dalam keadaan incognito atau penyamaran.</p>
<p dir="ltr">Komandan DKP AKBP Mangil Martowidjojo menceritakan saat dramatis tersebut dalam buku Gerakan 30 September, Pelaku, Pahlawan & Petualang yang ditulis wartawan Senior Julius Pour, terbitan Kompas.</p>
<p dir="ltr">Baru berjalan puluhan meter, di depan sudah ada barikade. Mereka dicegat sepasukan RPKAD yang dipimpin seorang kapten di dekat Air Mancur, Jl Medan Merdeka Barat.</p>
<p dir="ltr">"Bapak berada di mobil nomor dua, paling depan jip DKP, nomor tiga mobil yang saya naiki dan ditutup oleh jip DKP. Begitu konvoi berhenti, sesuai prosedur, semua anak buah saya langsung berhenti melindungi mobil bapak sambil melepas kunci pengaman senjata," kata Mangil.</p>
<p dir="ltr">Saat itu DKP bersenjatakan senapan otomatis AR-15 yang lebih canggih dari yang dibawa RPKAD. Mangil tak takut menembak jika keselamatan Soekarno terancam.</p>
<p dir="ltr">"Stop, ini rombongan siapa? teriak kapten RPKAD itu.</p>
<p dir="ltr">Mangil menjawab tegas. "Kalau Kapten melihat bendera di mobil kedua, sebagai perwira ABRI harusnya tahu. Ini konvoi resmi Presiden Republik Indonesia."</p>
<p dir="ltr">"Tetap harus diperiksa," balas kapten berbaret merah itu.</p>
<p dir="ltr">Mangil tak mau kalah. "Silakan. Tetapi, sebelum kapten bergerak maka kami harus tembak lebih dulu. Sebab tanggung jawab kami sebagai DKP jelas tidak pernah mengizinkan perjalanan Presiden RI terhalang," tegas Mangil.</p>
<p dir="ltr">Dua perwira tersebut adu urat. Anak buah mereka bersiaga dengan tegang. Menggengam senapan yang siap menyalak. RPKAD adalah pasukan elite terbaik. Mereka juga yang membebaskan RRI dari tangan PKI. RPKAD menduduki Halim dan mereka juga yang akhirnya menemukan sumur tua di Lubang Buaya berisi jenazah para jenderal. Ini pasukan pemukul andalan Soeharto saat itu.<br>
Tapi jangan remehkan DKP, mereka polisi pilihan. Sudah mengawal Soekarno sejak proklamasi dibacakan tanggal 17 Agustus 1945. </p>
<p dir="ltr">Kesetiaan DKP pada Soekarno sudah terbukti seratus satu persen. Keberanian mereka telah menyelamatkan Soekarno dari beberapa kali percobaan pembunuhan. Kali ini pun mereka siap bertempur habis-habisan.</p>
<p dir="ltr">RPKAD dan DKP, para prajurit yang siap tempur untuk membela apa yang mereka yakini. </p>
<p dir="ltr">Untunglah akhirnya Kapten RPKAD tersebut mengalah. Dia membiarkan rombongan Soekarno melintas tanpa perlu digeledah. Rombongan pun melaju mulus sampai Bogor.</p>
<p dir="ltr">Tapi Jenderal Soeharto tak membiarkan insiden itu berlalu begitu saja. Tanggal 23 Maret 1966, Soeharto membubarkan Tjakrabirawa. Pengawalan Istana diserahkan ke Polisi Militer Angkatan Darat. Tidak sampai di situ, tanggal 16 Agustus 1967, Soeharto membubarkan DKP. Seluruh personel DKP dikembalikan ke Korps Brimob berdasarkan perintah Panglima Korps Brimob.</p>
<p dir="ltr">Soeharto akhirnya menahan Soekarno hingga proklamator ini meninggal dunia tanggal 21 Juni 1970.</p>
<p dir="ltr">By: https://www.facebook.com/nizari.ismail.3</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioQvdDMpknJ8evPd9w3gac-NEV06h9uv3iJYtDyLy3FWLznPxw4N6pR3f1tc7d1hTyu-Os9QF6CMG7CBw9u_KdhLUuSj70WyyYOCq9HyoLwhwO8Yd8CinrSxMJdOJqvw04qWJf8paMXf2i/s1600/FB_IMG_1506395231814.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioQvdDMpknJ8evPd9w3gac-NEV06h9uv3iJYtDyLy3FWLznPxw4N6pR3f1tc7d1hTyu-Os9QF6CMG7CBw9u_KdhLUuSj70WyyYOCq9HyoLwhwO8Yd8CinrSxMJdOJqvw04qWJf8paMXf2i/s640/FB_IMG_1506395231814.jpg"> </a> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-37735799286563467202017-09-24T17:58:00.001+07:002017-09-24T17:59:21.792+07:00TRAGEDI BERDARAH TANJUNG PRIOK<p dir="ltr"></p>
<p dir="ltr">Tanggal 12 September 1984 adalah hari yang kelabu bagi warga Tanjung Priok. Hari itu pecahlah kerusuhan yang melibatkan massa Islam dengan aparat pemerintah Orde Baru (Orba). Korban tewas meninggal seluruhnya meregang nyawa lantaran diterjang timah panas dari senapan tentara.</p>
<p dir="ltr">Pertumpahan darah sesama anak bangsa itu bermula dari penerapan Pancasila sebagai asas tunggal yang mulai gencar digaungkan sejak awal 1980-an. Semua organisasi di bumi Nusantara wajib berasaskan Pancasila, tidak boleh yang lain. Artinya, siapapun yang tidak sejalan dengan garis politik rezim Orba maka layak dituduh sebagai anti-Pancasila (Tohir Bawazir, Jalan Tengah Demokrasi, 2015:161).</p>
<p dir="ltr">Awal mula perselisihan warga kontra aparat itu. Sabtu, 8 September 1984, dua Bintara Pembina Desa (Babinsa) dari Koramil datang ke Musala As-Sa’adah di Gang IV Koja, Tanjung Priok. Mereka memasuki area tempat ibadah tanpa melepas sepatu dengan maksud mencopot pamflet yang dianggap berisi ujaran kebencian terhadap pemerintah.</p>
<p dir="ltr">Warga menyebut kedua Babinsa itu memakai air comberan dari got untuk menyiram pamflet tersebut. Dalam persidangan, hal ini diakui oleh Hermanu, salah seorang anggota Babinsa pelakunya yang dihadirkan sebagai saksi, dengan dalih: ”… pamflet-pamflet itu ditulis dengan pilox yang tidak bisa dihapus dan tidak ada peralatan di tempat itu untuk dipakai menghapusnya. Maka, tidak ada cara lain kecuali menyiramnya dengan air comberan.” (Irfan S. Awwas, ed., Bencana Umat Islam di Indonesia Tahun 1980-2000, 2000:30).</p>
<p dir="ltr">Kelakuan dua Babinsa ini segera menjadi kasak-kusuk di kalangan jemaah dan warga sekitar kendati masih menahan diri untuk tidak langsung merespon secara frontal. Namun, tidak pernah ada upaya nyata dari pemerintah atau pihak-pihak yang berwenang untuk segera menyelesaikan masalah ini secara damai sebelum terjadi polemik yang lebih besar.</p>
<p dir="ltr">Dua hari kemudian, terjadi pertengkaran antara beberapa jemaah musala dengan tentara pelaku pencemaran rumah ibadah. Adu mulut itu sempat terhenti setelah dua Babinsa itu diajak masuk ke kantor pengurus Masjid Baitul Makmur yang terletak tidak jauh dari musala. Namun, kabar telah terlanjur beredar sehingga masyarakat mulai berdatangan ke masjid.</p>
<p dir="ltr">Situasi tiba-tiba ricuh karena salah seorang dari kerumunan membakar sepeda motor milik tentara. Aparat yang juga sudah didatangkan segera bertindak mengamankan orang-orang yang diduga menjadi provokator. Empat orang ditangkap, termasuk oknum pembakar motor. Penahanan tersebut tak pelak membuat massa semakin kesal terhadap aparat.</p>
<p dir="ltr">Namun, masyarakat masih mencari cara agar persoalan ini tidak harus melibatkan massa dalam jumlah besar. Keesokan harinya, tanggal 11 September 1984, jemaah meminta bantuan kepada Amir Biki untuk merampungkan permasalahan ini. Amir Biki adalah tokoh masyarakat yang dianggap mampu memediasi antara massa dengan tentara di Kodim maupun Koramil.</p>
<p dir="ltr">Amir Biki segera merespons permintaan jemaah itu dengan mendatangi Kodim untuk menyampaikan tuntutan agar melepaskan 4 orang yang ditahan. Namun, ia tidak memperoleh jawaban yang pasti, bahkan terkesan dipermainkan oleh petugas-petugas di Kodim itu (Kontras, Mereka Bilang di Sini Tidak Ada Tuhan: Suara Korban Tragedi Priok, 2004:19).</p>
<p dir="ltr">Merasa dipermainkan, Amir Biki kemudian menggagas pertemuan pada malam harinya untuk membahas persoalan serius ini. Para ulama dan tokoh-tokoh agama dimohon datang, undangan juga disebarkan kepada umat Islam se-Jakarta dan sekitarnya. Forum umat Islam itu dimulai pada pukul 8 malam dan berlangsung selama kurang lebih 3 jam.</p>
<p dir="ltr">Lantaran permohonan pembebasan 4 tahanan itu tetap tidak digubris hingga menjelang pergantian hari, maka paginya, 12 September 1984, sekitar 1.500 orang bergerak, sebagian menuju Polres Tanjung Priok, yang lainnya ke arah Kodim yang berjarak tidak terlalu jauh, hanya sekira 200 meter. </p>
<p dir="ltr">Massa yang menuju Polres ternyata sudah dihadang pasukan militer dengan persenjataan lengkap. Bahkan, tidak hanya senjata saja yang disiapkan, juga alat-alat berat termasuk panser (Kontras, 2004:20). Peringatan aparat dibalas takbir oleh massa yang terus merangsek. Para tentara langsung menyambutnya dengan rentetan tembakan dari senapan otomatis. </p>
<p dir="ltr">Korban mulai bergelimpangan. Ribuan orang panik dan berlarian di tengah hujan peluru. Aparat terus saja memberondong massa dengan membabi-buta. Bahkan, seorang saksi mata mendengar umpatan dari salah seorang tentara yang kehabisan amunisi. “Bangsat! Pelurunya habis. Anjing-anjing ini masih banyak!” (Tanjung Priok Berdarah: Tanggung Jawab Siapa?, 1998:32).</p>
<p dir="ltr">Dari arah pelabuhan, dua truk besar yang mengangkut pasukan tambahan datang dengan kecepatan tinggi. Tak hanya memuntahkan peluru, dua kendaraan berat itu juga menerjang dan melindas massa yang sedang bertiarap di jalanan. Suara jerit kesakitan berpadu dengan bunyi gemeretak tulang-tulang yang remuk. Pernyataan Djaelani di pengadilan mengamini bahwa aksi brutal aparat itu memang benar-benar terjadi.</p>
<p dir="ltr">Kejadian serupa dialami rombongan pimpinan Amir Biki yang menuju Kodim. Aparat meminta 3 orang perwakilan untuk maju, sementara yang lain harus menunggu. Ketika 3 perwakilan massa itu mendekat, tentara justru menyongsong mereka dengan tembakan yang memicu kepanikan massa. Puluhan orang tewas dalam fragmen ini, termasuk Amir Biki (Ikrar Nusa Bhakti, Militer dan Politik Kekerasan Orde Baru,2001:56).</p>
<p dir="ltr">Tidak diketahui secara pasti berapa korban, baik yang meninggal, luka-luka, maupun hilang, dalam tragedi di Tanjung Priok karena pemerintah Orde Baru menutupi fakta yang sebenarnya. Panglima ABRI saat itu, L.B. Moerdani, mengatakan bahwa 18 orang meninggal dan 53 orang luka-luka dalam insiden tersebut (A.M. Fatwa, Pengadilan HAM ad hoc Tanjung Priok, 2005:123).</p>
<p dir="ltr">Namun, pernyataan Panglima ABRI tersebut sangat berbeda dengan data dari Solidaritas untuk Peristiwa Tanjung Priok (Sontak) yang juga didukung oleh kesaksian Djaelani. Lembaga ini menyebut bahwa tidak kurang dari 400 orang meninggal dalam tragedi berdarah itu, belum termasuk yang luka dan hilang (Suara Hidayatullah, Volume 11, 1998:67).</p>
<p dir="ltr">https://tirto.id/mengenang-33-tahun-tragedi-pembantaian-tanjung-priok-cwpi</p>
<p dir="ltr">https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10210263979421486&id=1400693010</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-fFjspb06gi83RGXIqaDX62VVzPTaO2QmQTWGyJ9aPk6dpn9wHhyS0d3tFLFxZ1mc7RAI11em5afkOoPgz-b7c8g9uVfuBMMTWkM44fDaTOf2OtpOwaOHo-gpMqixS_FARuduoXQolAG5/s1600/FB_IMG_1506250638357.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-fFjspb06gi83RGXIqaDX62VVzPTaO2QmQTWGyJ9aPk6dpn9wHhyS0d3tFLFxZ1mc7RAI11em5afkOoPgz-b7c8g9uVfuBMMTWkM44fDaTOf2OtpOwaOHo-gpMqixS_FARuduoXQolAG5/s640/FB_IMG_1506250638357.jpg"> </a> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-26205890447043773862017-09-23T22:30:00.001+07:002017-09-23T22:30:34.468+07:00Laksamana Madya (Udara) Omar Dhani,
<p dir="ltr"><br>
Setelah dituduh bagian dari G30S/PKI, Ia bisa saja menyelamatkan diri tatkala negara mengirimnya pada 14 Oktober 1965 untuk mengadakan kerjasama militer ke Eropa dan Asia. Saat itu Ia memiliki segalanya. Selain Hercules C-130 yang penuh amunisi dan bahan bakar, turut bersama dengannya, istri yang sedang mengandung 7,5 bulan, anak-anak dan para ajudan setia. Sebuah paket lengkap keluarga pelarian. Tidak terlalu asing kedengarannya belakangan ini, bukan ?</p>
<p dir="ltr">Ada lebih dari cukup alasan baginya saat itu untuk mendapatkan suaka. Bisa saja dari Rusia atau Jerman Timur. Lagipula ia pilot dengan jam terbang tinggi, mudah baginya menerima tawaran dari KLM contohnya atau minimal menjadi pengajar di almamaternya, TALOA - California.</p>
<p dir="ltr">Tapi dia menepis segala godaan desersi tersebut. Bagi Omar Dhani tanah airnya hanya Indonesia, ia lahir di Solo dan berharap mati paling tidak di landasan pacu Indonesia sebagai seorang penerbang.<br>
Enam hari kemudian ia pulang dan ketika mendarat di Bogor, atas perintah Soeharto ia langsung ditahan dengan tuduhan sebagai salah satu pelaku G30S/PKI. Tentu saja karir militernya tamat. Perlu diketahui Omar Dhani pernah menjadi atasan Soeharto pada operasi melawan Malaysia bertajuk Kolaga. Namun terjadi friksi diantara keduanya, bahkan di depan Soekarno, Soeharto pernah berbicara bahwa Omar Dhani tidak pantas menjadi panglima Kolaga. Dan diduga momentum Sept 65 ini dimanfaatkan betul oleh Soeharto untuk balas dendam.</p>
<p dir="ltr">Alasan utama mengapa Omar Dhani kembali adalah kekuatirannya akan banyak anak buahnya dari Matra AURI yang akan diMahkamah-militerkan oleh Soeharto dan para penjilatnya. Oleh karena itu ia rela mengambil tanggung jawab atas kesalahpahaman terbesar dalam sejarah militer Indonesia tersebut. Waktu itu Markas Besar menganggap Surat Perintah Harian Omar Dhani sebagai keberpihakan AURI pada PKI. Rupanyanya sang Laksamana terperosok karena salah sangka. Dipikirnya G30S/PKI adalah sekedar konflik internal Angkatan Darat. Lagipula tuduhan Soeharto bahwa AURI melatih sukarelawan PKI dikemudian hari tidak terbukti karena Lubang Buaya bukan merupakan bagian dari Markas Komando Halim Perdana Kusuma.</p>
<p dir="ltr">Dan akhirnya bertepatan di hari Natal di tahun yang sama, di depan Mahkamah Militer Luar Biasa, ia divonis hukuman mati. Namun eksekusi padanya tak pernah kunjung datang. Rupanya Soeharto berhitung akan seperti apa jadinya reaksi loyalis Soekarno jika Gatotkaca mereka ditembak mati. Entah mengapa pada tahun 1980, hukumannya diubah menjadi seumur hidup. Dan dua hari sebelum peringatan kemerdekaan di tahun 1995, ia mendapatkan grasi penuh dan bebas. Tiga tahun kemudian ia masih menjadi saksi hidup jatuhnya Soeharto dari kursi kepresidenan. Rupanya 'mahasiswa itu marah, jenderal'</p>
<p dir="ltr">Omar Dhani meninggal pada tanggal 24 Juli 2009. Dimakamkan di TPU biasa di ibukota, bukan di Kalibata, tempat para pahlawan seharusnya berada. Padahal di jamannya, kekuatan TNI AU ada di peringkat ketiga di Asia. Disegani karena para squadron MIG dan F nya yang melegenda. Omar Dhani adalahbukti kualitas sesungguhnya seorang Jenderal. Berkorban bahkan untuk karbol-karbol nya dari kemungkinan apa yang disebut sekarang sebagai dampak 'kerjasama Soeharto dan CIA'</p>
<p dir="ltr">Dion<br>
Penyuka Sejarah (yang tidak dipelintir tentunya)</p>
<p dir="ltr">catatan :<br>
Setelah lama mati, anehnya kini PKI dan ideologinya dinyatakan 'hidup kembali' oleh mereka yang malah sedang gencar-gencarnya memaksakan ideologi radikalnya bagi NKRI yang sudah final ini. Mereka berharap saat ini ada yang bisa di 'Omar Dhani kan'</p>
<p dir="ltr">https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10215328546435308&id=1485050265</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAI6SzK-nRadGaKRA78RoVXLrs4oev56ZqmclztKI9Q4H6mnKQ1u82Qvpe4GYPGbAsD_VuEvdzSNpTqZZ8pUagEhytwArLVWZgDZow8gcuRWuBMnyEcwA19qFlTo4VGMqf6gRDEbF3TXa2/s1600/FB_IMG_1506180592652.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAI6SzK-nRadGaKRA78RoVXLrs4oev56ZqmclztKI9Q4H6mnKQ1u82Qvpe4GYPGbAsD_VuEvdzSNpTqZZ8pUagEhytwArLVWZgDZow8gcuRWuBMnyEcwA19qFlTo4VGMqf6gRDEbF3TXa2/s640/FB_IMG_1506180592652.jpg"> </a> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-73380388077440737672017-09-22T09:28:00.001+07:002017-09-22T09:28:38.785+07:00Melawan Lupa : Ketika DI/TII Membelah Perut Perempuan Hamil<p dir="ltr"><br>
.<br>
” Bumi ieu anu nyaksi getih suci nyiram bumi lima puluh hiji jalmi rampak lastari."<br>
Artinya kira-kira “tanah ini menjadi saksi, darah suci menyiram tanah dari 51 warga yang mati dibantai.”</p>
<p dir="ltr">Demikian tertulis di monumen yang tampak sudah lusuh dan dibuat secara sederhana tergolek di bawah tiang bendera di depan sebuah rumah, di kampung terpencil, Kampung Buligir, Desa Parentas, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya.</p>
<p dir="ltr">Monumen itu menuliskan kekejaman gerombolan DI/TII yang telah membantai 51 warga Buligir.Dalam monumen itu juga disebutkan bahwa aksi pembantaian terjadi persis malam sebelum peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-16 pada tahun 1961.</p>
<p dir="ltr">Seorang warga Buligir yang menjadi saksi hidup aksi pembantaian gerombolan DI/TII itu, Warmun (63), menuturkan, peristiwa berdarah itu terjadi sekitar pukul 23.00, pada saat sebagian besar warga sudah berada di rumah masing-masing. </p>
<p dir="ltr">Malam itu, sebelumnya warga masih ramai dan sibuk persiapan menyambut HUT RI ke-16.</p>
<p dir="ltr">"Karena malam mulai larut, warga pun pulang ke rumah masing-masing setelah gotong royong mengerjakan berbagai persiapan menyambut HUT RI keesokan harinya. Saya sendiri saat itu mulai terlelap. Tapi tiba-tiba dibangunkan ayah saya karena katanya ada serangan gerombolan," tutur Warmun.</p>
<p dir="ltr">Suasana riang penuh canda yang sebelumnya mewarnai warga, kata Warmun, tiba-tiba berubah menjadi pekik memilukan. Gerombolan DI/TII, yang datang dari perbukitan di selatan kampung, langsung menyergap perkampungan, dengan cara membakar rumah dan membantai siapa saja yang mereka temui.</p>
<p dir="ltr">"Saya sempat melihat kebiadaban itu. Ada ibu-ibu yang sudah hamil tua ditembak hingga mati, lalu perutnya disayat dan bayinya dikeluarkan. Salah seorang paman saya menjadi korban. Tubuhnya sampai diiris-iris dengan menggunakan parang," kata Warmun.</p>
<p dir="ltr">Pembantaian terjadi setelah gerombolan membumihanguskan hampir semua rumah dan mulai mencari tempat persembunyian warga. Malam itu sebagian besar warga bersembunyi dengan cara tiarap di bawah rimbunan tanaman padi di sawah. Sisanya, termasuk Warmun dan keluarga, lari menyelamatkan diri ke hutan.</p>
<p dir="ltr">"Yang lari dan bersembunyi di sawah itulah yang dibantai gerombolan. Mungkin karena ada jejak kaki sehingga tempat persembunyian itu diketahui mereka. Kami mengetahui banyak korban bergelimpangan di sawah setelah kembali ke kampung dan situasi mulai aman," kenang Warmun.</p>
<p dir="ltr">Sebenarnya, kata Warmun, di Kampung Buligir saat itu ada sepasukan TNI. Tapi karena jumlahnya tidak seimbang, gerombolan masih bisa leluasa melakukan aksi pembunuhan massal itu.</p>
<p dir="ltr"> "Tapi akhirnya dengan susah payah TNI bisa menghalau gerombolan melalui pertempuran cukup sengit. Tiga tentara turut jadi korban dalam peristiwa itu," katanya. </p>
<p dir="ltr">*dikutip dari arsip Tribun.com<br>
Awan Kurniawan</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMNZNateJK-xRYdGYJg-83a38_WFQ6Tb7BMjLhF1wpJZoxz4sNbSEHGqPZaJSwss-Ta9vPcC7PvCfF7KV54qQH_M7qn2onM1nquq-gfgUhh5F-IocGmIthvYPRGP64lcEW4A1BaFU3FJ8R/s1600/FB_IMG_1506047243210.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMNZNateJK-xRYdGYJg-83a38_WFQ6Tb7BMjLhF1wpJZoxz4sNbSEHGqPZaJSwss-Ta9vPcC7PvCfF7KV54qQH_M7qn2onM1nquq-gfgUhh5F-IocGmIthvYPRGP64lcEW4A1BaFU3FJ8R/s640/FB_IMG_1506047243210.jpg"> </a> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-16787936008875163222017-09-21T21:44:00.001+07:002017-09-21T21:44:44.384+07:00Tentang Kasino...<p dir="ltr"></p>
<p dir="ltr">Kasino adalah pelawak paling jenius yang pernah dilahirkan di Indonesia, mungkin kehebatan daya lawaknya hanya tertandingi oleh Dono yang uniknya juga satu grup sama dia. Bahkan jika dibandingkan dengan Bing Slamet yang cenderung elitis daya lawak Kasino masih terlihat unggul. Kelebihan utama Kasino adalah ia mampu melihat kekayaan multikultural di Indonesia dengan amat cerdas. Ia sanggup membuat kelucuan-kelucuan yang merupakan ironi dalam susunan sosial masyarakat Orde Baru. Inilah daya lebih yang sampai sekarang pelawak kita tidak bisa menemukannya. Lawakan-lawakan warkop apabila diseriusi merupakan sebuah pembelajaran panjang tentang kebudayaan yang berkembang di Indonesia, walaupun yang ditampilkan sifatnya parodik namun bila direnungkan akan membawa kita pemahaman yang dalam tentang sebuah Ke Indonesiaan yang tidak terjebak pada stereotype.</p>
<p dir="ltr">Pria kelahiran Gombong 1950, adalah manusia Indonesia sesungguhnya, ia mengenal banyak budaya dan kebudayaan yang berbeda di luar dirinya tidak lantas menjadikan alat kebencian tapi justru alat pencerdasan inilah hakikatnya pendidikan multikultural. Dulu kita mengenal Warkop Prambors dengan kemampuan membagi-bagi wilayah kultural menjadi kelucuan parodik seperti : Dalam acara lawakan radio sebelum masuk era film dimana anggotanya masih lengkap yaitu : Rudi Badil, Dono, Kasino, Nanu dan Indro. Rudi Badil dalam obrolan sering berperan sebagai Mr. James dan Bang Cholil. Indro yang berasal dari Purbalingga berperan sebagai Mastowi (Tegal), Paijo (Purbalingga). Kasino yang asli Gombong perannya bermacam-macam: Mas Bei (Jawa), Acing/Acong (Tionghoa), Sanwani (Betawi) dan Buyung (Minang). Nanu yang asli Madiun sering berperan sebagai Poltak (Batak) sedangkan Dono sendiri hanya berperan sebagai Slamet (Jawa).</p>
<p dir="ltr">Akting Kasino dengan penokohan Sanwani di film Gengsi Dong juga luar biasa menggambarkan kondisi pemuda Betawi yang tidak menjadi gagap dan berusaha menjadi bagian Anak Jakarta Urban yang modern, usaha ini dipecahkan ditengah duitnya yang cekak dengan ngakalin Slamet (Dono) yang lugu tapi lucu. Begitu juga dengan Indro yang selalu kebagian peran sebagai anak orang gedongan tapi gagap sosial alias 'belum siap jadi orang kaya'. Parodik Indro yang berperan sebagai 'Joy' ini adalah gambaran manusia Indonesia pada waktu awal Orde Baru dimana baru boom minyak, hedonis dan seluruh alam pikirnya berbau barat konsumtif yang kemudian dianggap menaikkan status sosial dengan orang disekitarnya. Sanwani yang sebenarnya bisa menjiwai sebagai orang kaya sebagaimana Joy, berusaha ngakalin keadaan yang pas-pasan karena dengan duitnya yang cekak mana bisa ia melampaui Joy dan menggaet cewek bintang kampus.</p>
<p dir="ltr">Kasino adalah juga orang yang pertama kali mengenalkan ke publik sisi lucu dialek Bali dengan menyebut kata 'Patung' khas aksen Bali. Dari seluruh pelawak Warkop, Kasino-lah yang mampu beradaptasi secara multidialek. Seandainya lawakan-lawakan kita adalah lawakan jenis Warkop, lawakan yang tidak menyakiti lawan main, lawakan yang mampu secara jenius menyodorkan problem sosial dengan cara yang cerdas, mungkin masyarakat kita tidak akan sebengis sekarang, tidak gampang membunuh hanya karena sesuatu yang berbeda dengan dirinya.</p>
<p dir="ltr">Dari kecerdasan Kasino kita banyak belajar soal multikultural.............</p>
<p dir="ltr">(Ditulis oleh : Anton DH Nugrahanto, 2011)</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrYsuws9HFqdhpLN0PNKsu3F53Ad3FbC0BUAji-5yDOVKumrlPGp6l1wcDBZygL3AcwqX6MhRGip9p_2JjJm0o9jkbfnduzLh6tEX_VnGopk84C6ig4U5iiF_kQ3UHXW_zwBazsz2zqpI8/s1600/FB_IMG_1506005021305.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrYsuws9HFqdhpLN0PNKsu3F53Ad3FbC0BUAji-5yDOVKumrlPGp6l1wcDBZygL3AcwqX6MhRGip9p_2JjJm0o9jkbfnduzLh6tEX_VnGopk84C6ig4U5iiF_kQ3UHXW_zwBazsz2zqpI8/s640/FB_IMG_1506005021305.jpg"> </a> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-38293222486746461392017-09-21T18:58:00.001+07:002017-09-21T18:58:17.337+07:00Siapa Sebenarnya Suharto<p dir="ltr">Pada artikel kali ini, kami akan mencoba menguak sedikit dari banyaknya tandatanya-tandatanya besar yang masih tersimpan di saku tiap rakyat Indonesia yang tercinta ini dan belum terjawab, bahkan tak akan pernah terjawab.</p>
<p dir="ltr">Hal itu dilakukan karena pada masa rezim New Order atau Orde Baru itu, banyak sekali sejarah-sejarah yang tak boleh dipublikasikan, ditulis ulang, dibengkokkan, lalu di propagandakan melalui media-media zombie yang pada masa lalu, bagai ‘media peliharaan’.</p>
<p dir="ltr">Suharto, sebagai komandan Abri saat memimpin pasukan untuk memerangi G-30/S-PKI</p>
<p dir="ltr">Suharto, presiden diktator era ‘Orde Baru’ (New Order) yang berkuasa selama 32 tahun, yang selalu menang dalam pemilu sebanyak 6 kali berturut-turut alias hat trick dua kali oleh pemilihan presiden secara tak langsung (dipilih oleh DPR/MPR), lahir di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni 1921.</p>
<p dir="ltr">Ia lahir dari keluarga petani yang menganut Kejawen. Keyakinan keluarganya ini kelak terus dipeliharanya hingga hari tua. Karir Suharto diawali sebagai karyawan di sebuah bank pedesaan, walau tidak lama.</p>
<p dir="ltr">Dia sempat juga menjadi buruh dan kemudian menempuh karir militer pertama kali sebagai prajurit KNIL yang berada di bawah kesatuan tentara penjajah Belanda. KNIL adalah singkatan dari bahasa Belanda; het Koninklijke Nederlands(ch)- Indische Leger, atau secara harafiah: Tentara Kerajaan Hindia Belanda.</p>
<p dir="ltr">Saat Jepang masuk di tahun 1942, Suharto bergabung dengan PETA, yaitu singakatan dari tentara sukarela Pembela Tanah Air (kyōdo bōei giyūgun?) adalah kesatuan militer yang dibentuk Jepang di Indonesia dalam masa pendudukan Jepang.</p>
<p dir="ltr">Ketika Soekarno memproklamirkan kemerdekaan, Soeharto bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat atau biasa disingkat dengan TKR, adalah sebuah nama angkatan perang pertama yang dibentuk oleh Pemerintah Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.</p>
<p dir="ltr">TKR dibentuk pada tanggal 5 Oktober 1945 berdasarkan maklumat yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. TKR dibentuk dari hasil peningkatan fungsi Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang sudah ada sebelumnya dan tentara intinya diambil dari bekas PETA.</p>
<p dir="ltr">Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949</p>
<p dir="ltr">Salah satu ‘prestasi’ kemiliteran Suharto yang sering digembar-gemborkannya semasa dia berkuasa adalah Serangan Umum 1 Maret 1949 atas kota Yogyakarta.</p>
<p dir="ltr">Bahkan ‘prestasi’ ini sengaja difilmkan dengan judul ‘Janur Kuning’ pada tahun 1979, yang memperlihatkan jika serangan umum itu diprakarsai dan dipimpin langsung oleh Letkol Suharto.</p>
<p dir="ltr">Padahal, sesungguhnya serangan umum itu diprakarsai oleh Sultan Hamengkubuwono IX.</p>
<p dir="ltr">Sultan Hamengkubuwono IX lah yang memimpin serangan umum melawan Belanda, bukan Soeharto.</p>
<p dir="ltr">Hamengkubuwono IX adalah seorang nasionalis yang memiliki perhatian terhadap nasib rakyatnya, karena itu ia tidak mau untuk di jajah. Kedepannya, Sultan Hamengkubuwono IX menjadi Menteri Pertahanan Republik Indonesia.</p>
<p dir="ltr">Nasution Pecat Suharto Secara Tak Hormat Dari Pangdam Diponegoro</p>
<p dir="ltr">Pada 1959, Suharto yang kala itu menjabat sebagai Pangdam Diponegoro dipecat oleh Jenderal Abdul Haris Nasution dengan tidak hormat, karena Suharto telah menggunakan institusi militernya untuk mengumpulkan uang dari perusahaan-perusahaan di Jawa Tengah.</p>
<p dir="ltr">Suharto kala itu juga ketahuan ikut kegiatan ilegal berupa penyelundupan gula dan kapuk bersama Bob Hasan dan Liem Sioe Liong. Untuk memperlancar penyelundupan ini, didirikan perusahaan perkapalan yang dikendalikan Bob Hasan.</p>
<p dir="ltr">Konon, dalam menjalankan bisnis haramnya ini, Bob menggunakan kapal-kapal ‘Indonesian Overseas’ milik C.M. Chow. Mungkin, sejarah nyata pemecatan dengan tidak hormat inilah yang bisa jadi mirip “kutukan” jika suatu saat dinastinya masuk kembali ke dalam kemiliteran, akan dipecat dengan tidak hormat pula.</p>
<p dir="ltr">Dua “Jendral Besar” berbintang lima, AH Nasution (kiri) Jendral Besar yang dilantik oleh Suharto. Dan Suharto sendiri (kanan) sebagai jenderal satu-satunya di dunia yang melantik dirinya sendiri menjadi Jendral Bintang Lima (Jederal Besar) dan satu-satunya di dunia sebagai Jendral Besar yang dilantik pada saat masih hidup. Karena Bintang Besar seantero dunia hanya dilantik untuk Jendral yang sudah wafat.</p>
<p dir="ltr">Suharto, Berkomplot Dengan Agen Ganda Jepang – Cina</p>
<p dir="ltr">Siapa C.M. Chow ini? Dia adalah ‘agen ganda’ atau double agent. Pada tahun 1950 dia menjadi agen rahasia militer Jepang yang bertugas di Shanghai, Cina. Tapi dia pun kepanjangan tangan Mao Tse Tung atau dikenal pula sebagai Mao Zedong, adalah seorang tokoh filsuf dan pendiri negara Republik Rakyat Tiongkok (RRT).</p>
<p dir="ltr">Mao Tse Tung atau Mao Zedong, adalah salah satu tokoh terpenting dalam sejarah modern Tiongkok. Kala itu C.M. Chow merupakan kepanjangan tangan Mao dalam merekrut Cina perantauan dari orang Jepang, ke dalam jaringan komunis Asia.</p>
<p dir="ltr">Pada 1943, Chow ditugasi Jepang ke Jakarta. Ketika Jepang hengkang dari Indonesia, Chow tetap di Jakarta dan membuka usaha perkapalan pertama di negeri ini.</p>
<p dir="ltr">Chow bukan saja membina warga negara Cina di Jawa Tengah dan Jawa Timur, namun juga di Sumatera dan Sulawesi.</p>
<p dir="ltr">Salah satu binaannya adalah ayah Eddy Tansil dan Hendra Rahardja yang bermarga Tan. Tan merupakan ‘sleeping agent’ Mao di Indonesia Timur.</p>
<p dir="ltr">Kemudian pada pertengahan 1980-an, Hendra Rahardja dan Liem Sioe Liong mendirikan sejumlah pabrik di Fujian, Cina. (dari: Siapa Sebenarnya Suharto; Eros Djarot; 2006).</p>
<p dir="ltr">Jenderal A.H. Nasution yang akrab disapa “Pak Nas”, pada kala itu sangat marah sehingga ingin memecat Suharto dari Angkatan Darat dan menyeretnya ke Mahkamah Militer, namun atas desakan Gatot Subroto, Suharto dibebaskan dan akhirnya dikirim ke SSKAD (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat).</p>
<p dir="ltr">Ahmad Yani Juga Marah Kepada Suharto</p>
<p dir="ltr">Selain Nasution, Yani juga marah atas ulah Suharto dan di kemudian hari mencoret nama Suharto dari daftar peserta pelatihan di SSKAD (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat), yang mana hal ini membuat Suharto dendam sekali terhadap Yani. Terlebih Amad Yani adalah anak kesayangan Bung Karno.</p>
<p dir="ltr">Kemudian, Kolonel Pranoto Rekso Samoedro diangkat sebagai Pangdam Diponegoro menggantikan Suharto.</p>
<p dir="ltr">Pranoto, sang perwira ‘santri’, menarik kembali semua fasilitas milik Kodam Diponegoro yang dipinjamkan Suharto kepada para pengusaha Cina untuk kepentingan pribadinya.</p>
<p dir="ltr">Suharto sangat sakit hati dan dendam terhadap Pranoto, juga terhadap Nasution dan Yani.</p>
<p dir="ltr">Lalu di sekolah SSKAD (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat), Suharto dicalonkan untuk menjadi Ketua Senat.</p>
<p dir="ltr">Namun D.I. Panjaitan menolak keras dengan menyatakan dirinya tidak percaya dengan Suharto yang dinilainya tidak bisa dipercaya karena mempunyai banyak catatan kotor dalam karir militernya, antara lain penyelundupan bersama para pengusaha Cina dengan dalih untuk membangun kesatuannya, namun yang terjadi adalah untuk memperkaya dirinya.</p>
<p dir="ltr">Suharto Marah Dan Dendam Kepada Para Jenderal</p>
<p dir="ltr">Atas kejadian itu maka Harto, panggilan Suharto, yang berarti Harta, sangat marah. Bertambah lagi dendam Suharto, selain kepada Nasution, Yani, Pranoto, dan kini kepada D.I. Panjaitan. Aneh tapi nyata, dalam peristiwa 1 Oktober 1965, musuh-musuh Suharto terutama Nasution, Yani, dan Panjaitan, menjadi target pembunuhan, sedangkan Suharto sendiri yang merupakan orang kedua di Angkatan Darat ini, tidak masuk dalam daftar kematian.</p>
<p dir="ltr">Setelah Ahmad Yani terbunuh pada peristiwa 30 September 1965, Bung Karno mengangkat Pranoto Rekso Samudro sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD), namun Pranoto dijegal oleh Suharto sehingga Suharto-lah yang justru mengambil-alih kepemimpinan Angkatan Darat, dan untuk menghindari pertumpahan darah oleh kemungkinan perang saudara, maka Soekarno melantik Suharto sebagai Panglima Angkatan Darat pada 14 Oktober 1965.</p>
<p dir="ltr">Perang saudara yang diyakini akan terjadi itu, karena Siliwangi di Jawa Barat (Ibrahim Adjie) dan KKO (kini Marinir) di Jawa Timur, telah bersumpah untuk selalu berada di belakang Soekarno. Dan, jika Soekarno memerintahkan untuk ‘menyapu’ kekuatan Suharto di Jakarta, maka mereka menyatakan siap juga untuk berperang.</p>
<p dir="ltr">Itulah yang akhirnya dihindari oleh Soekarno, agar Angkatan Darat tidak pecah dan justru dapat membuat Indonesia yang baru merdeka ini, dapat kembali pecah oleh kekuasaan dan harta yang hanya dapat dinikmati di dunia yang sementara ini.</p>
<p dir="ltr">Kronologi Soeharto dendam Pranoto bongkar kasus korupsinya di Jawa Tengah</p>
<p dir="ltr">Pranoto Reksosamodra sejatinya teman karib Soeharto. Saat Jepang membuka pendidikan Pembela Tanah Air (PETA), kedua pemuda tersebut terpanggil untuk mendaftar. Pranoto dan Soeharto sama-sama lulus dengan hasil memuaskan sebagai kompandan peleton.</p>
<p dir="ltr">Sebentar bertugas, keduanya dipanggil mengikuti pendidikan lanjutan sebagai komandan kompi di Bogor. Karir Pranoto dan Soeharto juga maju beriringan. Tahun 1948, Letkol Pranoto diangkat menjadi Komandan Brigade IX/Divisi III/Diponegoro di Muntilan, sementara Letkol Soeharto menjadi Komandan Brigade X di Yogyakarta.</p>
<p dir="ltr">Saat Soeharto sebagai komandan serangan Umum 1 Maret, Pranoto dan pasukannya kebagian tugas menyerang Yogyakarta dari Utara lewat Kali Code. Kolonel Pranoto juga yang menggantikan Kolonel Soeharto menjadi Panglima Tentara & Teritorium IV/Diponegoro. Pada saat itu Panglima menjabat penguasa perang daerah (Paperda).</p>
<p dir="ltr">Di sinilah hubungan kedua perwira Angkatan Darat ini memburuk. Penyebabnya saat tim pemberantasan korupsi Angkatan Darat turun ke daerah-daerah menyelidiki dugaan korupsi para panglima. Tim ini diketuai oleh Brigjen Soengkono.</p>
<p dir="ltr">Mayor_Jenderal_Pranoto_ReksosamodraKolonel Pranoto menuliskan peristiwa ini dalam catatan pribadinya. Buku catatan ini kemudian disunting Imelda Bachtiar dan diterbitkan Kompas tahun 2014 dengan judul Catatan Jenderal Pranoto dari RTM Boedi Oetomo sampai Nirbaya. Pranoto mengaku memberikan fasilitas dan keleluasaan untuk tim audit tersebut selama bergerak di wilayah militernya.</p>
<p dir="ltr">Tim ini menemukan sejumlah pelanggaran yang dilakukan Kolonel Soeharto saat menjabat Panglima di Jawa Tengah. Antara lain barter liar, monopoli cengkeh dari asosiasi gabungan pabrik rokok kretek Jawa Tengah. Ada juga penjualan besi tua yang disponsori sejumlah pengusaha Tionghoa seperti Lim Sioe Liong.</p>
<p dir="ltr">Brigjen Soengkono melaporkan hal ini pada Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Nasution yang. Soeharto sempat malu dan berniat mengundurkan diri karena kasus ini. Namun Nasution menolaknya. Nasution pula yang kemudian menyelesaikan kasus ini. Soeharto akan diberi sanksi administrasi sedangkan Pranoto diperintahkan menertibkan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di Jawa Tengah.</p>
<p dir="ltr">Masalah rupanya belum selesai. Soeharto sudah menaruh dendam pada Pranoto. Dia termakan kasak kusuk yang menyebut Pranotolah yang meminta tim Angkatan Darat menyelidiki masalah ini. Wakil Kasad Letjen Gatot Soebroto memanggil kedua anak buahnya ini. Dia meminta keduanya berbaikan. Namun Soeharto sempat menolak.</p>
<p dir="ltr">“Bagaimanapun aku merasa dipermalukan dan dicoreng-moreng oleh sebab perbuatannya,” kata Soeharto. Pranoto membela diri. “Demi Allah, laporan-laporan itu bukanlah aku yang melakukan dan aku pun tak perlu menuduh dari mana ataupun dari siapa laporan itu dibuat. Hal itu tidak benar dan kalau perlu kolonel dapat menuntutnya.”</p>
<p dir="ltr">Letjen Gatot Subroto menyela perdebatan itu dengan gayanya yang kebapakan. Dia meminta Pranoto dan Soeharto berdamai.</p>
<p dir="ltr">“Kalian seperti anak kecil. Di hadapanku jangan pada bertengkar. Sudah bubar. Ayo pada salaman,” kata Gatot.</p>
<p dir="ltr">“Kami terpaksa bersalaman. Betapapun di hati masing-masing terasa hambar,” kenang Pranoto melukiskan peristiwa tahun 1960 itu.</p>
<p dir="ltr">Suharto dan Pranoto Reksosamodra<br>
Suharto (kiri) dan Pranoto Reksosamodra (kanan) sedang bersalaman.</p>
<p dir="ltr">Persahabatan dua perwira TNI ini pun berakhir</p>
<p dir="ltr">Kelak setelah G30S meletus, Mayor Jenderal Soeharto menahan Mayjen Pranoto dengan tuduhan terlibat aksi militer G30S yang didalangi PKI. Tanpa pengadilan, Pranoto menjalani penahanan selama 15 tahun!</p>
<p dir="ltr">Sejumlah pihak menyangka dendam Soeharto yang melatarbelakangi penangkapan tersebut. Namun rupanya Pranoto tak mau berburuk sangka.</p>
<p dir="ltr">“Dari catatan Pak Pran, beliau juga tidak tahu apakah karena masalah itu atau yang lain. Karena itu Pak Pran selalu berharap ada pengadilan sehingga bisa menjawab semua tuduhan. Tapi pengadilan tersebut tak pernah ada,” kata Imelda Bachtiar saat berbincang dengan merdeka.com.</p>
<p dir="ltr">Sejarawan Asvi Warman Adam menilai cara-cara Soeharto menggandeng konglomerat dan mendirikan aneka yayasan terus dipertahankan saat dia menjadi presiden RI. Sama dengan di Jawa Tengah dulu, yayasan yang didirikan Soeharto selalu diklaim untuk mensejahterakan anggota TNI atau masyarakat. Namun tentunya Soeharto dan koleganya pun dapat keuntungan.</p>
<p dir="ltr">“Menarik apa yang disampaikan dalam biografi Liem Sioe Liong. Apa yang dia peroleh dari monopoli. Di sisi lain jika Soeharto butuh, dia tinggal minta dana ke Liem. Ini mutualisme,” kata Asvi.</p>
<p dir="ltr">Lamanya Masa Orde Baru Membuat Rakyat Indonesia Dicuci Otak Dan Tak Mengenal Sejarah Asli Bangsanya</p>
<p dir="ltr">Ironisnya, banyak manusia Indonesia selalu lupa akan sejarah asli bangsanya. Tapi lebih ironisnya lagi, banyak ‘anak-anak singkong’ yang buta sejarah pada masa kini, terhasut oleh dongeng pencuci otak era rezim New (World) Order itu.</p>
<p dir="ltr">Semua itu terjadi karena mungkin mereka tak mengalaminya, namun justru percaya hanya mendengar dari “katanya dan ceritanya”. Seharusnya pemuda masa kini membaca buku yang berasal dari pemuda dimasa lalu agar menjadi pemuda yang paham sejarah, bukan hanya mendengar dari media masa kini, yang akhirnya hanya paham apa itu selfie atau jago BBM yang tak penting.</p>
<p dir="ltr">Selalu ada saksi dalam setiap sejarah. Sejarah adalah pembelajaran, dan Soekarno telah selalu mengingatkan kepada segenap rakyatnya, termasuk Soeharto, secara berkali-kali, “Jas merah, jangan selalu melupakan sejarah” tegas Soekarno. Namun, apa yang justru dilakukan oleh Soeharto?</p>
<p dir="ltr">Kabinet terakhir yang ia buat sebelum lengser telah memasukkan anaknya, Tutut sebagai menteri sosial dan Bob Hasan saudara angkatnya sang kartel kayu, pembabat hutan dan illegal logging, justru menjadi menteri kehutanan, yang di era reformasi ia sempat merasakan bui.</p>
<p dir="ltr">Rakyat mulai tak suka dengan cara kapitalis dan imperialisme yang diterapkan Soeharto, itu semua adalah sistim dajjal penindas rakyat ditiap negara. Rakyat yang sudah susah, semakin susah, semakin miskin, terbelenggu, apalagi tak ada kebebasan sama sakali. Mereka buta politik, buta informasi di Era Orde Baru itu.</p>
<p dir="ltr">Namun ratusan juta manusia itu tak berani, takut, tak berkutik dan tak bisa apa-apa. Maka, mahasiswa pun yang akhirnya bergerak dan menghasilkan gerakan perubahan, Reformasi, dengan rakyat se-Indonesia yang selalu siap dibelakang mereka. Mahasiswa dari Sabang hingga Merauke pun berdatangan ke Jakarta melalui perwakilan-perwakilannya untuk menduduki gedung MPR/DPR di Jakarta.</p>
<p dir="ltr">Memang terbukti, mahasiswa kala itu tak butuh uang atau materi, mereka hanya butuh moral kebangsaan dan dukungan dari segenap rakyat. Tak butuh suatu kepentingan apapun kecuali Perubahan untuk bangsa ini, tak ada nama dan tokoh dikala itu.</p>
<p dir="ltr">Amien Rais yang dinobatkan menjadi reformis saja tiada mahasiswa yang tahu dikala itu, namun tak peduli, yang penting ada perubahan kedepan untuk rakyat kedepannya, padahal politikus yang ikut berorasi tak ia saja, banyak yang jauh lebih murni, bukan sekedar carmuk alias cari muka.</p>
<p dir="ltr">Kapitalis Suharto - DEMO SOEHARTO 1998 Tragedi MPR DPR</p>
<p dir="ltr">Seluruh masyarakat Jakarta hingga luar Jakarta, mereka berbondong-bondong mengumpulkan makanan dan minuman ke dalam Gedung MPR/DPR hanya untuk mahasiswa yang membela hak rakyat. Terlihat dari anak kecil hingga tua renta membawa pisang dari kampungnya, walaupun satu tandan tapi berat, rela jalan membongkok ke gedung di Senayan itu.</p>
<p dir="ltr">Terasa bersatunya bangsa ini saat itu. Tak ada lagi perbedaan diantara mereka, isyu perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan, dikubur dalam-dalam. Begitu bersatunya Indonesia, saat Reformasi 98.</p>
<p dir="ltr">Tapi akhirnya, mereka disusupi oleh ‘pasukan iblis dari luar’ dengan mengadu domba diantara mereka, antara sesama anak bangsanya sendiri. Isyu yang kental, adalah isyu pemecah belah antara pribumi dan Cina, atau antar Islam dan Kristen, maka terjadilah Kerusuhan 98 yang bukan oleh mahasiswa.</p>
<p dir="ltr">Hal ini sudah tercium, adalah pola atau modus yang biasa diterapkan oleh kaum satanic illuminatis dunia, bahkan hingga saat ini. Nyaris semua kekacauan, kerusuhan dan peperangan di dunia, dipicu dari ‘sel-sel’ alias kaki-tangan atau budak yang sengaja dibuat untuk memperlancar tujuan dari sistim mereka.</p>
<p dir="ltr">kerusuhan 1998 gedung MPR 001</p>
<p dir="ltr">Walau begitu, semua sudah terlambat. Selama 32 tahun, atau lebih dari 3 dekade, cara cuci-otak sistim dajjal ala barat ini berhasil. Artinya walaupun suatu saat Soeharto dengan New Ordenya lengser, namun cara dan pola pikir manusia Indonesia akan terpatri terus dan terus dan terus, hingga beberapa generasi mendatang.</p>
<p dir="ltr">Tak diajarkan untuk patuh pada aturan dan undang-undang kecuali untuk kepentingan kelompoknya, miskinnya kedisiplinan dan tanggungjawab, tak adanya inisiatif dan kesadaran pada rakyatnya yang bermental rendah akan melahirkan generasi dengan mental tambah parah, begitulah seterusnya, membuat Indonesia harus diganti masyarakatnya bukan presidennya.</p>
<p dir="ltr">Semua anggota dewan hanya manggut-manggut kepada presiden, apapun keputusannya mereka kompak dengan menyetujuinya.</p>
<p dir="ltr">“Apakah setuju?” ucap ketua MPR, Sontak semuanya yang sudah tertidur dibangku masing-masing pasti teriak “Setuju..!” tanpa ada interupsi satupun.</p>
<p dir="ltr">Maka kocek mereka pun langsung menebal tanpa ada basa-basi, dan terbukti hingga kini pola sinting sistim dajjal itu masih terbentuk dan dipertahankan oleh kaum penganut satan ini. Hal itu bisa terjadi karena efek dari brainwashed dengan memutar balikkan sejarah dan menganggap Soeharto adalah bagai super hero.</p>
<p dir="ltr">Mirip Korea Utara, dimana hingga kini rakyatnya merasa ‘nyaman’ saja dengan hidupnya yang sederhana, tanpa ponsel, tanpa internet, miskin pun tak terasa, tak tahu dunia luar, ada apa diluar sana?</p>
<p dir="ltr">Tiada yang tahu kecuali segelintir rakyat yang telah memakai tv satelit ber-parabola. Persis pola politik dan kediktatoran pada masa Orde Baru.</p>
<p dir="ltr">Jadi jangan beranggapan bahwa New Order telah musnah dari bumi Indonesia dan dari masyarakat Indonesia, namun ia ibarat “api dalam sekam” yang suatu saat akan membara, bangkit dan berkuasa kambali.</p>
<p dir="ltr">Akankah sistim ini kembali lagi? Kita lihat saja, berapa persen yang sudah kena cuci-otak, berapa persen yang telah pintar membaca geo-politik dunia, termasuk geo-politik Indonesia.</p>
<p dir="ltr">Soeharto, the smiling General sang ahli strategi dan ahli pemutar-balikkan sejarah, ini adalah fakta dan kenyataan. Maka telanlah walau itu pahit. Soeharto, jenderal yang ‘mbalelo’ pada atasan, jenderal tatanan dunia baru satu komando, kaki tangan ‘the New World Order’ , yang pernah menerapkan sistim dajjal besutan illuminati di Bumi Pertiwi, selama 32 tahun lamanya.</p>
<p dir="ltr">Walau begitu, beliau pernah menjadi Presiden kita, Indonesia, dan patut juga untuk dihormati. Namun efeknya nyata akan bertahan lama, membekas di otak bapak-ibu masa kini yang mana ketika itu mereka masih remaja.</p>
<p dir="ltr">Didikannya akan terus memiliki efek sangat panjang dan telah tertanam hingga ke masa yang akan datang, hingga dua atau tiga generasi, misalnya budaya korupsi, kolusi dan nepotisme atau kongkalikong.</p>
<p dir="ltr">Belum lagi masalah sosial lainnya, dari buang sampah sembarangan, sampai cara berfikir yang sempit dan tertutup, karena memang dulu informasi memang dibatasi bahkan ditutup, nyaris mirip Korea Utara ada masa kini.</p>
<p dir="ltr">Tak ada yang berani kepada presidennya, membuat cara berfikir mereka menjadi sempit dan rasa frustasi yang berkepanjangan itu akhirnya justru berbalik memuji presidennya, walau terpaksa, karena mereka tak tahu lagi yang dapat mereka lakukan. Karena semua informasi diseleksi sangat ketat dan direkayasa sebaik mungkin, mereka tak tahu apa saja yang sebenarnya terjadi di diluar negaranya.</p>
<p dir="ltr">Dulu pada masa Orba, jika ada berita nasional di TVRI atau berita di RRI yang direlay setiap jamnya ke seluruh radio swasta, maka nyaris seluruh rakyat Indonesia langsung ganti channel, tak perduli dengan berita yang terdengar semuanya baik-baik saja, dan beralih memutar kaset.</p>
<p dir="ltr">(sumber/ judul asli: Siapa Sebenarnya Suharto, sumber: eramuslim.com, dari buku: Siapa Sebenarnya Suharto; Eros Djarot; 2006/ merdeka.com/ olah artikel: ICC).</p>
<p dir="ltr">https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1881392215458333&id=100007627185683</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKlPkOrb7Y3lN3KIZE9fslhnh581G-fr-mO-0P8qetkfdxNn_OorQ_UkylujAh71aOANK2Z7BPBN7Xjr0aNYR0wbK-JdDClT94SYnCfMyc1jlxEr2vzZaoi-08qvfKc5rP0UzinA2L4y-u/s1600/FB_IMG_1505995046113.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKlPkOrb7Y3lN3KIZE9fslhnh581G-fr-mO-0P8qetkfdxNn_OorQ_UkylujAh71aOANK2Z7BPBN7Xjr0aNYR0wbK-JdDClT94SYnCfMyc1jlxEr2vzZaoi-08qvfKc5rP0UzinA2L4y-u/s640/FB_IMG_1505995046113.jpg"> </a> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-85109920138376577372017-09-21T16:00:00.001+07:002017-09-21T16:00:43.101+07:00Mengungkap Rapat Ikada : Ketika Tan Malaka Menguji Kekuatan Sukarno<p dir="ltr"></p>
<p dir="ltr">(Ditulis oleh : Anton Dwisunu Hanung Nugrahanto )</p>
<p dir="ltr">Peristiwa Lapangan Ikada 19 September 1945, bukan semata-mata sebuah demo biasa, atau sebuah acara kumpul bareng yang melibatkan ratusan ribu orang, sebuah gerakan terorganisir awal dalam sejarah Indonesia modern untuk membentuk jaringan perlawanan terhadap kemungkinan datangnya Belanda yang membonceng sekutu, sekaligus sebuah statemen kepada pihak luar bahwa Indonesia telah memiliki pemerintahannya sendiri.</p>
<p dir="ltr">Rapat Ikada 19 September 1945 ini bermula di Bogor, pada sebuah gang sempit di rumah Pak Karim, seorang penjahit dimana di belakang rumahnya itu ada seseorang paling legendaris dalam pergerakan perjuangan Indonesia di tahun 1920-an dan merupakan orang yang paling inspiratif bagi para pemuda agar mereka keluar dari rumah nyaman mereka lalu membentuk sebuah bangsa Merdeka. Tan Malaka menulis dua buku yang amat berpengaruh kepada banyak para orang pergerakan :”Massa Actie dan Naar de Republiek”. Kemunculan Tan Malaka pertama kali ke permukaan publik banyak diragukan orang, selain itu Tan Malaka masih dihinggapi perasaan curiga kepada siapapun, sebagai akibat selama lebih dari 20 tahun dikejar-kejar untuk dibunuh oleh intel-intel Belanda dan Inggris. Tan Malaka pertama kali bertemu dengan seseorang bernama Achmad Soebardjo di Djakarta, tapi Soebardjo merahasiakan pertemuan ini, nama Tan Malaka belum keluar dulu, karena Soebardjo sendiri masih belum bisa menentukan siapa lawan siapa kawan, begitu juga dengan Tan Malaka. Soebardjo adalah kawan lama Tan Malaka yang bisa dipercaya, mereka berkawan akrab sewaktu di Belanda.</p>
<p dir="ltr">Di kalangan gerakan pemuda ada dua kelompok : kelompok pertama dipimpin Erie Soedewo, yang amat moderat, pilihan politiknya berunding melulu tapi karena mereka terpelajar dan bagian dari elite mahasiswa waktu itu, mereka memiliki akses kuat ke Sukarno dan Hatta. Kelompok dibawah Erie Soedewo ini dikenal sebagai kelompok Prapatan 10. Sementara kelompok lain adalah pemuda-pemuda otodidak, pemberani, dididik langsung dari situasi kegelisahan rakyat, mereka adalah kelompok yang dulunya banyak ngumpul-ngumpul di Pasar Senen. Mereka ini sangat radikal dalam memilih jalan politik mereka, mereka pengen adanya perang sehingga Indonesia bisa berdiri secara utuh, mandiri dan tidak bergantung pada kepentingan asing. Kelompok ini disebut Menteng 31, dalam jalur Menteng 31 ini dibuatlah sebuah Komite, bernama Komite Van Actie</p>
<p dir="ltr">Komite Van Actie ini terdiri dari 11 orang salah satunya adalah Maruto Nitimihardjo (orang yang paling dituakan di Kelompok Menteng 31), Adam Malik, Pandu Kartawiguna, Sayuti Melik, Wikana dan Chaerul Saleh. Mereka juga punya lingkaran dua untuk menggerakkan ini salah satunya adalah DN Aidit. Kelompok Menteng 31 ini kemudian menjadi kekuatan penggerak dalam Revolusi Djakarta pada jam-jam pertama. Suatu hari Maruto dikabari akan kedatangan Tan Malaka. Pandu yang mendengar ini berkata “Tan Malaka sudah sering bertemu dengan Bung Karno” Maruto menjawab : “Apa benar itu Tan Malaka asli?, jangan-jangan itu Tan Malaka palsu yang membuat langkah-langkah pemuda menjadi salah arah dan membuat pemuda hanya jadi kepentingan Jepang”. Esoknya Maruto didatangi seseorang dan mendapatkan sebuah alamat Tan Malaka tinggal. “Dia tinggal di Bogor, pada sebuah gang sempit di rumah seorang penjahit bernama Pak Karim”. Kata seseorang kurir. Lalu Maruto mencari beberapa kawannya untuk mengetahui kebenaran itu. “Apa benar ini Tan Malaka?” kata Maruto kepada Pandu, Adam Malik dan Sukarni dan beberapa orang tokoh pemuda Menteng 31. Lalu salah seorang dari mereka mengusulkan “kita cari saja orang-orang yang mengenal Tan Malaka langsung, di Pasar Senen banyak orang Minang yang dulu kenal Tan Malaka”.</p>
<p dir="ltr">Lalu dibawa beberapa orang yang mengaku kenal Tan Malaka asli sewaktu Tan Malaka masih di Bukittinggi, selain itu disiapkan pertanyaan-pertanyaan soal Massa Actie yang merupakan hasil pemikiran politik penting Tan Malaka. Ketika bertemu mereka semuanya terpesona dengan Tan Malaka yang saat itu dikenal dengan nama Iljas Hussein. Tan Malaka menguraikan Massa Actie dengan amat detil dan membuat mereka mulai ngeh, selain itu Maruto menggeret salah seorang yang kenal dengan Tan Malaka tadi ke luar rumah “Apa benar itu Tan Malaka asli?” tanya Maruto. “benar”...jawab orang itu. “dasarnya apa?”</p>
<p dir="ltr">“Di dunia ini hanya satu orang yang saya pernah lihat orang punya daun telinga besar, ya sebesar Tan Malaka itu” Maruto menahan tawa mendengar jawaban keluguan orang yang mengaku kenal Tan Malaka.</p>
<p dir="ltr">Lalu Maruto masuk kembali ke dalam rumah dan menanyai pada Tan Malaka “Apakah Bapak Tan bersedia untuk bertempur dengan Djepang?” jawab Tan Malaka. “Bukan hanya bersedia tapi harus!..Djepang harus diperangi, begitu juga nanti Belanda atau Inggris atau siapa saja pasukan asing harus diperangi”. Detik itu juga Maruto tersadar inilah Tan Malaka asli, karena Tan Malaka palsu tak mungkin mau bila disuruh melawan Djepang. Maruto bersikap sangat hati-hati karena sebelumnya memang banyak muncul Tan Malaka palsu, yang disuruh Jepang pidato di tengah rakyat. Bahkan di Bukittinggi, Tan Malaka palsu sempat di elu-elukan rakyat banyak.</p>
<p dir="ltr">Di dalam pertemuan Bogor itu pula Tan Malaka menguraikan efektifnya sebuah gerakan. Tan Malaka lalu menguraikan dengan detil konsep perjuangannya. “Saya ingin tahu kepada kalian apa tujuan kemerdekaan itu?” para pemuda diam saja, karena mereka tau ini pertanyaan retoris.</p>
<p dir="ltr">“Tujuan kemerdekaan itu adalah pembebasan, kesejahteraan dan total kita lepas dari kepentingan-kepentingan asing yang memperbudak bangsa ini. Di dalam memperdjoangkan kemerdekaan”</p>
<p dir="ltr">“Apa ada strategi ke depan dalam perdjoangan ini, kita harus berperang atau berunding dengan musuh?” kata seseorang yang kemudian disorakin temannya “kayak anak Prapatan 10 saja berunding” Seluruh ruangan tertawa. Namun selanjutnya ruangan menjadi sunyi ketika Tan Malaka berdehem.</p>
<p dir="ltr">“Kalahnya Djepang saat ini belum merupakan penyelesaian dari seluruh akhir perang. Perang besar akan diikuti perang-perang kecil. Banyak dari bangsa-bangsa di dunia ini akan menuntut kemerdekaan baru, mereka Atlantic Charter sebagai acuan kemerdekaan, tapi sayangnya negara-negara penjajah walaupun mereka teken Atlantic Charter, mereka tak mau buru-buru lepaskan negara jajahan, negara mereka sudah hancur akibat digempur Jerman, mereka akan memeras habis-habisan negara jajahan, mereka akan terus memperbudak rakyat di negara jajahan atas persoalan dimana negara jajahan itu tak mengerti”</p>
<p dir="ltr">Lalu Tan Malaka berdiam sejenak dan memandang lurus ke arah pintu. Ia berdiri dan masuk ke biliknya lalu keluar kembali membawa sebuah buku. Entah apa maksudnya, buku itu ditaruh saja di meja kecil yang penuh dengan debu sisa rokok. “Aku sudah mempelajari ini semua dalam perkiraan-perkiraan sejarahku, dalam pikiranku, semuanya...inilah masa depan itu sesungguhnya. Tapi masa depan itu tak mudah untuk kita begitu saja, masa depan itu harus direbut satu persatu. Melihat kejadian saat ini saya yakin Belanda akan masuk ke Indonesia, mereka akan mengincar kota-kota yang kaya, mereka akan masuk ke daerah yang banyak kilangnya, mereka masuk ke daerah perkebunan karena itu sumber logistik mereka, lalu mereka akan menggunakan kekuatannya untuk mempengaruhi banyak orang Indonesia untuk membatalkan kemerdekaan, mereka akan mengadu domba antar orang Indonesia sendiri. Mereka menggunakan orang-orang Indonesia yang pro Belanda untuk berunding sehingga mengesankan bahwa di dalam wilayah ini persoalannya bukan intervensi asing tapi sebuah konflik antar manusia di dalamnya, sebuah konflik internal bangsa, diatas itulah Belanda akan menguasai Indonesia kembali”.</p>
<p dir="ltr">“Lalu dengan apa kita harus melawan” tanya Sukarni dengan mata melotot.</p>
<p dir="ltr">“Caranya Belanda harus digempur terus menerus, jangan sampai mereka bisa mengekspor hasil-hasil perkebunan yang mereka kuasai. Kita mungkin kalah senjata tapi kita menang orang, orang kita banyak, semakin luas wilayah kita kuasai Belanda tidak akan mampu melawan, mereka habis berperang, sumber dana mereka tiris, mereka tidak punya dana besar untuk melakukan perlawanan amat luas ini, itulah kemenangan kita, kita harus melakukan perjuangan menyeluruh. Di dalam perjuangan itu harus juga ada langkah taktis, yaitu : pengakuan hukum dari negara lain. Bangsa-bangsa Kapitalis tak akan mungkin mau mengakui, kita butuh pengakuan negara-negara Islam dan negara-negara Sosialis. Sementara dengan kelompok Islam kalian jangan memusuhi, justru mereka amat penting terhadap pergerakan perjuangan ini, di Indonesia Islam itu ibarat darah dalam tubuh manusia, sekarang giliran kalian mampu tidak menggerakkan semua itu?....kalian harus melakukan krachtproef, suatu uji kekuatan. Bagaimanapun pemerintahan Indonesia memang sudah ada, tapi kenyataannya apa? Seluruh jajaran administrasi kenegaraan, kepolisian dan birocratie functie masih di tangan Djepan. Ini artinya bila tak ada gerakan dari kalian, maka Djepang akan segera menandatangani pengalihan inventaris Indonesia ini ke tangan sekutu sebagai bagian dari pampasan perang. Inikah yang kalian mau?”</p>
<p dir="ltr">“Jadi kita harus perang?” tanya Sukarni lagi.</p>
<p dir="ltr">“Itulah jalan satu-satunya, dan kamu buktikan dulu apakah massa rakyat mau ikut kalian hei pemuda? Kalian harus bakar itu massa rakyat, buat mereka berkumpul, dengan begini kalian akan mengukur kekuatan kalian, dan ketaatan itu akan dibuktikan di depan banyak orang asing di Indonesia sehingga mereka akan paham siapa yang memerintah rakyat sesungguhnya”.</p>
<p dir="ltr">Pertemuan itu berlangsung berjam-jam sampai akhirnya rombongan Menteng 31 pulang dengan membawa kesepakatan akan diadakan rapat besar.</p>
<p dir="ltr">Satu minggu sesudah pertemuan itu kelompok Menteng 31 berkunjung ke Prapatan 10, sebelumnya mereka bertengkar karena soal Djohan Noer yang maunya perang total, dan kemudian anak-anak muda Prapatan 10 memilih Erie Soedewo tokoh pemuda yang lebih moderat, aleman dan dekat dengan Sukarno-Hatta. Anak-anak Menteng 31 memaksa Prapatan 10 untuk segera melakukan rapat besar “Paksa itu Sukarno untuk mau berpidato di depan rakyat”. Setelah melalui perdebatan panas akhirnya anak-anak Prapatan 10 menyetujui untuk pengaruhi Sukarno.</p>
<p dir="ltr">Tanggal 15 September 1945, sekutu melakukan penerjunan payung beberapa marinir Inggris, selain itu sekutu sudah mendaratkan lima kapal perang di Tanjung Priok. Pendaratan sekutu ini memicu dikeluarkannya surat oleh Jenderal Nagano untuk seluruh pihak agar jangan ada pertemuan-pertemuan besar yang membuat marah sekutu. Surat pengumuman ini dibawa Pandu ke meja sekretariat Menteng 31. Sukarni yang membaca surat selebaran itu langsung merobek dan menggebrak meja “benar kata Tan Malaka kita harus mengumpulkan massa rakyat” Malamnya ada kabar Tan Malaka yang masih dikenal sebagai Iljas Hussein bersedia pidato di bioskop Maxim, Cikini. Beberapa orang menjaminkan pertemuan Tan Malaka ini akan aman. Di depan bioskop Maxim, Tan Malaka berpidato luar biasa “Kita harus membangun kekuatan sendiri untuk bertempur, berani menegakkan kepala untuk sebuah kehormatan Indonesia. Kemerdekaan harus dicapai dengan tangan sendiri” begitu salah satu isi pidato Tan Malaka sambil ia mengangkat tangannya terlihat jam-nya diikat di tengah lengan, bukan hal yang biasa.</p>
<p dir="ltr">Setelah pertemuan di Bioskop Maxim, ada seseorang bernama Gatot Tarunomihardjo datang ke Prapatan 10 dengan membawa uang 35.000 rupiah, tolong diberikan kepada Erie Soedewo, Kemal dan Piet Mamahit. Mereka bertiga terperanjat setelah dilapori ada kiriman duit Tan Malaka. Kiriman duit itu adalah sumbangan Tan Malaka untuk anak muda yang akan segera membentuk pasukan perang. Dan perlu dicatat inilah modal awal pembentukan angkatan bersenjata Republik Indonesia, duit dari Tan Malaka. – Kelompok Prapatan 10 akhirnya mengirim Soejono Judodibroto menemui Tan Malaka di Bogor. Cerita tentang Gatot ini kelak dikemudian hari menimbulkan banyak pertentangan, namun yang jelas adalah Gatot memperoleh banyak uang dari Bank-Bank Jepang dan kemudian dengan royal diberikan kepada sekutu.-.</p>
<p dir="ltr">Tanggal 17 September, Sukarno mengumpulkan anggota kabinetnya. Di mejanya ia sudah menerima dua surat : Rencana rapat raksasa oleh Pemuda dan kedua adalah Surat edaran Jenderal Nagano untuk mengadakan larangan demonstrasi. Sukarno kemudian memutuskan di depan kabinet membatalkan ini, rapat berlangsung alot bahkan sampai jam 5 pagi. Ketika subuh datang, pertemuan kabinet dibubarkan. Tanggal 18 September 1945 jam 9 pagi, juru bicara pemerintah : Sukardjo Wirjopranjoto akan berdialog dengan wartawan, tapi kemudian Sukardjo meminta kepada Achmad Soebardjo. Soekardjo berpikir di depan anak-anak muda wartawan berhati panas ini tentunya akan menimbulkan kemarahan apabila isi dari surat pemerintah adalah melarang demonstrasi. Lalu Achmad Soebardjo tampil di depan wartawan, singkat saja ia bicara tentang pembatalan kumpul-kumpul di Koningsplein dan menolak surat Jenderal Nagano. Sontak saja wartawan-wartawan yang baru kemaren merebut kantor-kantor berita Jepang itu mengamuk dan membuat pertanyaan panas. Tapi Soebardjo terus bersikukuh atas keputusan pemerintah. Namun desakan begitu kuat, hingga akhirnya Soebardjo menuruti maunya pemuda agar disampaikan pada Sukarno.</p>
<p dir="ltr">Di lapangan, Sukarni dan kawan-kawannya sudah mengumpulkan massa, mereka menemui jaringan yaitu kepala-kepala desa, jago-jago lokal dan kyai-kyai untuk mengumpulkan massa, ternyata massa yang datang ratusan ribu. Pagi itu tanggal 19 September 1945 orang-orang datang berduyun-duyun membawa bendera merah putih, bapak ibu sekeluarga menggendong anaknya, anak-anak kecil tertawa gembira, “Lebaran...lebaran kita” kata salah seorang penduduk yang dengan ketawa sambil pake jas yang kedodoran dateng ke Lapangan Ikada. Beberapa orang bahkan menertawai tentara Jepang, dan mengolok-olok mereka. Seorang anak kecil dilaporkan melepaskan celananya dan memamerkan pantat di depan serdadu Jepang. Lainnya bersorak gembira “Merdeka....merdeka...kami ingin lihat Sukarno, kami ingin lihat Sukarno”. Di lapangan para pemuda sibuk mengatur barisan.</p>
<p dir="ltr">Jam 10 pagi tiba-tiba ada rombongan besar dari Karawang, gerobak-gerobak juga datang dari Bekasi, banyak yang datang dari luar Djakarta, seluruh penduduk Kebon Sirih sampai Cikini sudah berkumpul. Orang-orang dari Tanjung Priok membawa bambu runcing, beberapa orang Bugis membawa badik dan orang Jawa membawa kerisnya. Semuanya menunggu pidato Sukarno. Puluhan Ribu rakyat bernyanyi-nyanyi di siang yang panas menunggu Sukarno.</p>
<p dir="ltr">Sementara itu Sukarno mencak-mencak di gedung KNIP, ia marah-marah setelah dapat laporan banyak juga anak kecil yang datang. Seluruh menteri rapat untuk memutuskan apa pemimpin Republik memunculkan diri mereka di depan publik dengan ancaman tembakan Jepang dan puluhan ribu rakyat dipertaruhkan, sebuah korban nyawa yang sia-sia menurut pendapat sebagian menteri. Awalnya sidang berlangsung alot cuman untuk memutuskan keluar menemui rakyat apa tidak. Memang saat itu pertaruhannya adalah nyawa para menteri itu sendiri, banyak ketakutan. Mereka takut ada penembak gelap, mereka takut adanya serbuan pasukan Jepang sementara panser-panser sudah disiapkan di seluruh lapangan, tapi rakyat seperti tak takut lagi. Dokter Samsi Sastrawidagda mondar mandir sambil mulutnya terus meracau : ‘Het wordt en bloedbad en onnodig bloedvergiten. Hei is onzinnig om toe te geven aan di jonge heethofden.’ (wah, ini akan terjadi pembantaian dan tertumpah darah sia-sia. Ini semangat pemuda yang keterlaluan....!”). Sidang berlangsung amat lama dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore, mereka tidak makan siang karena suasana amat tegang. Beberapa kali menteri-menteri itu mendongak ke atas saat mendengar suara pesawat. Seseorang menyenggol kawannya dan berbisik “mungkin itu pesawat sekutu”. Ada juga menteri yang cuek dan ngantuk berat karena dua hari yang lalu tidak tidur karena sidang sampai pagi membahas soal Jenderal Nagano. Sukarno terus menimbang-nimbang seraya ia mendapatkan laporan terus menerus perkembangan di lapangan. Sukarni yang mengatur semua kegiatan lapangan datang ke gedung KNIP dan mengetuk pintu “Gimana sudah kelar keputusannya”</p>
<p dir="ltr">Beberapa menteri berteriak pada Sukarni “Sabar dulu” lalu Sukarni menutup pintu. Dua jam kemudian Sukarni membuka pintu lagi dan melongokkan kepala ke arah meja kabinet dan para menteri itu “Bagaimana putusan?” seorang menteri menoleh kepada Sukarni sembari menjawab ogah-ogahan “Belum” lalu Sukarni menutup pintu dengan suara amat keras “Brakkkk....!!!” semuanya kaget, nampak benar kemarahan Sukarni. Menteri Penerangan Sukardjo Wirjopranoto langsung nyeletuk kesal “Kayaknya Sukarni mau bunuh kita ini”........Rapat terus berlangsung tapi belum ada keputusan para menteri, Iwa Kusumasumantri sampai tertidur dan berkali-kali dibangunkan Sukarno. Iwa mengusap matanya dan melihat pada Sukarno “Gimana, No sudah ada putusan” jawab Sukarno “Belum” lalu Iwa melanjutkan tidurnya lagi.</p>
<p dir="ltr">Jam 3 sore tidak ada keputusan. Waktu terus berdetak. Rakyat sudah kelelahan menunggu Sukarno. Sudah ada yang mulai berteriak-teriak. Lalu Sukarno berdiri sendirian dan berkata karena semua menteri tampaknya banyak yang takut maka ia pasang badan, biarlah ia yang ditembakin Jepang, mati di depan rakyatnya. Karena ini adalah pertaruhan untuk masa depan Indonesia : “Saudara-saudara Menteri dengarkan putusan saya, Saya akan pergi ke lapangan Rapat. Untuk menentramkan rakyat yang sudah berjam-jam menunggu, saya tidak akan memaksa saudara-saudara untuk ikut saya, yang mau tinggal di rumah boleh, yang mau ikut saya terserah”.</p>
<p dir="ltr">Langsung jam setengah tiga sore keputusan rapat sudah diambil. Sukarno akan berbicara di depan rakyat sebagai simbol pemimpin dan pemerintahan. Banyak menteri yang lebih memilih ikut Sukarno dan beresiko nyawa mereka ditembaki Jepang. Di lapangan Tan Malaka sudah menunggu, sementara Sukarno akan datang dari gedung KNIP, rombonganpun datang. Di dalam lapangan rombongan dihentikan orang Jepang, seorang perwira Kolonel Miyamoto. Sukarno marah dengan penghadangan ini, sementara Hatta terus mencoba berdebat. Tiba-tiba dari arah belakang Tan Malaka berteriak keras dengan bahasa Minang :”Eh, Hatta Engkau debat ini bertele-tele, hentikan debat rakyat sudah gelisah...”</p>
<p dir="ltr">Akhirnya perwira itu didorong salah seorang pemuda Indonesia bersenjata dengan muka siap tempur, perwira itu mengalah lalu Bung Karno berjalan menuju podium dan berpidato singkat “Saudara-saudara, saudara-saudara......saya tahu bahwa saudara berkumpul disini untuk melihat Presiden kalian dan mendengarkan perintahnya. Apabila saudara-saudara masih mempercayai ini maka dengarkanlah perintah saya yang pertama kepada saudara-saudara : bubarlah, pulanglah dengan tenang ke rumah masing-masing tunggu perintah dari pemimpin-pemimpin ditempatmu masing-masing ...”</p>
<p dir="ltr">Serentak puluhan ribu orang membubarkan diri, ini yang membuat pengamat dan intel-intel asing tercengang. Bahkan Van Der Post intel Inggris yang mengirimkan anak buahnya untuk mencatat kejadiannya mendapatkan laporan sedemikian dramatis : “Ada seorang Ambon yang pro Belanda berdiri ditengah orang banyak dan menunggu, kegemparan luar biasa menghanyutkan dirinya dan semua orang yang disana. Pada saat Bung Karno datang, jantungnya berdegup keras dan ia hampir semaput. Apa yang dilakukan Bung Karno itu adalah memerintahkan agar semua orang pulang, dan suasana masih bergetar, oleh kegemparan luar biasa. Orang Ambon itu pergi bersama rakyat, dan belakangan ia melaporkan ‘peristiwa itu adalah pengalaman paling hebat dalam hidupnya’.</p>
<p dir="ltr">Pertemuan Lapangan Ikada adalah pertemuan batin, pertemuan rasa cinta dalam membentuk sebuah bangsa. Disini bertemu berupa-rupa kepentingan. Tan Malaka yang ingin mengetest kekuatan Sukarno dan efektifitas pemuda, Sukarno yang dengan berani gantung leher demi sebuah pemerintahan yang dipimpinnya, kenekatan pemuda mengadakan sebuah keputusan yang amat berani dan para intel-intel asing yang sedang memperhatikan perkembangan sebuah pemerintahan.</p>
<p dir="ltr">Rasa mengharukan Rapat Ikada ini bisa digambarkan oleh Pramoedya Ananta Toer yang saat itu juga hadir dan menangis melihat berdirinya sebuah bangsa. Di Pulau Buru pada sebuah kamp kerja paksa Orde Baru ia mengirimkan surat pada anaknya :</p>
<p dir="ltr">Et,</p>
<p dir="ltr">Kalau orang tidak pernah atau tidak mau ceritai kau tentang Revolusi Indonesia, biar aku yang mendongeng untukmu. Siapa tahu cerita itu bisa jadi imbangan bagi kondisi kesehatanmu yang kurang menguntungkan. Siapa tahu, ya siapa tahu! Tak sekurang-kurangnya orang yang mendapat kekuatan dari sebuah cerita.</p>
<p dir="ltr">Pada waktu Proklamasi diucapkan, tak ada yang menduga, di Indonesia bakal meletup suatu revolusi, menjamah daratan dan perairan. Pengucapnya, Soekarno, ideolog, brahmana, mewakili para ideolog, para Brahmana Indonesia, dari ujung rambut sampai telapak kaki, menyuarakan Proklamasi itudengan keraguan – ragu terhadap masa lewat rakyatnya yang dikenalnya belum cukup mewakili kekuatan dan kemauan politik, ragu terhadap masa mendatang yang diwakili oleh kemungkinan tindakan kekerasan dari pihak bala tentara Jepang lain yang mendukung Proklamasi, lebih lagi pada Sekutu, pemenang Perang Dunia II.<br>
Proklamasi kemerdekaan diucapkan. Kenyataannya: seperti dalam dongengan, suatu krisi revolusioner mendadak menyingkap didepan mata, seperti tabir itu tiba-tiba terbuka dan panggung terpampang. Belum, Et, belum revolusi itu sendiri. Krisis revolusioner itu adalah titik puncak keadaan sosial, ekonomi dan politik. Orang sudah tak lagi lebih lama dapat menenggang keadaan yang morat-marit, kemelaratan yang sudah menghalau orang ke lubang atau tepian kuburan, dan di bidang politik dan kekuasaan ada terjadi vakum. Pendeknya, pada waktu itu, barang siapa jadi melihat keadaan dan berani tampil memimpin, dia akan jadi pemimpin. Dan, Et, krisis revolusioner yang menjadi puncak keadaan ini, sayang, bukan karena faktor subyektif Indonesia, dia berjalan secara sosial-alamiah, karena dimungkinkan oleh vakum kekuasaan kolonial. Sayang. Ya, sayang. Sekiranya pendorong utamanya faktor subyektif Indonesia, perkembangan akan menjadi lain, lebih jernih, lebih terpimpin. Apa daya, justru pare ideolognya sendiri ragu sudah pada titik awal.</p>
<p dir="ltr">Waktu Soekarno-Hatta hendak bicara di hadapan rapat raksasa di Lapangan Ikada (lapangan Gambir bagian tenggara) kami bertiga sudah siap mendengarkan di lapangan itu. Yang kumaksud dengan kami adalah Abdul Kadir Hadi, Soekirno dan aku sendiri. Kami memasuki lapangan dari jalan raya di selatannya. Waktu itu di pinggir kanan jalan telah berderet beberapa tank dan panser Jepang. Di antarab dua kendaraan baja itu kami masuk, ke lapangan. Tanpa kecurigaan. Tanggal berapa waktu itu? 19 September 1945!<br>
Lapangan itu benar-benar sudah penuh dengan barisan yang bersaf-saf. Setiap padanya membawa papan nama kesatuannya – Barisan Pelopor dan Banteng seluruh Jakarta. Juga pada luarnya di belakang barisan ini berjubel orang-orang seperti kami, tanpa ikatan organisasi. Sorak-sorai dan pekikan semua barisan di depan dan tengokan kepala mereka kearah selatan, tiba-tiba membuat kami bertiga menjadi sadar: gelora suara yang membelah langit itu ternyata ditujukan kepada tentara Jepang. Mereka pada bersenjata bambu runcing, parang, dan mungkin juga belati atau keris. Dengan sendirinya kami bertiga, yang tidak bersenjata, terbungkuk-bungkuk mencari batu. Aku sendiri mendapat tidak lebih dari tiga yang kumasukkan ke dalam kantong celana. Satu tetap dalam genggaman.</p>
<p dir="ltr">Rasanya begitu lama kami menunggu dalam ketegangan. Yang diharap-harapkan tak kunjung muncul. Nah, waktu iring-iringan memasuki jalan tepian bagian selatan lapangan – bukan yang kami lalui waktu masuk – dari kejauhan nampak mobil-mobil itu dihentikan oleh serdadu Jepang. Rasanya kami tak habis-habis menunggu. Barisan-barisan semakin riuh-rendah mengelu-elukan Soekarno-Hatta, Presiden dan Wakil Presiden RI pertama. Insiden itu membikin suasana semakin tegang. Tak ada yang bisa mendengar pembicaraan diantara mereka. Sesuatu yang tidak beres terasa mengawang di udara. Dan di geladak panggung tinggi, seperti sebuah menara pengintaian, berdiri beberapa serdadu Jepang bersenjata. Pengeras suara yang memberitakan kedatangan Presiden dan Wakil Presiden tak berdaya menghadapi sorak-sorai dan pekik-jerit. Akhirnya iring-iringan berjalan terus. Dan waktu Presiden tampil, keadaan menjadi senyap. Di podium suaranya terdengar lunak: tenang, pulanglah dengan tenang. Kemudian rombongan meninggalkan tempat. Takkan ada tambahan pada kata-kata lunak tersebut. Hanya protokol menunjukkan jalan keluar lapangan – jalan yang baru ditinggalkan iring-iringan Soekarno-Hatta.</p>
<p dir="ltr">Barisan demi barisan, tanpa membubarkan diri, meninggalkan lapangan melalui jalan yang telah ditentukan. Sorak-sorai, pekik-jerit, dan debu membubung memenuhi jalanan yang menjadi sempit. Di pinggiran jalan berjajar pohon palma, di bawahnya deretan truk terbuka dengan serdadu Jepang di geladaknya, semua bersenjata senapan bersangkur terhunus. Di tubuh jalanan: barisan-barisan yang berjejal. Serdadu-serdadu itu menghalau setiap orang yang dianggapnya terlalu dekat pada truknya. Menghalau dengan bedilnya dari atas geladak truk. Mula-mula tidak terjadis sesuatu. Tetap jalanan semakin mejadi padat. Barisan-barisan semakin melebar. Para serdadu Jepang semakin sibuk menghalau. Sembari memekin dan bersorak-sorai orang mulai membela diri dari ancaman bayonet dengan bambu runcing mereka. Massa yang gusar karena gagal mendengarkan Presidennya, mabuk oleh pekik, sorak-sorai, dan anggar laras senapan berbayonet dengan bambu runcing ….. dan itulah untuk pertama kali aku saksikan, bagaimana orang Indonesia sama sekali tidak lagi takut pada Dai Nippon dengan militernya yang mahsyur akan kekejaman dan kekejiannya. Krisis revolusioner sedang berkembang. Dan aku lihat, Et, seseorang dari barisan menghunus pedang dan menebas tangan salah seorang serdadu Jepang. Beberapa dari jarinya putus. Tetapi insiden tak berkembang lebih lanjut. Mereka tidak terprovokasi.</p>
<p dir="ltr">Inggris, atas nama Sekutu, mendarat. Dari R. Moedigdo, pamanku, seorang redaktur Domei, yang telah menjadi Antara, kudengar salah seorang rekannya, Sipahutar, salah seorang pendiri kantor berita itu pada tahun 30-an, berniat mendirikan panitia penyambutan. Tantangan, caci-maki dan penolakan dari rekan-rekannya membikin niat itu buyar. Tentara Inggris mulai membebaskan orang-orang Eropa tawanan Jepang dari kamp-kamp di wilayah Jakarta. Para bekas tawanan itu sebagian mereka persenjatai dan mulai menembaki penduduk. Juga serdadu-srdadu Jepang. Para pemuda Jakarta mulai menjaga keamanan lingkungannya masing-masing. Masa ini biasa dinamai “jaman siap”. Gelombang teriakan “siap” melanda lingkungan yang dimasuki oleh serdadu atau bekas tawanan yang mengamuk.</p>
<p dir="ltr">Sekarang krisis revolusioner itu beralih menjadi Revolusi yang sebenarnya. Kalau tadinya para pemuda mempersenjatai diri dan menjaga keamanan lingkungannya dari amukan Jepang dan bekas tawanan, di Medan Senen para paria sudah meninggalkan lingkungannya dan mulai menyerang. Mungkin ada orang Indonesia yang sudah jadi merah mukanya mendengar dongengku ini: Revolusi Indonesia dimulai oleh para paria Medan Senen. Apa boleh buat, itulah justru kesaksian yang dapat kuberikan. Yang menggerebak mukanya boleh punya dongeng sendir, sekiranya punya kesaksian lain. Dalam Abad ke-13 pun seorang paria yang mengawali babak Jawa-Hindu, meninggalkan Hindu-Jawa. Orang itu tak lain dari Ken Arok. Suksesnya menyebabkan sang paria ini diangkat menjadi putera Brahmana, Syiwa dan Wisynu sekaligus. Orang melupakan kenyataan: sebagai paria dia berada di luar semua kasta Hindu yang ada.</p>
<p dir="ltr">Hanya saja paria Medan Senen tak mampu mengangkat diri jadi pimpinan.</p>
<p dir="ltr">(Jakarta, 2011)</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8nex_MeJS8PlsUwhUATtRyVjrzR7DuYYhA4macmUBee5RPvAa76K6w4zMTXdzA3FOur6lkTDXFugvv6iCyFS54laRKcpXUOLRHKoiy0Fl55jPpVdbkyx2bGHKV4VgCI6MyUIv6ym-pO-p/s1600/FB_IMG_1505984394073.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8nex_MeJS8PlsUwhUATtRyVjrzR7DuYYhA4macmUBee5RPvAa76K6w4zMTXdzA3FOur6lkTDXFugvv6iCyFS54laRKcpXUOLRHKoiy0Fl55jPpVdbkyx2bGHKV4VgCI6MyUIv6ym-pO-p/s640/FB_IMG_1505984394073.jpg"> </a> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-61226481334289851052017-09-20T17:24:00.001+07:002017-09-20T17:24:27.036+07:00apa itu Genosida<p dir="ltr">Genosida berarti suatu pembantaian massal yang dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif dengan tujuan untuk memusnahkan seluruh atau sebagian penganut kepercayaan, etnis, ras atau golongan lain yang berbeda. </p>
<p dir="ltr">Proses terjadinya Genosida terdiri dari delapan tahap. Tahapan ini berlaku sama di seluruh dunia, terjadi secara berurutan dan dapat diprediksi sebelumnya.</p>
<p dir="ltr">Tahap 1: Klasifikasi<br>
Dalam masyarakat yang majemuk, sering terjadi pembedaan antara “kita” dan “mereka”. Perbedaan itu didasari oleh suku, ras, agama, kelas, golongan serta ideologi. Semisal, penggolongan suku Dayak dan Madura, Islam dan Kristen, Pribumi dan non-pribumi. </p>
<p dir="ltr">Pada tahap ini, genosida bisa dicegah dengan mudah dengan memfasilitasi suatu kegiatan yang mampu merubah perbedaan menjadi hal yang positif. </p>
<p dir="ltr">Tahap 2: #Simbolisasi<br>
Dalam tahap ini, julukan-julukan yang merendahkan muncul di masyarakat seperti “cina” untuk warga keturunan ras Tionghoa, julukan “kafir”untuk menggambarkan warga non-muslim, “komunis” dan sebutan-sebutan kasar lainnya untuk membedakan antara kelompok satu dengan lainnya. </p>
<p dir="ltr">Simbolisasi adalah hal yang lumrah dan tidak selalu berbuntut genosida, namun berpeluang besar meningkat ke tahap berikutnya jika bercampur dengan Kebencian. </p>
<p dir="ltr">Simbolisasi dapat dicegah dengan melarang secara resmi simbol-simbol kebencian, dan melarang kampanye-kampanye ujaran kebencian yang sering terjadi di masyarakat.</p>
<p dir="ltr">Tahap 3: #Dehumanisasi <br>
Dehumanisasi artinya kurang lebih “meniadakan atau menghilangkan kemanusiaan seseorang”. </p>
<p dir="ltr">Ketika suatu kelompok tidak lagi dianggap sebagai manusia, biasanya akan rasa berdosa ketika membantai anggota kelompok itu akan hilang.</p>
<p dir="ltr">Pada tahap ini propaganda-propaganda melalui media massa, selebaran atau media lainnya digunakan secara masif untuk menyebarkan Kebencian terhadap kelompok yang akan menjadi target pembantaian. </p>
<p dir="ltr">Guna mencegah tahap ini berkembang haruslah dibedakan antara kampanye-kampanye kebencian dengan kebebasan mengutarakan pendapat, sehingga media apapun yang menyebarkan kebencian harus ditutup, propaganda kebencian haruslah dilarang dan pelakunya dihukum berat.</p>
<p dir="ltr">Tahap 4: #Pengorganisasian<br>
Genosida selalu terorganisir, biasanya oleh militer yang dibantu oleh kelompok milisi sipil atau dilakukan oleh teroris. </p>
<p dir="ltr">Pengorganisasian ini tercermin dari adanya pelatihan, pembekalan senjata dan perencanaan genosida. Dalam kasus Pembantaian di Indonesia 1965–1966, suatu pasukan khusus dibentuk guna melatih milisi lokal di berbagai wilayah negeri ini melakukan genosida. </p>
<p dir="ltr">Untuk mencegah tahap ini berkembang, milisi bersenjata wajib dilarang keberadaannya. </p>
<p dir="ltr">Tahap 5: Polarisasi<br>
Dalam tahap ini, kelompok yang akan membantai mulai menyiarkan Propaganda yang bersifat memecah belah. Misalnya melarang perkawinan campur atau interaksi sosial antar kelompok yang berbeda. </p>
<p dir="ltr">Kaum Moderat yang biasanya tidak ingin terlibat dalam situasi kebencian akan menjadi sasaran awal dan pembungkaman. Orang orang moderat adalah mereka yang paling bisa mencegah terjadinya genosida, dan justru karena itulah biasanya mereka yang dihajar terlebih dulu.</p>
<p dir="ltr">Pencegahan pada tahap ini bisa dilakukan dengan memberi perlindungan pada golongan moderat. Jika suatu kelompok ekstrimis berhasil melakukan Kudeta di suatu negara, maka hendaknya negara tersebut dikenai sanksi internasional yang berat.</p>
<p dir="ltr">Tahap 6 Identifikasi<br>
Pada tahap ini terjadi penyortiran terhadap korban, daftar-daftar calon korban pembantaian mulai dibuat dan disebarkan. Biasanya calon korban mulai dipaksa untuk mengenakan atribut tertentu yang membedakan. </p>
<p dir="ltr">Para calon korban mulai dikelompokkan. Rumah rumah mereka ditandai, dan tinggal menunggu waktu saja untuk genosida dilaksanakan.</p>
<p dir="ltr">Pada tahap ini peringatan dini bahaya Genosida harus segera dibuat dan ditindaklanjuti, baik oleh PBB maupun badan-badan Internasional lainnya. </p>
<p dir="ltr">Sebelum pembantaian simpatisan PKI tahun 1965 terjadi, daftar anggota-anggota PKI disebarkan oleh CIA dan daftar ini dipakai oleh militer guna melikuidasi korbannya.</p>
<p dir="ltr">Tahap 7 #Pembantaian<br>
Dalam tahap ini pembunuhan dalam skala massal yang disebut Genosida dimulai, biasanya hanya berlangsung dalam hitungan bulan saja seperti yang terjadi di banyak tempat di Indonesia. </p>
<p dir="ltr">Tahap ini akan berlangsung cepat dan bagi para pelakunya tidak ada perasaan menyesal atau kasihan, karena bagi mereka, korbannya bukanlah manusia. Banyak dari mereka bahkan merasa sedang melakukan sebuah Tugas Suci Yang Mulia atas nama Agama, Bangsa atau Negara.</p>
<p dir="ltr">Tahap ini kadang disebut juga pembasmian karena bagi para pelakunya, pembantaian yang mereka lakukan mirip tindakan membasmi hama atau Binatang, dimana korbannya tidak lagi dihargai sebagai manusia. </p>
<p dir="ltr">Jika pembunuhan massal ini disponsori oleh negara, angkatan bersenjata yang melakukan hal ini biasanya dibantu oleh milisi sipil bersenjata. </p>
<p dir="ltr">Terkadang Genosida disusul tindakan balasan dari kelompok yang dibantai, sehingga kekerasan berlanjut menjadi Perang saudara.</p>
<p dir="ltr">Campur tangan dunia internasional sangat mendesak untuk dilakukan dalam tahap ini untuk mencegah berlanjutnya kekerasan. </p>
<p dir="ltr">Tahap 8 #Penyangkalan<br>
Penyangkalan selalu menyusul setelah terjadinya genosida dan ini menandakan bahwa genosida akan terulang kembali di masa yang akan datang. </p>
<p dir="ltr">Pelakunya akan berusaha menghilangkan bukti-bukti dengan membakar jenazah, menyembunyikan kuburan massal, atau melakukan intimidasi dan ancaman terhadap para saksi. </p>
<p dir="ltr">Pada Genosida yang terencana secara rapi, biasanya penghilangan bukti sudah menjadi satu paket dalam kegiatan pembantaian, misalnya setelah para korban dihabisi, tubuh mereka lalu dikremasi atau dikuburkan di suatu tempat yang sulit ditemukan. </p>
<p dir="ltr">Para Pelaku. akan menyangkal keterlibatan mereka, dan sering kali simpatisan mereka justru menyalahkan para korban atas apa yang terjadi. </p>
<p dir="ltr">Kelompok pro pembantai juga akan dengan sengaja akan mempersulit proses Penegakan Hukum dan terus berupaya untuk berkuasa sampai diturunkan paksa atau menjadi pesakitan.</p>
<p dir="ltr">Biasanya otak pelaku genosida akan sulit untuk diadili seperti yang terjadi pada kasus Suharto, Pol Pot dan Idi Amin, kecuali bila pelakunya tertangkap dan diadili di Pengadilan Internasional seperti yang terjadi pada para pelaku genosida di Yugoslavia dan Rwanda. </p>
<p dir="ltr">Hanya dengan Kemauan Politik yang kuat saja tahapan ini dapat berakhir, para pelakunya dapat diadili dan menjadi contoh agar di masa depan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.</p>
<p dir="ltr">Disadur dari tulisan Dr. Gregory H. Stanton#, President of Genocide Watch</p>
<p dir="ltr">Ket. foto: sekelompok orang yang diduga simpatisan PKI dikumpulkan dan dijaga tentara di sebuah lubang sebelum dieksekusi tanpa pengadilan (1965).</p>
<p dir="ltr">https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10155773819817458&id=693492457</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4yZRwI0RCxbSfX9QD4UM3cvz6XbhbbNx6qF3KOmMnrPoR_Ig5bARv-n0rFVFDHaAmhNpscoTjUiYXeSKoQA95LwDqOCv5PkjvA4_LVn1QDfQneh2aA5qd1wXnNHmshkC4kMqg-v7M4D9D/s1600/FB_IMG_1505903007330.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4yZRwI0RCxbSfX9QD4UM3cvz6XbhbbNx6qF3KOmMnrPoR_Ig5bARv-n0rFVFDHaAmhNpscoTjUiYXeSKoQA95LwDqOCv5PkjvA4_LVn1QDfQneh2aA5qd1wXnNHmshkC4kMqg-v7M4D9D/s640/FB_IMG_1505903007330.jpg"> </a> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-888122621742987092017-09-20T17:22:00.001+07:002017-09-20T17:22:05.405+07:00GUS DUR: HALAH PKI AJA KOK DITAKUTI
<p dir="ltr"><br>
Tersentak atas ungkapan Gus Dur ketika wawancara dalam Kick Andy, edisi 15 Nov 2007, yang disiarkan ulang dalam refleksi obituari oleh Metro TV. Ungkapan itu terasa kena sekali dalam hati kita yang prihatin akan keadaan bernegara yang sedang dan nantinya kita jalani bersama. Baiknya kita renungkan kembali setelah Ibu Pertiwi merengkuhnya ke dalam pangkuannya di bumi Jombang.</p>
<p dir="ltr">"Gusdur dianggap tidak pantas karena keluar ke mimbar publik setelah pelengseran dengan memakai celana pendek dan kaos oblong. Bagaimana itu?"</p>
<p dir="ltr">"Ya biar nggak dianggap Presiden lagi."</p>
<p dir="ltr">"Biar apa itu Gus?"</p>
<p dir="ltr">"Ya biar rakyat tenang. Nggak heboh sendiri. Nggak terjadi perpecahan. Ini lho sudah bukan Presiden, jadi nggak usah ribut lagi... "</p>
<p dir="ltr">"Buktinya rakyat tidak ada yang turun untuk membela Gusdur..."</p>
<p dir="ltr">"Lha saya yang nahan kok."</p>
<p dir="ltr">"Siapa yang paling bertanggung jawab pada lengsernya Gusdur?"</p>
<p dir="ltr">"Amien Rais dan Megawati."</p>
<p dir="ltr">"Mengapa?"</p>
<p dir="ltr">"Ya tanya mereka, kok tanya saya..."</p>
<p dir="ltr">"Gusdur dendam sama mereka?"</p>
<p dir="ltr">"Nggak... Saya memaafkan."</p>
<p dir="ltr">"Sudah lupa ya?"</p>
<p dir="ltr">"Memaafkan saja... Melupakan sih nggak."</p>
<p dir="ltr">"Banyak yang menyesalkan mengapa anda memilih menjadi Presiden. Mengapa tidak jadi guru bangsa saja. Bagaimana itu?"</p>
<p dir="ltr">"Saya mendapat perintah dari para sesepuh saya. Lima orang sesepuh saya. Saya tidak akan sebut namanya."</p>
<p dir="ltr">"Lho mengapa seperti itu?"</p>
<p dir="ltr">"Saya ini orang pesantren disuruh nurut orangtua. Apa kata guru, saya pasti berangkat. Disuruh apa saja, kalau mereka memerintahkan masuk api juga saya masuk api."</p>
<p dir="ltr">"Apa yang sudah Gusdur lakukan?"</p>
<p dir="ltr">"Saya menjadi Presiden di saat Negara akan terurai, kelompok separatis ada di mana-mana. Saya mengelilingi 80 Negara dalam 20 bulan. Nyatanya berhasil to, kita masih satu Negara."</p>
<p dir="ltr">"Perjalanan Negara Gusdur menelan biaya 52,7 Milyar."</p>
<p dir="ltr">"Eksistensi Negara harganya lebih mahal. Daripada uang itu dipakai oleh orang-orang brengsek itu. Sejarah nanti yang akan membuktikan. "</p>
<p dir="ltr">"Gusdur membubarkan Depsos dan Departemen Penerangan?"</p>
<p dir="ltr">"Dua Departemen itu sudah terlalu banyak koruptornya."</p>
<p dir="ltr">"Membunuh tikus kan tidak harus membakar lumbung Gus?"</p>
<p dir="ltr">"Lha lumbungnya dikuasai tikus kok."</p>
<p dir="ltr">"Satu hal yang kontroversial ketika anda menjabat, yaitu pencabutan Tap MPR nomor 25 MPRS 1966. Orang-orang bilang anda berpihak pada eks-PKI."</p>
<p dir="ltr">"Ya sebab bertentangan dengan UUD 1945. Tugas mengucilkan PKI itu bukan tugas Negara. Apa artinya pemisahan agama dari Negara kalau Negara ngurusin segala hal. Padahal yang menentang PKI kan hanya beberapa orang saja."</p>
<p dir="ltr">"Jadi anda tetap membela hak mereka?"</p>
<p dir="ltr">"Benar kan bersesuaian dengan UUD. Melindungi semua. Itu hasil daripada tujuh abad lamanya kita ber-Pancasila tanpa nama. Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda tapi satu tujuan."</p>
<p dir="ltr">"Gusdur tidak takut pada kebangkitan PKI?"</p>
<p dir="ltr">"Halah PKI aja kok ditakuti..."</p>
<p dir="ltr">Toppp...</p>
<p dir="ltr">https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1581898348536311&id=100001484833878</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi958GZSEmpoTZqKf_mF-Plqdr4pSQGMfgOKRAJwDoA_NOaExitNuX_e3Ovsm3amOMzF2Ri0sPerwa953sX38TrIi27uhCw2bPV2QPfS_eeAQEZ0C4yjfiK5CnqT48beYztSvvAU3J-AQoP/s1600/FB_IMG_1505902885685.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi958GZSEmpoTZqKf_mF-Plqdr4pSQGMfgOKRAJwDoA_NOaExitNuX_e3Ovsm3amOMzF2Ri0sPerwa953sX38TrIi27uhCw2bPV2QPfS_eeAQEZ0C4yjfiK5CnqT48beYztSvvAU3J-AQoP/s640/FB_IMG_1505902885685.jpg"> </a> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-67252425254354194942017-09-20T13:28:00.001+07:002017-09-20T13:28:40.956+07:00Peristiwa G30SPKI itu bagus difilmkan, cuma harus lengkap.<p dir="ltr"></p>
<p dir="ltr">1. Tambahkan kemarahan Amerika setelah Soekarno juga didekati Mao Jedong, Tiongkok, termasuk rencana membunuh Kennedy.</p>
<p dir="ltr">2. Tambahkan setting menjatuhkan Soekarno oleh SAS Inggris krn peristiwa Ganyang Malaysia.</p>
<p dir="ltr">3. Tambahkan penemuan cadangan emas terbesar didunia di Greenberg di Papua yg membuat ngiler Amerika shg Soekarno hrs didongkel karena tidak mengijinkan perusahaan asing masuk Indonesia.</p>
<p dir="ltr">4. Tambahkan cerita SAS dan CIA merekrut 2 perwira tinggi Indonesia saat itu utk mencari kesempatan dg strategi "Bakar Rumah dan Kuasai", mendongkel Soekarno.</p>
<p dir="ltr">5. Tambahkan surat wasiat Soekarno tentang penerus yg ditunjukknya yaitu Jend. A Yani yg membuat DN Aidit kebakaran jenggot.</p>
<p dir="ltr">6. Tambahkan pertemuan Soeharto dg Letkol Untung 1 bln sblm peristiwa pd acara pernikahannya.</p>
<p dir="ltr">7. Tambahkan juga korban2 yg tdk tersangkut (lbh byk), yg dikebiri haknya,dihilangkan hak2nya. Banyak korban tdk tau apa2/dituduh PKI dibunuh, ditangkap, dipenjara, pemerkosaan dan ampe skr yg tertuduh mendapat penindasan di masy</p>
<p dir="ltr">8. Tambahkan juga datangnya Soeharto, Sumitro ke Amerika utk ttd Freeport dll sbg balas jasa.</p>
<p dir="ltr">Indonesia, Libya, Suriah dll sama, perang saudara, jutaan nyawa melayang karena kekayaan alam yg digadaikan ke pihak asing oleh kaki tangannya. By Sansulung</p>
<p dir="ltr">WIKILEAKS<br>
Terbongkarnya jutaan surat rahasia negara2 besar oleh Jullian Assange</p>
<p dir="ltr">Info, Analisa dr berbagai sudut serta bukti dan saksi dr rekayasa Suharto dlm merebut jabatan Sukarno</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-45272591471826721212017-09-20T07:59:00.001+07:002017-09-20T07:59:26.148+07:00AKSI G30S PKI BERKAH BUAT AMERIKA<p dir="ltr"></p>
<p dir="ltr">Slogan Soekarno selama dia berkuasa: "Jika kami tidak mampu mengelola kekayaan alam negara, biarlah ini jadi urusan generasi muda negeri ini. Saya tidak akan memberikannya pada orang asing sampai kapan pun! "</p>
<p dir="ltr">Kemudian drama G30S PKI terjadi, Soekarno dilengserkan (oleh salah satu partai pendukungnya?) . <br>
Dan beberapa bulan setelahnya Soeharto yg jarang terdengar kiprahnya buat negara tiba2 berkuasa melalui Supersemar yg wujud aslinya ngga pernah ada, konon kabarnya hilang. Bayangkan surat penting pengangkatan presiden kok hilang .?. </p>
<p dir="ltr">Hanya hitungan bulan Freeport Amerika memulai aktifitasnya mengeruk gunung emas Papua selama puluhan tahun dengan pembagian hasil yg sangat tidak masuk akal. 95% untuk diboyong ke Amerika . Kita , negara ini, hanya kebagian sisanya. Hal yg "Mustahil" dilakukan oleh Soekarno. <br>
Sebuah kebetulan yg luar biasa. PKI yg membawa "berkah" buat Soeharto dan Amerika. </p>
<p dir="ltr">Sejak itu setiap ada yg mempermasalahkan Freeport dan korupsi rezim Orde Baru , selalu di mentahkan dg isu PKI. Sekarang pun saat mrk bernafsu untuk berkuasa lagi isu PKI diangkat lagi. </p>
<p dir="ltr">Wajar kalau banyak orang mempertanyakan apakah tragedi G30S pelakunya beneran PKI atau konspirasi CIA-Rezim ORBA. Bukankah mereka yg selalu diuntungkan dg isu ini.?<br>
.<br>
.<br>
Semah Wafiah</p>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-75536925105828548092017-09-18T13:19:00.001+07:002017-09-18T13:19:05.634+07:00Tahun 1994, terjadi genosida di Rwanda, sebuah negara di Afrika.<p dir="ltr"></p>
<p dir="ltr">Diperkirakan lebih dari satu juta orang tewas dalam beberapa bulan, akibat kebencian. Peristiwa Rwanda dipicu oleh kebencian yang terus menerus ditiupkan untuk membangkitkan kebanggaan suku Hutu terhadap suku Tutsi.</p>
<p dir="ltr">Pada masa itu sangat sulit menjadi suku Tutsi karena mereka dicari dan diburu oleh suku Hutu. Genosida itu akhirnya dihentikan sesudah Front Patriotik Rwanda masuk dan menghentikan genosida. FPR dipimpin oleh Paul Kagame - yang notabene dari suku Tutsi - yang sekarang masih menjadi Presiden Rwanda.</p>
<p dir="ltr">Tahun 2014, Rwanda memperingati 20 tahun genosida itu. Menarik bahwa Rwanda tidak pernah mempermasalahkan "siapa yang benar dan siapa yang salah" pada waktu genosida itu. </p>
<p dir="ltr">Mereka hanya menyesalkan "tragedi kemanusiaannya".</p>
<p dir="ltr">Dan itu menjadi atraksi yang menarik dalam pagelaran mengingat kembali peristiwa 1994, sebagai bagian dari sejarah gelap kemanusiaan di Rwanda. Sejarah gelap ini perlu diingatkan, sebagai pembelajaran untuk menghargai kembali nilai-nilai kemanusiaan di Rwanda, apapun sukunya..</p>
<p dir="ltr">Indonesia pernah mengalami situasi yang mirip dengan Rwanda..</p>
<p dir="ltr">Tahun 1965 - lebih tua dari genosida Rwanda - terjadi genosida di seluruh negeri terhadap mereka yang dituding komunis. Dimana-mana terjadi pembantaian. Sungai dikabarkan pada waktu itu berwarna merah karena darah dan tubuh tanpa kepala mengapung di mana2.</p>
<p dir="ltr">Genosida tahun 1965 juga memakan korban - diperkirakan - sampai sejuta orang. Peristiwa menyakitkan ini adalah sejarah gelap dalam bangsa kita, bahwa kita pernah lupa jika kita ini adalah manusia. </p>
<p dir="ltr">Apa yang berbeda antara Rwanda dan Indonesia ? Yang berbeda ternyata adalah cara menyikapinya.</p>
<p dir="ltr">Rwanda memperingati tragedi 1994 itu dengan tema "kemanusiaan", sedangkan Indonesia masih berkutat di "siapa yang benar dan siapa yang salah". </p>
<p dir="ltr">Itulah kenapa kita sulit menjadi negeri maju, karena jari sibuk menuding sana sini. Ada kelompok yang sibuk ingin "meluruskan sejarah siapa dalang pembantaian PKI" dan ada kelompok lain yang "paranoid PKI". </p>
<p dir="ltr">Kedua kubu ini sama-sama ekstrim, tanpa pernah berusaha melihat sisi lain yaitu tragedi kemanusiaannya. Kita sibuk #save tragedi kemanusiaan di negeri lain, tapi tidak sibuk #save tragedi kemanusiaan di negeri sendiri..</p>
<p dir="ltr">Mungkin Presiden Joko Widodo bisa memulai hal ini, memperingati tragedi 1965 dari sisi kemanusiaannya, bukan dari siapa yang benar dan siapa yang salah. Kita bersatu untuk "tidak lagi mengulang hal yang sama". Bahwa nilai kemanusiaan jauh lebih tinggi dari apapun di dunia..</p>
<p dir="ltr">Indonesia itu negara besar di Asia Tenggara, masak kalah dewasa dengan negara kecil di Afrika seperti Rwanda ?</p>
<p dir="ltr">Malu dong ah... Seruputtt..</p>
<p dir="ltr">www.dennysiregar.com</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIU5zFo-YByx4L7vp8LTRJe2ylffqwui0Tg27NMPNgZ2Da4clj-jW4LJFiSVsCgN8qYoMA36S5zcOyG6_uOTHF1e_dwQk0C0fWWvdK9wAZk56zw3y77iYDp4ZQaj92AG-N78KmGSqMy8gY/s1600/FB_IMG_1505715496794.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIU5zFo-YByx4L7vp8LTRJe2ylffqwui0Tg27NMPNgZ2Da4clj-jW4LJFiSVsCgN8qYoMA36S5zcOyG6_uOTHF1e_dwQk0C0fWWvdK9wAZk56zw3y77iYDp4ZQaj92AG-N78KmGSqMy8gY/s640/FB_IMG_1505715496794.jpg"> </a> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1402805550060714243.post-59828578265640117242017-09-17T09:34:00.001+07:002017-09-17T09:34:49.104+07:00UDIN, WARTAWAN YANG DIBUNUH KARENA BERITA<p dir="ltr"></p>
<p dir="ltr">Fuad Muhammad Syafruddin (32) akrab dipanggil Udin. Salah seorang wartawan Surat Kabar Harian (SKH) Bernas terbit di Yogyakarta menjadi tumbal di rezim Orde Baru. Udin 'dihilangkan' karena tulisannya mengusik penguasa kala itu Bupati Bantul Sri Roso Sudarmo, tentara berpangkat kolonel.</p>
<p dir="ltr">Sri Roso dihukum 9 bulan penjara pada 2 Juli 1999. Dia dinyatakan bersalah atas kasus suap Rp 1 miliar kepada Yayasan Dharmais, yayasan yang dikelola Presiden Soeharto. Uang itu dijanjikannya sebagai imbalan bila diangkat kembali sebagai bupati Bantul 1996-2001. Pernyataan itu dituangkan dalam surat bersegel dikirim ke yayasan ditandatangani oleh R Noto Suwito yang tak lain adalah adik Soeharto.</p>
<p dir="ltr">Beberapa tulisan Udin mengkritisi kekuasaan Orde Baru dan militer. Tulisan yang cukup menyengat di antaranya '3 Kolonel Ramaikan Bursa Calon Bupati Bantul', 'Soal Pencalonan Bupati Bantul: banyak 'Invisible Hand' Pengaruhi Pencalonan', 'Di Desa Karangtengah Imogiri, Dana IDT Hanya Diberikan Separo' dan 'Isak Tangis Warnai Pengosongan Parangtritis'.</p>
<p dir="ltr">Pria kelahiran Bantul, 18 Februari 1964 ini meninggal pada 16 Agustus 1996, pukul 16.50 WIB, usai dianiaya oleh orang tak dikenal di sekitar rumahnya di Dusun Gelangan Samalo Jalan Parangtritis Km 13 Yogyakarta, dengan sebatang besi yang dipukulkan ke kepalanya.</p>
<p dir="ltr">Udin sempat mendapatkan perawatan di RS Bethesda. Setelah sempat koma karena gegar otak, akhirnya Udin menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit tersebut.</p>
<p dir="ltr">Kasus Udin menjadi ramai ketika Kanit Reserse Umum Polres Bantul Edy Wuryanto yang saat itu berpangkat Sersan Kepala (Serka), di Yogyakarta dilaporkan telah membuang barang bukti, yakni melarung sampel darah dan juga mengambil buku catatan Udin, dengan dalih melakukan penyelidikan dan penyidikan. Edy kemudian hanya dimutasi dari Mapolres Bantul, Yogyakarta ke Mabes Polri.</p>
<p dir="ltr">Ada pihak-pihak tertentu berupaya mengalihkan kasus kematian Udin ini. Tri Sumaryani, seorang perempuan mengaku ditawari sejumlah uang sebagai imbalan jika mau membuat pengakuan bahwa Udin melakukan hubungan gelap dengannya. Kemudian dibunuh oleh suaminya dengan alasan telah terjadinya perselingkuhan.</p>
<p dir="ltr">Lalu, Dwi Sumaji alias Iwik, seorang sopir perusahaan iklan, juga mengaku dikorbankan oleh polisi untuk membuat pengakuan bahwa ia telah membunuh Udin. Iwik dipaksa meminum bir berbotol-botol dan kemudian ditawari uang, pekerjaan, dan seorang pelacur. Namun di pengadilan, pada 5 Agustus 1997, Iwik mengatakan bahwa dirinya dikorbankan untuk bisnis politik dan melindungi mafia politik.</p>
<p dir="ltr">Tak hanya itu, sebelum meninggal, banyak juga kejadian yang aneh dan ganjil yang terjadi terkait kematian Udin. Sekitar pukul 21.00 WIB, di kantor harian Bernas, Udin menemui seorang tamu yang sebelumnya ingin menemui Joko Mulyono, wartawan Bernas untuk liputan Bantul. Lelaki tersebut mengaku sebagai Kaur Pemerintahan Desa Wirokerten Bantul dan kedatangannya untuk urusan tanah.</p>
<p dir="ltr">Namun, setelah pertemuan singkat itu Udin terlihat gelisah di kantor. Pukul 21.30 WIB, selesai menulis berita, Udin bergegas pulang ke Bantul dengan Honda Tiger 2000 warna merah hati. Belakangan orang yang ditemui Udin tersebut adalah Hatta Sunanto (anggota DPRD Bantul dan adik Sukrisno, Kaur Pemerintahan Desa Wirokerten Bantul), serta ditemani seorang calo tanah bernama Suwandi.</p>
<p dir="ltr">Salah satu tetangga Udin yang berada di warung bakmi yakni Ny Ponikem sering melihat beberapa laki-laki yang dicurigai mendatangi rumah Udin. Hingga akhirnya, malam tragedi meninggalnya Udin pun terjadi. Udin dianiaya lelaki tak dikenal di sekitar rumahnya Jalan Parangtritis Km 13,5 Bantul hingga luka parah dan tak sadarkan diri.</p>
<p dir="ltr">Udin lalu dilarikan ke RSU Jebugan Bantul, karena tak mampu, Udin terus dilarikan ke RS Bethesda Yogyakarta. Kemudian, Rabu 14 Agustus 1996 sekitar pukul 08.00 WIB di RS Bethesda Yogyakarta, Udin menjalani operasi karena terjadi pendarahan hebat di kepalanya akibat penganiayaan hebat yang dialami Udin malam sebelumnya.</p>
<p dir="ltr">Hingga akhirnya, tim medis RS Bethesda Yogyakarta pada Jumat 16 Agustus pukul 16.58 WIB, menyatakan Udin meninggal dunia setelah tiga hari berjuang melawan maut tanpa pernah sadarkan diri. Malamnya, sekitar pukul 23.30 WIB, jenazah Udin disemayamkan sebentar di kantor Harian Bernas untuk mendapatkan penghormatan terakhir dari rekan-rekannya.</p>
<p dir="ltr">Jenazah Udin dilepas dan dimakamkan di tempat pemakaman umum Trirenggo Bantul tepat pada tanggal 17 Agustus, saat bangsa Indonesia merayakan peringatan hari ulang tahun ke-51 kemerdekaan Republik Indonesia. Beberapa pejabat, di antaranya Sri Sultan Hamengkubuwono X, Pangdam IV Diponegoro, Kapolda Jateng-DIY dan sejumlah pejabat pemerintahan meminta agar kasus Udin diusut tuntas. Siapapun terlibat dalam kasus harus diproses secara hukum.</p>
<p dir="ltr">Namun, apa yang terjadi? Upaya pengaburan kasus pembunuhan Udin pun oleh berbagai pihak terjadi. Sekitar pukul 20.00 WIB, tepatnya pada tanggal 19 Agustus 1996, Serma Edy Wuryanto ditemani dua anggota Polres Bantul berangkat dari Mapolres Bantul ke kediaman orangtua Udin di Gedongan Trirenggo Bantul. Mereka bermaksud meminjam sisa darah operasi Udin yang tidak jadi ikut dikubur bersama jenazah Udin.</p>
<p dir="ltr">Serma Edy Wuryanto mengatakan darah itu akan dipakai untuk kepentingan pengusutan dengan cara supranatural (dilarung ke laut selatan). Siang sebelumnya, di tengah-tengah pawai pembangunan dalam rangka peringatan HUT ke-51 Kemerdekaan RI di kabupaten Bantul, sejumlah warga Bantul turut menggelar pawai duka cita sambil menggelar spanduk dan mengarak foto Udin.</p>
<p dir="ltr">Kemudian yang mencurigakan, sepekan kemudian sekitar 23 Agustus 1996, Bupati Bantul Kolonel Art Sri Roso Sudarmo menggelar jumpa pers di kantor Pemkab Bantul, menyatakan bahwa dirinya sama sekali tidak terlibat dalam kasus terbunuhnya Udin.</p>
<p dir="ltr">Selain itu, Kapolres Bantul saat itu Letkol Pol Ade Subardan mengatakan tidak ada dalang dalam kasus Udin meski tersangka belum tertangkap. Kapolres Bantul juga sesumbar akan menangkap pelaku pembunuh Udin dalam waktu tiga hari usai konferensi pers berlangsung sambil mengatakan biar Bupati Bantul tidur nyenyak.</p>
<p dir="ltr">Pada 26 Agustus 1996 sekitar pukul 09.00 WIB, Tempat Kejadian Perkara (TKP) di rumah Udin baru diberi police line setelah 13 hari usai kejadian pembunuhan Udin berlalu. Kemudian, Kepala Staf Sosial Politik (Kassospol) ABRI Letjen TNI Syarwan Hamid saat itu di Jakarta menegaskan, oknum ABRI yang terlibat dalam kasus Udin akan ditindak tegas.</p>
<p dir="ltr">Namun, anehnya, usai pernyataan Syarwan Hamid muncul, sekitar pukul 10.30 WIB, police line di TKP rumah Udin dicopot kembali oleh polisi. Sehingga police line ini yang dipasang hanya selama 25 jam usai dipasang untuk kepentingan penyidikan.</p>
<p dir="ltr">Kapolda Jateng-DIY Mayjen Pol Harimas AS pada 2 September 1996, menyatakan pihak kepolisian sudah memiliki identitas lengkap pelaku kasus pembunuhan Udin. Disusul sehari kemudian, Mantan Mendagri Jenderal TNI (purn) Rudini mengatakan, sebaiknya Gubernur DIY Sri Paduka Paku Alam VIII memanggil dan meminta keterangan Bupati Bantul Sri Roso Sudarmo.</p>
<p dir="ltr">Kasus kematian Udin yang disebut-sebut menjadi tumbal kepentingan politik dan tentara itu sampai saat ini tidak pernah terkuak. Carut marut lembaga hukum yang telah dipimpin oleh 16 Kapolda di Yogyakarta tak mampu memecahkan kasus terbunuhnya pekerja pers itu. Bahkan, lembaga peradilan sampai saat ini tak mampu menjadikan kasus terbunuhnya Udin menjadi terang benerang. (Merdeka)</p>
<p dir="ltr">https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10210276960185997&id=1400693010</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEsO7Hk4q1a_fPJCxzlaoZjf6FWTQKkHZuk3ZslKcBSXSonsju9V15E7RDqYIQat3_JvX9qg-asRGPrHFihocpmMoUv1JaY4JXUql6j8Uzx6KiyygKZNWME6wYIgnvrmXmyIPjvJziJZ3J/s1600/FB_IMG_1505615623615.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEsO7Hk4q1a_fPJCxzlaoZjf6FWTQKkHZuk3ZslKcBSXSonsju9V15E7RDqYIQat3_JvX9qg-asRGPrHFihocpmMoUv1JaY4JXUql6j8Uzx6KiyygKZNWME6wYIgnvrmXmyIPjvJziJZ3J/s640/FB_IMG_1505615623615.jpg"> </a> </div>Unknownnoreply@blogger.com0